Malam harinya Sebastian menepati janji untuk pulang, ia mempercepat jadwal perjalanan bisnisnya. Ia meminta Sean untuk mewakili dirinya untuk sehari ke depan. Sebastian tiba di bandara JFK International Airport dan langsung menuju tempat tinggal Eloise dengan menempuh perjalanan sekitar satu jam karena letak toko yang berada di pinggiran kota. Sebastian menelepon Eloise saat telah berada di depan pintu. Pintu terbuka. Memperlihatkan mata sembab Eloise. Sebastian meletakkan koper dan tasnya. Ia mendekat perlahan dan memeluk perempuan itu. Eloise kembali menangis. "Kamu tega sekali, Sebastian.""Aku sengaja melakukanya, aku ingin kamu hamil.""Tapi aku belum siap. Aku sendirian.""Ada aku, Eloise." Sebastian mengelus rambut Eloise, "ada aku," ucapnya menenangkan. Sebastian menunggu hingga tangis Eloise mereda, setelahnya ia membawa wanita itu ke kamar tidur. Sebastian menyelimuti tubuh Eloise yang berbaring menyamping. Pria itu duduk di tepi ranjang memperhatikan mata Eloise yang
Daniel menyapa Eloise yang sedang menata bunga pada pajangan di depan toko pagi itu. "Kau ada waktu nanti malam?" tanya Daniel, "aku ingin mengajakmu nonton ke bioskop, ada film baru minggu ini.""Maaf, Daniel aku tak bisa." Eloise menolak dengan senyum. Ia tak enak hati selalu mengecewakan pria itu tapi ia juga tak mau membuat masalah dengan Sebastian, karena hampir tiap malam Sebastian selalu menginap di tokonya. "Baiklah, mungkin lain kali." Daniel beranjak pergi saat terlihat dua wanita mendekati toko bunga Eloise. "Hanya toko jelek seperti ini membuatmu jadi sombong?! " Jolie berkacak pinggang. Eloise tampak kaget, tak mengira ibunya dan Jolie datang berkunjung. Darimana mereka tahu tentang toko bunganya? "Kau sudah ingkar janji, Eloise," ucap Valerie tanpa basa basi. "Aku sudah berusaha meminta Sebastian.. ""Omong kosong!" bentak Jolie menyela. Eloise menghela nafas kasar. "Jangan salahkan aku jika ia tidak ingin bercerai dariku, Jolie."Jolie berjalan mendekat. "Kau sam
Sebastian merengkuh kembali Eloise dalam pelukan nya saat perempuan itu hendak bangkit duduk. "Sebastian, ini salah. Kau harus pulang, Jolie pasti menunggumu." Eloise berusaha menjauh tapi tangan Sebastian mencegahnya. "Aku jarang pulang ke rumah," bisik Sebastian. "Tapi Jolie tunanganmu, dia berhak.. ""Kau yang lebih berhak, kau masih istriku," sela Sebastian tajam. Eloise mendesah, selama ini Sebastian selalu mengelak membicarakan tentang perceraian. "Jolie pasti marah." Ia bingung harus meyakinkan dengan cara apa lagi. "Aku tak peduli."Eloise menghela nafas panjang. "Perlakukan dia dengan baik, Sebastian.""Itukah keinginanmu?" Sebastian meraih dagu Eloise, memaksa Eloise untuk melihat matanya, "kau akan bahagia melihat kami bersama?"Tidak. Sama sekali tidak, ucap Eloise dalam hati, ia tidak akan rela. "Aku ingin menuruti keinginan Ibu dan Jolie."Sebastian tersenyum miring. "Itu bukan jawaban pertanyaanku."Eloise memalingkan wajahnya setelah beberapa saat keduanya sali
Eloise kalut sejenak. Ucapan ibunya terngiang kembali memintanya untuk merelakan Sebastian untuk Jolie. Tapi ia juga merindukan pria yang saat ini berada di atas tubuhnya. “Jangan Sebastian, hentikan. Aku tak mau melakukannya.” Tapi Eloise tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Saat Sebastian menunduk untuk menciumnya lagi, Eloise menyambutnya dengan penuh gairah. “Pembohong,” bisik Sebastian bergerak liar ke bawah tubuh Eloise, merangsang puncak dada Eloise hingga Eloise meremas erat rambut coklat Sebastian dengan mendesah kuat. Sebastian bergerak semakin ke bawah, memberi jejak basah di sekitar perut Eloise hingga kepala pria itu tenggelam di antara paha Eloise, memberi sentuhan demi sentuhan dengan lidah dan bibirnya. Eloise berteriak saat mendapat klimaks pertamanya. Sebastian berdiri, tersenyum lebar melihat Eloise yang lemas tak berdaya. Ia melepas celana boxernya. Ia bergerak naik di atas tubuh Eloise dan memposisikan diri di antara tubuh bawah Eloise. Suara-suara
Eloise terdiam dengan tubuh gemetar usai menerima pesan singkat dari Stephen. Bagaimana ini?Besok ia harus hadir merangkai bunga segar untuk acara pertunangan Sebastian dan Jolie? “Aku mengandalkanmu, Eloise. Bertha absen karena harus mengerjakan proyek di tempat lain.” Tulisan Stephen di layar ponsel membuatnya bingung. Tidak mungkin ia sanggup merangkai bunga untuk acara pertunangan suaminya sendiri. Tetapi jika ia menolak, bagaimana nasib hubungan kerjasamanya dengan Stephen? Stephen pemilik EO cukup besar dan terkenal di NYC. Jika ia mengecewakan pria itu, ia khawatir akan menghambat kelangsungan bisnis toko bunganya di masa depan. “Baiklah, aku pasti datang.” Eloise mengetik pesan balasan. Sementara di mansion, Jolie tampak gembira mendapat kabar dari Stephen tentang kesediaan Eloise untuk merangkai bunga segar untuk acara pertunangannya. Jolie sengaja mencari tahu tentang bisnis Eloise dan mencari di media sosial milik Eloise, dengan siapa saja wanita itu bekerja sama sela
Hampir seminggu tak ada kabar, Jolie mendesak ibunya untuk menelepon Sebastian. “Dia masih mengurus perceraiannya, Jolie. Bersabarlah.”“Tidak, Ibu. Ini sudah terlalu lama. Setidaknya aku dan dia bertunangan lebih dulu.”“Aku tak tahu dia setuju atau tidak.”“Cobalah bilang padanya, Bu,” rajuk Jolie.“Aku akan mengatakannya saat dia pulang.” Valerie tidak mungin mengatakan tidak pada putri kesayangannya. Saat Sebastian tidak pulang ke mansion, Valerie terpaksa meneleponnya.“Jolie ingin kalian bertunangan lebih dulu,” ucap Valerie saat suara Sebastian terdengar di seberang telepon.Tak ada jawaban. “Suruh anakmu bersabar, apa susahnya menunggu beberapa minggu lagi?” tanya Sebastian terdengar kesal.“Tapi Jolie bersikeras ingin bertunangan denganmu, Sebastian.”Diam sesaat. “Tanda tangani setengah saham yang ingin kau jual, kutransfer uangnya, setelah itu urus acara pertunangannya.” Usai bicara Sebastian menutup teleponnya.Valerie bimbang. Bagaimana jika Sebastian mengingkari perjan