Share

Pria Tangguh

Author: J. Hanin
last update Last Updated: 2025-10-08 15:07:35

Seminggu berlalu setelah pertemuan keluarga Agnes dengan David, laki-laki itu tampaknya sedang mempertimbangkan tawaran Agnes perihal rumah yang dijadikan syarat untuk menerima lamarannya.

Agnes beberapa kali berpapasan dengan David, beberapa kali pula mereka berada satu ruangan namun David tampak mengabaikannya. berlagak seolah mereka tidak saling kenal.

"Sepertinya syarat yang kuminta tidak mampu dia penuhi." batin Agnes begitu David tak sengaja menatapnya dan mengalihkan pandangannya dengan cepat.

apakah Agnes sedih? tentu saja tidak. gadis itu tampak tertawa lepas, beban di pundaknya serasa lenyap tertiup angin dengan mudahnya. Wajahnya tidak bisa berhenti untuk mengulas senyum tipis.

"Apa hari-harimu akhir ini begitu tenang?" tanya Eric, rekan kerjanya yang sejak tadi mengamati mimik wajah temannya tampak berseri-seri seperti mendapatkan keberuntungan tak terduga.

"Tidak, aku baik- baik saja." elak Agnes dengan menundukkan wajahnya, menyembunyikan rasa malunya tiba-tiba.

"Nes dipanggil Pak David." ucap Eric yang teringat ucapan Sahila, sekretaris sang presdir yang menitipkan pesan kepadanya.

"Aku? ngapain? perasaan aku lagi gak pegang proyek apa-apa." Ucap Agnes heran, mencoba mengingat apakah ada pekerjaan yang belum ia selesaikan sampai presdir memanggilnya.

"Ya gak tau, mending kamu kesana dan tanya Pak David langsung." jawab Eric santai sembari mengangkat kedua bahunya, dia tidka ingin mencampuri urusan 'pekerjaan' temannya.

Agnes menghela napas panjang melihat Sahila yang menyambutnya dengan senyuman hangat, formalitasnya untuk pekerjaan sebagai sekretaris. gadis itu hanya tersenyum masam, memasuki ruangan yang benar-benar ia hindari untuk beberapa waktu.

Terlebih melihat sosok yang duduk di meja presdir, papannya terpapang nyata tertulis namanya. lelaki itu membelakanginya dan sibuk dengan berkas-berkas di tangannnya.

Baru saja Agnes akan membuka mulut, dia menyadari jika bukan hanya dia dan Pak David yang berada di dalam ruangan itu. seorang lelaki tampak menatapnya, sorot matanya tampak tertegun sejenak tak lama dia mengubah raut wajahnya.

"Vid!" Panggil lelaki itu pada David yang langsung meletakkan map di tangannya, lelaki itu sebenarnta menyadari keberadaan Agnes namun sengaja menunggu apakah Agnes akan menegurnya lebih dulu.

"Udah datang aja, duduk! " ucap David dengan senyumannya menggoda sedangkan Agnes hanya menatapnya dengan kesal seraya memutar bola matanya malas.

"Pak David manggil saya? Ada apa?" tanya Agnes ketus.

"Kamu ikut proyek yang diluar kota itu?" Tanya David sedikit merenggangkan ikatan dasinya yang tiba-tiba teras mencekik lehernya membuat pasokan oksigen menipis di paru-parunya.

"Enggak Pak, saya bukan bagian kerja di lapangan kan. kalau Bapak lupa." jawab Agnes diakhir kalimat berusaha tersenyum, meski terlihat dipaksakab dan menyeramkan.

"Kalau begitu kamu bisa ikut nanti, karena Sahila kana menemani Gio mengurus perusahaan selama saya dinas luar kota." terang David secara tidak langsung mengenalkan lelaki yang tengah menikmati secangkir kopi itu. Gio tersenyum tipis kala Agnes memandangnya begitu David menyebut namanya.

"Sebentar? Bapak mau dinas diluar kota?" tanya Agnes dengan wajah yang tampak sumringah, dia tidak bisa menyembunyikan kegirangannya mengetahui beberapa hari ke depan dia tidak perlu melihat wajah David di kantor.

"Kenapa? kamu terlihat senang sekali kalau saya tidak berada di kantor." tanya David memicingkan matanya, dia tidak suka dengan pertanyaan Agnes yang tampak jelas tidak menginginkan keberadaannya.

"Tidak apa-apa, kalau begitu lebih baik teman devisi lain saja pak yang ikut ke luar kota, saya disini saja." tawar Agnes membuat David menghela napas, jujur saja sikap Agnes yang terbuka terkadang benar-benar membuatnya tidak ada muka. Terlebih di depan Gio, sahabatnya sendiri.

