Share

Perasaan berbeda

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-07-22 23:49:34

Percintaan panas Sebastian dan Eloise berakhir di ranjang. Keduanya mengatur nafas saat telah mencapai pelepasan.

Sebastian mencium bibir Eloise dengan lembut. "Kau mengantuk, Sayang?" Ia memperhatikan mata Eloise yang meredup.

"Ya, mengantuk dan puas. Kombinasi yang sempurna," jawab Eloise dengan senyum bahagia. Ia menyurukkan wajah di antara dada dan bahu Sebastian. Eloise memejamkan mata.

"Tidurlah, Sayang." Sebastian mengecup kening Eloise dan merapikan rambut cokelat istrinya yang menutupi kening dan pipi.

"Aku mencintaimu, Sebastian," bisik Eloise sebelum tertidur.

"Aku juga mencintaimu, Eloise."

Sebastian mendekap erat tubuh Eloise, kemudian ia ikut tertidur pulas.

Sean sengaja berangkat lebih pagi, ia ingin menghindari pertengkaran dengan Jolie saat semalam tercipta suasana tidak nyaman di antara keduanya.

Jolie belum bangun saat Sean menutup pintu apartemen dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Suasana masih sepi di kantor. Tentu saja karena Sean datang satu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Aku ingin kau hamil

    "Ini salah, Pak," bisik Sarah saat keduanya berada di sofa apartemen Sarah. Sean berada di atas wanita itu, mencium bibir dan leher Sarah. "Pak, tolong hentikan," ucap Sarah saat bayangan Jolie tiba-tiba terlintas di benak Sarah. Tangan Sarah menahan dada Sean meski tidak begitu kuat. Antara keinginan untuk melanjutkan dan kesadaran jika pria di atasnya adalah pria beristri, "ada istri yang menunggumu pulang."Sean membeku. Matanya yang berkabut karena gairah menatap Sarah beberapa saat. "Maaf, Sarah." Dengan kesadaran yang muncul perlahan, Sean bangkit duduk, mengusap wajahnya, "aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Yang baru saja terjadi itu keadaan hatiku yang sebenarnya. Aku benar-benar menyukaimu."Sarah bergeser duduk, ia menghela nafas panjang. "Aku juga mengagumi anda, Pak. Tapi ini salah."Sean tersenyum getir. "Ya, aku tahu. Tapi aku tak bisa mengendalikan diriku." Sean bangkit berdiri, "sekali lagi maafkan aku."Sean berjalan keluar, Sarah membuntuti dari belakang. "Semog

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Ciuman Sean

    Sean banyak melamun saat di kantor hari ini. Meskipun ia tidak merasa sedih dengan kepergian Jolie, tapi sedikitnya ia merasa bersalah telah mengabaikan perasaan istrinya. Suara ketukan di pintu ruang kerjanya, membuyarkan lamunan Sean. "Ya," jawab Sean pendek dan pintu ruangannya terbuka. Sosok Sarah muncul dengan tumpukan dokumen. "Ini dokumen yang anda minta, Pak." Sarah meletakkan di atas meja Sean. Sean mengangguk tanpa senyum sembari meraih salah satu dokumen. Laporan rugi laba bulan lalu. Tak sengaja ia menghempaskan tubuh bersandar di kursinya, menampakkan kegelisahan hatinya. "Ada yang bisa ku bantu, Pak?" tanya Sarah melihat raut wajah Sean yang tak seperti biasanya. Sean tersenyum tipis. "Aku selalu kesulitan membaca laporan semacam ini, dulu aku selalu dibantu saudara tiriku." Sarah memperhatikan Sean yang menumpu satu tangan di sandaran tangan. Ia mengulurkan tangan meminta berkas di tangan Sean. Sarah duduk di depan Sean saat pria itu memberikannya kepada Sarah.

