Share

Perayaan Tahun Baru

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-05-26 23:43:26
Sebastian mengajak Eloise makan malam di sebuah resto dekat apartemen sebelum keduanya pulang. Hampir tengah malam saat mereka sampai di penthouse milik Sebastian.

Sebastian memperlihatkan sisi lain dirinya. Seorang yang hangat dan perhatian. Benar-benar bukan pribadi yang selama ini Eloise kenal. Sepanjang acara makan hingga pulang ke apartemen, Sebastian tak jarang mencium kening Eloise, membuat hati Eloise meleleh.

Sebastian berbaring di ranjang, menatap Eloise yang tengah keluar dari walk in closet, mengenakan pakaian tidur berbahan sutra yang khusus dipesan Sebastian minggu lalu dari butik langganannya. Eloise naik ke atas ranjang dengan perlahan, tanpa sikap menggoda. Pria itu meraih tubuh Eloise dan merapatkan ke tubuhnya.

Dada Eloise berdegup kencang. Menatap mata hijau Sebastian yang memandangnya penuh damba.

Eloise reflek menyentuh ujung hidung Sebastian. "Ini indah," bisik Eloise.

Sebastian tersenyum menyadari sikap Eloise yang mulai berani mengekspresikan perasaan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Ini saatnya

    Sudah genap satu tahun. Eloise menunggu saat yang tepat untuk mengucapkan perpisahan pada Sebastian. Ia takkan menunggu pria itu mengatakannya atau bahkan mengusirnya. Ia yang harus tahu diri. Malam itu momen yang ia tunggu. Sebastian duduk santai di atas sofa, terlihat membaca sesuatu di atas layar laptopnya. Eloise mengambil tempat duduk di samping Sebastian. Pria itu menoleh sekilas, memberikan senyuman dan merengkuh tubuh Eloise untuk merapat di sampingnya. "Sebastian," panggil Eloise sejenak kemudian. Sebastian menggumam sesaat, masih tampak serius. "Aku kau masih sibuk? Apa aku menganggu?" tanya Eloise. Sebastian memalingkan wajahnya menatap Eloise, menyadari jika ia tidak memperhatikan istrinya. Ia menutup laptop dan memandang Eloise. "Ada apa?" "Aku ingin berbicara tentang sesuatu." "Bicaralah." Eloise ragu sejenak, tak menyangka jika akan sesulit ini untuk mengatakan pisah. "Sudah satu tahun, Sebastian," bisik Eloise bergetar. Sebastian tampak ta

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Menyerah?

    Sebastian dan Eloise berdiri berdampingan menatap bangunan toko di hadapan mereka. Bangunan berlantai dua itu terkesan kokoh dan tampak menonjol dibandingkan dengan beberapa deret bangunan di kedua sisinya. Eloise memeluk pinggang Sebastian, menyandarkan kepala di lengan Sebastian. Pria di sampingnya telah menciptakan keajaiban dalam hidupnya, membuat cita-citanya menjadi kenyataan. Sebastian merengkuh bahu Eloise. "Kau menyukainya?" tanya SebastianEloise mengangguk. "Sangat. Ini lebih dari yang kubayangkan selama ini. Terima kasih, Sebastian, kau telah membuat impianku menjadi kenyataan," ucap Eloise terbata penuh haru. "Kau istri dari presdir Olympic Corp, kau tinggal bilang apa yang kau mau, semua pasti akan ku sediakan untukmu." Sebastian bicara dengan gaya bicara meyakinkan. Eloise tergelak. "Sombong sekali."Sebastian ikut tertawa. "Apa lagi yang kau inginkan?" tantang Sebastian. Eloise masih memandang Sebastian dengan tawa. Ingatannya kembali pada kata-kata Valerie. "Satu

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Perasaan apakah ini?

