Share

Apartemen Sebastian

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-05-20 23:48:01
Usai makan siang, Sebastian meneleponnya.

"Kau sudah selesai?" tanya pria itu

"Ya, aku sudah memberikan penawaran dan pemiliknya setuju."

"Bagus, setelah ini aku akan menjemputmu."

"Aku tak ingin pulang dulu, Sebastian," jawab Eloise enggan.

"Aku tidak akan mengantarmu pulang, aku akan mengajakmu ke tempatku."

Eloise tertegun. Sebelum bertanya lebih jauh, Sebastian mematikan telepon seakan Eloise setuju dengan ajakannya.

Sejam kemudian Sebastian datang dan membawa Eloise menuju ke apartemennya.

Sebastian mengulurkan sebuah kartu akses apartemennya saat keduanya telah berada di depan pintu.

"Aku hanya memiliki dua kartu akses, satu untukmu kalau kau tidak ingin tinggal di rumah." Sebastian menjelaskan, seakan tahu keengganan Eloise berada di mansion. Dulu pria itu memaksanya menghadapi Valerie dan menyebutnya pecundang, tapi sekarang mengapa Sebastian berubah pikiran?

Apartemen Sebastian jenis penthouse. Terletak di lantai teratas dan memiliki fasilitas mewah. Eloise se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Menemui Eloise

    Sebastian dan Dominic tampak sibuk membalik daging bakar di atas alat pemanggang sementara Rosa menyiapkan masakan di atas meja. Eloise menjaga Ethan yang bermain di ruang tengah saat sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari Jolie. "Bisakah kita bicara? Aku butuh teman ngobrol." Pesan itu tampak seperti orang yang tengah putus asa. Eloise segera menelepon Jolie. "Aku sedang berada di rumah danau. Sebaiknya kau ke sini, kukirim alamatnya, okay?"Jolie terdengar ragu. "Tidak, aku tak ingin mengganggu liburan kalian." "Tak apa, Jolie. Aku bersama Dominic dan Rosa."Setelah lama membujuk, akhirnya Jolie bersedia datang. Beberapa jam lalu Jolie telah menghubungi teman-teman terdekatnya yang berada di New York, mengajak mereka bertemu sekedar ngobrol untuk meluapkan kesedihannya. Tapi di akhir pekan seperti malam ini, kebanyakan dari mereka telah memiliki agenda sendiri. Eloise menghampiri Rosa. "Kita butuh satu piring lagi. Jolie akan datang kesini.""Baik, Nyonya."Sebastian menoleh me

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kejujuran Sean

    Jolie memandang sekilas mobil yang berhenti di halaman mansion sore itu. Sean keluar beberapa saat kemudian, nyaris berjalan masuk ke dalam rumah tatkala matanya menangkap sosok istrinya tengah duduk di bangku taman sembari membaca buku. Sean akhirnya melangkah mendekat. Jolie berpura-pura kembali sibuk dengan buku di tangannya saat Sean berdiri di sampingnya. "Aku tiba tadi pagi, tapi aku tidak mampir, terlalu lama jika harus ke mansion dulu. Jadi aku ke apartemen dan langsung ke kantor." Sean menjelaskan. "Ya," jawab Jolie dengan nada tak peduli. Pandangannya masih tertuju pada buku di tangannya padahal hatinya dipenuhi emosi. Sean bahkan enggan untuk sekedar meneleponnya untuk mengabarkan jika pagi tadi pria itu sudah berada di New York.Sean memahami kemarahan Jolie, ia mengambil tempat di samping Jolie. "Aku minta maaf." Sean meminta maaf dengan sepenuh hati, meski tanpa sepengetahuan Jolie, ia telah berpaling hati pada wanita lain. "Untuk apa?" tanya Jolie menoleh dengan m