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kepulangan Jolie

    "Percuma aku pindah ke sini jika akhirnya kau lebih sering pulang larut malam." Jolie protes dengan suara keras saat malam itu Sean pulang terlambat. Lagi. "Keadaan cabang sedang tidak baik-baik saja, Jolie. Aku sudah pernah mengatakan itu padamu."Jolie enggan untuk berdebat. Bukan karena ia merasa Sean memiliki alasan yang tepat. Tapi karena penolakan Sean yang pada akhirnya membuat jurang di antara mereka semakin dalam. "Baiklah, kurasa keputusanku salah untuk tinggal di sini agar lebih dekat denganmu, karena pada dasarnya hati kita yang semakin jauh, Sean." Jolie menyilangkan kedua tangan di depan dada, "aku akan kembali ke New York besok."Sean menatap lekat mata istrinya yang dingin dan tajam. Mencari rasa yang selama ini dicarinya di sana. Tapi Sean tak menemukannya. Kosong. "Mungkin itu jalan terbaik bagi kita." Sean tanpa ragu melangkah menuju kamar mandi. Melepas penat dengan mandi air hangat dan membiarkan Jolie semakin meradang. Jolie yang berkorban untuk lebih dekat d

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Perasaan berbeda

    Percintaan panas Sebastian dan Eloise berakhir di ranjang. Keduanya mengatur nafas saat telah mencapai pelepasan. Sebastian mencium bibir Eloise dengan lembut. "Kau mengantuk, Sayang?" Ia memperhatikan mata Eloise yang meredup. "Ya, mengantuk dan puas. Kombinasi yang sempurna," jawab Eloise dengan senyum bahagia. Ia menyurukkan wajah di antara dada dan bahu Sebastian. Eloise memejamkan mata. "Tidurlah, Sayang." Sebastian mengecup kening Eloise dan merapikan rambut cokelat istrinya yang menutupi kening dan pipi. "Aku mencintaimu, Sebastian," bisik Eloise sebelum tertidur."Aku juga mencintaimu, Eloise."Sebastian mendekap erat tubuh Eloise, kemudian ia ikut tertidur pulas. Sean sengaja berangkat lebih pagi, ia ingin menghindari pertengkaran dengan Jolie saat semalam tercipta suasana tidak nyaman di antara keduanya. Jolie belum bangun saat Sean menutup pintu apartemen dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Suasana masih sepi di kantor. Tentu saja karena Sean datang satu

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Sarah

    Hari baru. Semangat baru. Sean mengawali hari dengan mengadakan rapat pagi ini dengan agenda khusus mengevaluasi kegagalan penjualan di semester satu, selain itu ia memberi tugas kepada tim pemasaran untuk mendongkrak penjualan yang terpuruk di semester satu. Sarah duduk agak jauh dari Sean, tapi pembicaraan semalam tak bisa Sean lupakan. Sesekali ia mencuri pandang pada wanita itu. Dengan menahan pening akibat minuman keras semalam, Sarah berusaha untuk tetap fokus di rapat kali ini. Ia berkali-kali meneguk gelas berisi air mineral di atas meja. "Kau baik-baik saja?" tanya Sean seraya mengulurkan sebutir aspirin kepada Sarah saat rapat selesai dua jam kemudian"Aku baik-baik saja, Pak." Sarah tertegun mendapati Sean begitu perhatian padanya. Ia mengeluh dalam hati. Berharap pembicaraan semalam hanya sekedar angin lalu bagi bosnya. Dan ucapan-ucapan Sean yang sedikit mengarah pada godaan hanya karena pria itu dalam keadaan mabuk. Sarah sangat menginginkan pekerjaan ini, sebagai ka

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Sean mabuk

    Sarah duduk bersebelahan dengan Sean, menikmati segelas wiski di atas meja bar."Apakah ini karena laporan keuangan yang aku berikan, Pak?" tanya Sarah menunjuk pada minuman keras yang tengah dipegang oleh Sean. Sean meringis sembari menyesap minumannya. "Jangan bicarakan pekerjaan di sini, dan jangan memanggilku 'Pak' saat di luar kantor. Kau membuatku merasa sangat tua."Sarah terkekeh. Entah karena minuman keras atau suasana hatinya yang resah, Sean merasa tawa Sarah terlihat menawan. "Kau cantik," bisik Sean spontan. "Dan kau sedang mabuk, Pak. " balas SarahSean menyentuh botol bir Sarah dengan gelas minumnya. "Sudah ku bilang jangan memanggilku Pak.""Oke... Sean.""Itu lebih baik." Sean memandang sekilas ke arah Sarah sebelum kembali menyesap minumannya. Ia ingin mabuk malam ini dan melupakan angka-angka di laporan keuangan yang membuatnya depresi. Sean memberi isyarat pada bartender untuk mendekat. "Lagi," ucap Sean seraya menggeser gelas kosongnya. Sang bartender kembali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status