"Ya terserah, kalau kamu maunya begitu. perihal rumah, akan saya tawarkan pada teman-teman saya agar mereka segera membeli dengan harga lelang yang lebih murah itu." Ucap David dengan percaya diri, menyinggung perihal rumah yang mereka bicarakan terakhir kali.

"Oh tidak masalah, saya masih bisa tinggal di apartemen itu Pak." jawab Agnes enteng, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan ancaman David, David tampak membelalakkan matanya.

"Saya bercanda! akan saya pastikan sayalah yang membeli rumah itu." ucap David dengan wajahnya yang tampak tertawa melihat wajah Agnes yang kesal, David benar-benar gigih demi tujuan agar Agnes bersedia menikah dengannya.

"Ya terserah Pak David, ini sudah beberapa hari berlalu sejak pertemuan kita. jadi harga kemarin tidak berlaku untuk sekarang." ucap Agnes yang tidak kehabisan akal, masih berusaha membuat David mengurungkan niatnya.

"Berapa?" Tanya David mengangkat sebelah alisnya.

"20 Milliar. " Jawab Agnes enteng dengan harga tinggi tanpa pikir panjang, Gio yang mendengar ucapan Agnes tersedak.

"Jangan gila kamu!"

***

Agnes menatap Eric yang baru saja keluar dari ruangan David membawa sebuah map, wajahnya menyiratkan kecemasan yang jelas tergambar tak bisa dia sembunyikan. Gadis itu benar-benar enggan pergi dinas ke luar kota.

"Ini daftar siapa aja karyawan yang bakal ikut ke Batam besok! silahkan cek nama kalian sendiri. " ucap Eric sambil mengangkat map kemudian meletakkannya dj atas meja, dia pergi ke toilet sebentar.

Semua karyawan segera mengelilingi meja Eric, jari jemari mereka bersatu melihat sebuah dokumen mengukur deretan nama karyawan yang akan ikut dinas. Agnes hanya menatap dari kejauhan, memilih menunggu semuanya pergi terlebih dahulu.

"Namamu tidak ada disana, Nes!" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang. Agnes ternyenyak dan menghela napaa lega, apa yang sedang si pikirkan gadis itu sebenarnya.

"Iya aku cuma ingin tahu siapa yang akan pergi ke Batam." bohong Agnes padahal dia mencemaskan namanya tercantum disana segelah David mengutarakan bahwa ia ingin Agnes pergi bersamanya.

Agnes tersenyum senang, meski dalam hatinya bertanya-tanya mengapa David menuruti permintaannya untuk tidak ikut pergi ke Batam.

"Nes, Pak David memanggilmu!" Seru Sahila yang tiba-tiba muncul di belakangnya, senyum sumringah yang terpancar di wajah Agnes musnah sudah dengan raut wajah cemberut.

"Ada apa lagi?" Tanya Agnes sedikit meninggikan nada bicaranya di benar-benar kesal karena David memanggilnya hanya untuk membahas hal yang sebenarnya tidak penting sama sekali. Bukan pekerjaan melainkan masalah yang Agnes sendiri tidak ingin terlibat.

"Wow, ada apa? Apakah kamu kesal karena kamu tidak akan bertemu denganku untuk seminggu kedepan?" Tanya David dengan wajah menggoda pada Agnes yang langsung terdiam.

"Omong kosong darimana itu." Jawab Agnes memutar bola matanya malas, dia muak. Entah kenapa hatinya selalu penuh kebencian setiap berhadapan dengan David.

"Kemarilah!" Seru David, meski dengan setengah hati Agnes tetap menuruti mendekat pada David yang sejak tadi berdiri memandang gedung-gedung kota dari ruangannya.

Agnes terkesiap kala tangan David meraih tanganya tiba-tiba menyelipkan sebuah cincin berlian di jari manisnya. Gadis itu membeku tidak dapat menunjukkan reaksi apapun, otaknya mendadak tidak berjalan untuk berfikir jernih.

"Pak!" Seru Agnes pelan nyaris takterdengar, matanya belum beralih dari perhiasan mahal yang kini melingkar di jarinya.

"Anggap saja, saya mengikatmu. Kamu tidak boleh macam-macam selama saya di Batam." Ucap David semakin membuat Agnes tercengang, gadis itu menyadari satu hal, David terlalu terang-terangan.

"Saya tidak mau menerimanya." Tolak Agnes berusaha melepaskan cincin itu dengan hati-hati, bagaimana pun itu perhiasan mahal dari tampilannya saja Agnes tahu itu barang mewah yang harganya tidak masuk akal.

"Terserah kamu, kalau kamu berani melepaskan saya akan melakukan sesuatu pada rumah itu yang saya yakin kamu akan menyesal." Ancam David dengan seringaian iblis, selain gila David juga lelaki yang kejam akan melakukan segala cara demi tujuannya terpenuhi.