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Aku ingin kau hamil

    "Ini salah, Pak," bisik Sarah saat keduanya berada di sofa apartemen Sarah. Sean berada di atas wanita itu, mencium bibir dan leher Sarah. "Pak, tolong hentikan," ucap Sarah saat bayangan Jolie tiba-tiba terlintas di benak Sarah. Tangan Sarah menahan dada Sean meski tidak begitu kuat. Antara keinginan untuk melanjutkan dan kesadaran jika pria di atasnya adalah pria beristri, "ada istri yang menunggumu pulang."Sean membeku. Matanya yang berkabut karena gairah menatap Sarah beberapa saat. "Maaf, Sarah." Dengan kesadaran yang muncul perlahan, Sean bangkit duduk, mengusap wajahnya, "aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Yang baru saja terjadi itu keadaan hatiku yang sebenarnya. Aku benar-benar menyukaimu."Sarah bergeser duduk, ia menghela nafas panjang. "Aku juga mengagumi anda, Pak. Tapi ini salah."Sean tersenyum getir. "Ya, aku tahu. Tapi aku tak bisa mengendalikan diriku." Sean bangkit berdiri, "sekali lagi maafkan aku."Sean berjalan keluar, Sarah membuntuti dari belakang. "Semog

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Ciuman Sean

    Sean banyak melamun saat di kantor hari ini. Meskipun ia tidak merasa sedih dengan kepergian Jolie, tapi sedikitnya ia merasa bersalah telah mengabaikan perasaan istrinya. Suara ketukan di pintu ruang kerjanya, membuyarkan lamunan Sean. "Ya," jawab Sean pendek dan pintu ruangannya terbuka. Sosok Sarah muncul dengan tumpukan dokumen. "Ini dokumen yang anda minta, Pak." Sarah meletakkan di atas meja Sean. Sean mengangguk tanpa senyum sembari meraih salah satu dokumen. Laporan rugi laba bulan lalu. Tak sengaja ia menghempaskan tubuh bersandar di kursinya, menampakkan kegelisahan hatinya. "Ada yang bisa ku bantu, Pak?" tanya Sarah melihat raut wajah Sean yang tak seperti biasanya. Sean tersenyum tipis. "Aku selalu kesulitan membaca laporan semacam ini, dulu aku selalu dibantu saudara tiriku." Sarah memperhatikan Sean yang menumpu satu tangan di sandaran tangan. Ia mengulurkan tangan meminta berkas di tangan Sean. Sarah duduk di depan Sean saat pria itu memberikannya kepada Sarah.

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kepulangan Jolie

    "Percuma aku pindah ke sini jika akhirnya kau lebih sering pulang larut malam." Jolie protes dengan suara keras saat malam itu Sean pulang terlambat. Lagi. "Keadaan cabang sedang tidak baik-baik saja, Jolie. Aku sudah pernah mengatakan itu padamu."Jolie enggan untuk berdebat. Bukan karena ia merasa Sean memiliki alasan yang tepat. Tapi karena penolakan Sean yang pada akhirnya membuat jurang di antara mereka semakin dalam. "Baiklah, kurasa keputusanku salah untuk tinggal di sini agar lebih dekat denganmu, karena pada dasarnya hati kita yang semakin jauh, Sean." Jolie menyilangkan kedua tangan di depan dada, "aku akan kembali ke New York besok."Sean menatap lekat mata istrinya yang dingin dan tajam. Mencari rasa yang selama ini dicarinya di sana. Tapi Sean tak menemukannya. Kosong. "Mungkin itu jalan terbaik bagi kita." Sean tanpa ragu melangkah menuju kamar mandi. Melepas penat dengan mandi air hangat dan membiarkan Jolie semakin meradang. Jolie yang berkorban untuk lebih dekat d

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Perasaan berbeda

    Percintaan panas Sebastian dan Eloise berakhir di ranjang. Keduanya mengatur nafas saat telah mencapai pelepasan. Sebastian mencium bibir Eloise dengan lembut. "Kau mengantuk, Sayang?" Ia memperhatikan mata Eloise yang meredup. "Ya, mengantuk dan puas. Kombinasi yang sempurna," jawab Eloise dengan senyum bahagia. Ia menyurukkan wajah di antara dada dan bahu Sebastian. Eloise memejamkan mata. "Tidurlah, Sayang." Sebastian mengecup kening Eloise dan merapikan rambut cokelat istrinya yang menutupi kening dan pipi. "Aku mencintaimu, Sebastian," bisik Eloise sebelum tertidur."Aku juga mencintaimu, Eloise."Sebastian mendekap erat tubuh Eloise, kemudian ia ikut tertidur pulas. Sean sengaja berangkat lebih pagi, ia ingin menghindari pertengkaran dengan Jolie saat semalam tercipta suasana tidak nyaman di antara keduanya. Jolie belum bangun saat Sean menutup pintu apartemen dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Suasana masih sepi di kantor. Tentu saja karena Sean datang satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status