    Perayaan tahun baru terlewatkan oleh Sebastian dan Eloise. Keduanya sibuk saling memuaskan satu sama lain. Mereka akhirnya terbaring letih dan puas. Sebastian meredakan nafasnya yang memburu karena aktifitas tanpa henti sesaat tadi. "Kita melewatkan kembang api, Eloise."Eloise tertawa. Sebastian menoleh, mengagumi untuk pertama kali tawa lepas wanita itu. "Aku bahkan tidak mendengar ada suara kembang api," ucapnya masih dengan tawa. Sebastian berbaring miring menghadap Eloise, menikmati tawa istrinya. "Kau cantik, Eloise." "Jangan merayu lagi, Sebastian. Aku lelah." "Aku tidak merayu. Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tak pernah melihat tawamu seperti ini." Eloise berpaling dari tatapan memuja Sebastian, pipi Eloise merona malu. Sebastian meraih pinggang Eloise dan menggeser tubuhnya merapat. Menarik tubuh Eloise untuk menghadap ke arahnya. "Jangan pernah tertawa seperti itu pada pria lain. Hanya aku yang boleh melihatmu tertawa seperti ini." Sebastian tampak serius. El

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Hanya istri di atas kertas?

    Eloise menjauh dari keriuhan pesta, ia berjalan menuju balkon ballroom. Ada beberapa orang yang tampak berbincang akrab di kursi-kursi sepanjang koridor balkon. Eloise mencari tempat sepi. Memegang dadanya yang terasa nyeri. Apakah ia cemburu? Tidak, ia menggeleng kuat. Ia tidak berhak. Perasaan itu tidak boleh ada di hatinya. Sebastian bukan miliknya. Sebentar lagi, ya sebentar lagi pria itu bukan lagi suaminya. Semua akan segera berakhir. Eloise tertawa sumbang di antara tangisnya. Ia terlalu terbawa perasaan. Menganggap perhatian Sebastian selama beberapa minggu belakangan sebagai bentuk rasa suka. Yang benar saja, Eloise, kau terlalu percaya diri, batinnya mengejek. Eloise memejamkan mata, mengambil sebanyak-banyaknya udara untuk meredakan sesak di dada. Menatap langit malam dengan mata basah. "Kau di sini rupanya, aku mencarimu." Suara Sebastian terdengar dari belakang tubuh Eloise. Eloise yang kaget, buru-buru menghapus air mata. Tidak berani menoleh. Sebastian berdiri di

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Perayaan Tahun Baru

    Sebastian mengajak Eloise makan malam di sebuah resto dekat apartemen sebelum keduanya pulang. Hampir tengah malam saat mereka sampai di penthouse milik Sebastian. Sebastian memperlihatkan sisi lain dirinya. Seorang yang hangat dan perhatian. Benar-benar bukan pribadi yang selama ini Eloise kenal. Sepanjang acara makan hingga pulang ke apartemen, Sebastian tak jarang mencium kening Eloise, membuat hati Eloise meleleh. Sebastian berbaring di ranjang, menatap Eloise yang tengah keluar dari walk in closet, mengenakan pakaian tidur berbahan sutra yang khusus dipesan Sebastian minggu lalu dari butik langganannya. Eloise naik ke atas ranjang dengan perlahan, tanpa sikap menggoda. Pria itu meraih tubuh Eloise dan merapatkan ke tubuhnya. Dada Eloise berdegup kencang. Menatap mata hijau Sebastian yang memandangnya penuh damba. Eloise reflek menyentuh ujung hidung Sebastian. "Ini indah," bisik Eloise. Sebastian tersenyum menyadari sikap Eloise yang mulai berani mengekspresikan perasaan

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Daniel

    Keduanya tertidur hingga menjelang pagi. Suasana berkabut di musim dingin seperti hari ini membuat udara terasa membekukan tulang. Sebastian bangun lebih dulu dan kembali menambah kayu di atas perapian yang hampir padam. Sebastian mendekati ranjang dan memeriksa Eloise. Tubuh Eloise sudah tidak sedingin saat awal ia menemukannya di tempat ini. Untunglah Eloise tidak menghapus aplikasi alat pelacak yang terhubung di ponsel milik Sebastian sehingga dengan mudah ia mengetahui keberadaan Eloise. Tubuh Eloise bergerak gelisah. Ia menggumamkan sesuatu. "Aku tidak melakukannya, Ibu." Eloise masih memejamkan mata, tampaknya ia mengigau. Sebastian merapatkan selimut pada tubuh Eloise. "Itu fitnah." Eloise menangis dalam tidurnya, "percayalah padaku, Ibu." Eloise menangis tersedu. Sebastian tak tahan, ia sedikit mengguncang tubuh Eloise mencoba membangunkan wanita itu. "Eloise," bisik Sebastian. Eloise terisak masih dengan mata terpejam. Apakah kesedihan Eloise ada kaitannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status