"Kenapa Pak David selalu menggunakan rumah itu untuk mengancam saya?" Tanya Agnes tidak habis fikir.

"Karena saya tahu, rumah itu begitu berharga untukmu." Jawab David dengan percaya diri, Agnes tertegun sejenak. Dia kalah telak, ucapan David benar-benar tepat sasaran. Rumah itu memang segalanya untuk Agnes.

"Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, saya permisi." Ucap Agnes melenggang pergi, entah mengapa suasana di antara mereka menjadi canggung secara tiba-tiba.

David tersenyum, memandang gadis itu yang menghilang dibalik pintu ruangannya. Senyumannya tidak bisa pergi dari wajahnya, entah apa yang sedang difikirkan lelaki bertubuh tinggi itu.

Ponsel dalam sakunya bergetar, David menatap layar ponselnya sejenak, membaca dengan seksama. Sebuah pesan singkat dari Gio membuatnya semakin senang, dia merasa menang.

Gio: Vid, masalah rumah itu sudah beres dan kita tinggal nunggu sertifikat rumah itu jadi.

Agnes yang sejak tadi berusaha menyembunyikan cincin di jari manisnya tidak bisa fokus, matanya memang tertuju pada layar monitor di hadapannya tapi tidak dengan hati dan fikirannya.

Layar ponselnya bergetar menampilkan sebuah pesan singkat dari lelaki yang berhasil mengacak-acak pikirannya sejak tadi.

Presdir: Rumah sudah menjadi milikku sepenuhnya, saya tidak perlu menjelaskan apapun padamu. Kamu paham maksud saya Nes!

Mata gadis itu membulat sempurna, membaca deretan kata dari David. Agnes tanpa sadar berdiri dan melemparkan ponselnya pelan, dia tidak sanggup membaca kalimat selanjutnya.

Baru saja mulutnya terbuka dan berteriak, namun semuanya berhenti begitu saja kala semua perhatian rekan kerjanya tertuju padanya, pandangan mereka sama, memandang Agnes dengan bingung dan terkejut.

"Kamu nggak papa kan Nes?" Tanya Eric pada Agnes, gadis itu langsung mengangguk cepat. Kembali duduk dan meneguk minuman disampingnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Persimpangan Hati

    David kembali mengunjungi restoran yang tempo hari ia kunjungi bersama Agnes, namun hari ini ia datang bersama Lisa. Kekasih sebenarnya yang kini rela untuk terbang ke Korea demi bertemu dengannya, ah tidak lebih tepatnya untuk benar-benar menjadi perannya sebagai kekasih David secara utuh. Menu yang dipesan pun juga sama, hanya berbeda dengan siapa dia menikmatinya sekarang. “Kamu kenapa sih sayang? Daritadi kelihatan nggak tenang banget. Kamu lagi nungguin siapa?” Tanya Lisa yang mulai kesal karena David sedikit mengabaikannya. “Tidak ada apa-apa.” Jawab David berusaha tetap tenang meski dia tidak bisa menutupi raut wajahnya yang memang terlihat cemas. Lisa bergelayut manja pada lengan David, menghirup aroma tubuh sang kekasih yang ia rindukan selama ini. Hubungan yang harus dijalani tersembunyi demi tercapainya sebuah tujuan untuk kebahagiaan bersama. “Jangan bilang, kamu takut wanita itu akan melihat kita disini!” Celetuk Lisa penuh curiga, David tidak marah justru lelaki itu

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Pasangan Iblis

    Agnes hanya melirik David yang terlihat mondar-mandir mencari sesuatu, seolah mengabaikan keberadaan istrinya yang sejak tadi sudah terbangun karena pusing yang kini mulai mereda. Agnes pun juga tidak berniat bertanya apa yang sebenarnya sedang lelaki itu cari, memilih menikmati udara segar di pagi hari dan pemandangan kota Seoul dari balkon kamar hotel benar-benar membuat suasana hatinya membaik. “Apa kamu tidak melihat dasiku?” Tanya David akhirnya mengeluarkan sepatah kata, Agnes menoleh dan mengangkat dasi yang sejak tadi tergeletak disamping cangkir kopi miliknya. “Kenapa kamu tidak bilang, aku mencarinya sejak tadi!” Gerutu David dengan kesal sambil merebut dasi itu dari tangan Agnes. “Kamu tidak mengatakan kamu mencarinya.” Jawab Agnes enteng, suasana hatinya sedang membaik sehingga dia tidak akan membalas sikap David yang terlihat buru-buru. “Aku akan bertemu klien hari ini, kalau kamu bosan kamu bisa pergi jalan-jalan sendiri!” Seru David sambil memakai jam tangan mahal y

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Menyelesaikan apa yang belum selesai

    “Kamu membiarkan istrimu sendirian dengan mantan kekasihnya?” Tanya Lisa yang mengikuti David ke toilet, nyatanya lelaki itu tidak pergi kesana hanya menyendiri di lorong, sesekali melihat layar ponselnya.“Aku tidak membiarkannya, aku hanya memberi waktu agar Agnes untuk menyelesaikan apa yang belum selesai.” Jawab David enteng, dia bukan lelaki yang bodoh. Sejak tadi dia hanya mengamati dan membaca situasi yang ada. Lagipula Agnes bukan istri sesungguhnya, jadi tidak ada kekhawatiran jika Kevin akan merayu Agnes dan berhasil membuatnya kembali.Lia mendengus, dia benar-benar kesal mengingat bagaimana mata suaminya yang tidak bisa berhenti menatap Agnes. Bahkan secara terang-terangan lelaki itu ikut tersenyum saat Agnes tertawa, mengabaikan Lia di sampingnya. Kevin benar-benar memperlakukannya sebagai kekasih bayangan, dia akan bersikap baik dan penuh perhatian jika tidak ada Agnes di sekitarnya.“Lalu mengapa kamu mau menikah dengan Kevin? Sedangkan kamu tahu sendiri siapa yang Kevi

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Hari terburuk

    “Agnes!”Suara bariton seorang pria itu terdengar di tengah hiruk pikuk lautan manusia yang sedang menikmati pasar malam di Seoul. Agnes yang tadinya ingin segera pergi kini sudah tertangkap keberadaannya oleh Kevin dan juga Lia, sepertinya mereka juga sedang honeymoon di Seoul, sama seperti Agnes dan David meski pasangan satu ini tidak sepenuhnya honeymoon dengan arti yang sama.“Nggak nyangka bakal ketemu lagi disini!” Seru Kevin menggenggam tangan Lia, Lia hanya tersenyum tipis pada Agnes. Kedua wanita itu hanya basa-basi, mengingat mereka tidak saling kenal.“Halo Pak David!” Sapa Kevin sebentar pada David pun yang mengangguk, Kevin melirik genggaman erat tangan David pada Agnes namun langsung mengalihkan pandangannya kala David menyadari arah pandangannya.“Kebetulan kita bertemu disini, bagaimana jika kita makan malam bersama!” Ajak Kevin tampak bersemangat, berusaha ramah pada David yang sejak tadi hanya menatapnya datar dan Agnes yang menghindari kontak mata dengannya.“Tidak

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Honeymoon

    Tujuh jam perjalanan dari Jakarta menuju bandara Incheon, Korea Selatan. Meski David mengambil kelas Bisnis namun tetap saja rasa pegal di badan tetap terasa, Agnes berjalan menelusuri bandara dengan David disampingnya, kacamata hitam bertengger di hidung keduanya, ditambah gaya pakaian mereka yang kini casual tampak seperti pasangan yang serasi.Tidak ada yang tidak memimpikan Korea sebagai salah satu destinasi liburan yang beberapa orang inginkan, termasuk Agnes. Sayangnya, embel-embel honeymoon melekat untuknya karena dia datang bersama seorang lelaki yang beberapa minggu kemarin menikahinya.Mereka menaiki taxi untuk menuju penginapan, David tampaknya juga merasakan lelah yang sama karena sejak tadi lelaki itu hanya diam dan sesekali mengecek layar ponselnya. Agnes membiarkannya, memilih menikmati keheningan yang tercipta di antara keduanya terasa begitu damai dan sangat jarang terjadi.“Ini Tuan, kartu smartkey untuk kamar yang anda pesan!” Ucap pegawai resepsionis menyerahkan se

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Makan Masakan Istri

    Sudah sepekan lamanya, David menginap di apartemen Agnes. Mereka menikah karena sebuah kesepakatan, namun Agnes merasa David seolah tidak memahami Batasan yang sebagaimana ada di antara mereka. David terlalu mendalami perannya sebagai suami, membuat Agnes seakan lupa akan status mereka. Wanita itu mulai merasa jika kini dia memang sudah bersuami.Agnes melihat jam makan siang hampir berlalu, sejak tadi dia hanya mengurung diri di kamar. Tidak ada kegiatan, mmebuatnya hanya beraktivitas di kamar terlebih David tidak ke kantor hari ini, beralasan sedang tidak enak badan. Kenyataannya, lelaki itu dari pagi sampai siang terus berkutik di depan laptop miliknya.“Kamu tidak makan siang?” Tanya Agnes mengusik David yang matanya bahkan sibuk pada monitor laptop dan kedua tangannya sibuk dengan keyboard, entah apa yang sedang ia kerjakan.“Vid!” Panggil Agnes lagi, David baru tersadar dengan keberadaan Agnes yang duduk di meja makan kini sedang menghadapnya.“Apa kamu mengajakku bicara?” Tanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status