Terjebak Bersama Wanita Gila
Bab 1 : Perkosaan
Terdengar gelakan tawa teman-temanku dari balik gudang bekas pabrik sepatu, markas ngumpul kami setiap malam. Aku semakin mempercepat langkah sambil membawa beberapa botol minuman keras serta rokok.
"Hahaaa, yang gratisan emang enak." Rudi tertawa puas sambil menaikan celananya.
Sedangkan Fatur dan Ramlan masih beraksi, mereka bergantian menunggangi seorang wanita tanpa busana yang sudah tak berdaya itu.
Aku duduk di samping Rudi, sambil menenggak minuman favorit kami.
"Cewek mana lagi tuh?" tanyaku sambil menghisap rokok dengan campuran ramunan spesial biar lebih melayang.
"Hahaaa, pokoknya barang bagus .... " Rudi terkekeh sambil meracik rokoknya.
Ramlan dan Fatur melengguh panjang, sepertinya mereka sudah mencapai klimaksnya.
Rudi meletakkan botol minumannya, lalu menghampiri sosok tak berdaya itu lagi.
"Yop, mau gak lo? Buruan!" Rudi melambaikan tangan padaku sambil bersiap beraksi lagi.
Aku mendekat dengan sempoyongan sambil membawa botol kesayangan.
"Astaga! Ini, kan, Minah Hancur... orang gila dari kampung sebelah," ucapku kaget dengan kesadaran tak lagi sempurna, namun aku masih bisa mengenali orang gila yang suka minta belikan kue kalau singgah di warung Mpok Wati itu.
"Hahaa, biarpun gila ... doi masih perawan, cuy .... "
"Keterlaluan kalian! Orang gila saja disikat, dasar anj**g!!!" Kudorong kasar Rudi lalu menutupi tubuh Minah dengan pakaian lusuhnya.
"Mabok lo? Cepat amat, baru aja setengah botol," ejek Rudi sambil bangkit dari jatuhnya.
"Nakal boleh, Bro, tapi jangan tanpa akal!" Kulempar botol minumanku dengan geram, lalu membantu Minah memakai pakaiannya. Wajahnya terlihat sembab, darah segar mengalir dari pahanya.
"Ah, jangan sok, lo? Biasanya juga lo ngembat juga mainan kita!" Rudi melengos.
Tak kuhiraukan sumpah serapah Rudi, segera kubawa Minah pergi. Biarpun bajingan, aku tak akan mau memperkosa orang gila seperti mereka. Masih banyak wanita nakal yang memang menjajakan tubuhnya dengan senang hati.
Berjalan memapah seseorang dalam keadaan setengah teler itu, ternyata sulit. Mereka semua memang binat**g! Kukira cewek kafe yang jadi korban malam ini, ternyata Si Minah, orang gila yang suka kelayapan ke mana-mana itu. Dia memang masih muda dan bertubuh bagus, namun sudah dari kecil memang sudah tak waras.
Kuantar Minah ke depan rumah nenek yang biasa merawatnya itu, sebab ia yatim piatu dari kecil.
"Nah, udah sampai rumah lo nih. Masuk sana! Dan ingat pesan gue, jangan main di dekat pabrik lagi!" ucapku dengan mata merem melek menahan pusing.
Minah berjalan terseok-seok memasuki rumah berdinding bambu itu. Aku bergegas berlari menuju pabrik, sebab motorku tertinggal di sana. Sial!
********
Siangnya, kupacu motor menuju warung kopi di ujung jalan. Kepala ini terasa masih ngambang, padahal minum cuma dikit semalam.
Kuseruput kopi panas itu sambil memakan beberapa gorengan. Dari ujung jalan, terlihat Minah sedang berjalan menuju sini. Seperti biasanya, ia akan meminta makanan dengan pengunjung warung Mpok Wati. Para Bapak-bapak yang nongkrong di sini biasanya akan memintanya menyanyi dan menari dulu, setelah itu baru dikasih makanan.
Perutku masih terasa lapar, lalu kupesan nasi uduk lagi. Tak kuhiraukan keributan karena kedatangan Si Minah. Gadis gila itu mulai beraksi, ia menari sambil guling-guling. Kasihan juga, para warga memperlakukan dia seperti itu. Salah seorang lalu melempar tahu goreng ke pojokan, Minah langsung berlari mengambilnya lalu memakannya dengan lahab.
Setelah membayar makanan, langsung kutinggalkan warung Mpok Wati. Entah apalagi yang akan diperbuat warga pada Minah? Aku malas melihatnya, apalagi setelah peristiwa tadi malam.
*********
Sejak saat itu, semakin sering kulihat Si Minah dikerjai Rudi. Bukan hanya dia, kemarin aku melihat Toni menggasak gadis gila itu di kandang kambing. Minah berlari senang setelah mendapat uang sepuluh ribu. Astaga, semakin rusak saja moral pemuda kampung sini.
Hingga pada akhirnya, perut Si Minah mulai membesar. Entah anak siapa yang dikandung gadis malang itu? Walaupun demikian, ia masih saja suka berkeliaran ke mana-mana. Neneknya yang sudah tua itu tak mampu melarang kemauan sang cucu yang selalu keluar rumah, hingga kadang juga tak pulang berhari-hari. Ia seperti mengobral diri ke mana-mana, siapa saja boleh mencicipinya.
Kini, setelah perut gadis gila itu semakin membesar, semuanya menjauh. Tak ada yang berani mendekatinya, sebab masing tak mau dituduh sebagai bapak bayi yang dikandung Minah.
Nama 'Minah Hancur' semakin melekat padanya, orang gila yang hamil dengan kehidupan hancur. Ada sedikit iba saat melihat Minah berkeliaran dengan keadaan hamil besar begitu. Ah, aku memang bukan orang suci tanpa dosa, namun ada keinginan untuk membantu kesembuhannya. Aku kasihan melihatnya yang hanya menjadi budak napsu orang-orang tak bermoral itu.
Bersambung ....
Terjebak Bersama Wanita GilaPart 58 : GodaanKetika kedua bibir insan itu sedang sibuk menikmati permainan di dalam sana, pria bermata cokelat itu tiba-tiba sadar dan sontak saja langsung mendorong tubuh wanita yang di hadapannya. Maya meringis kesakitan karena bagian tubuh belakangnya mengenai sofa dengan kasar. Yoppy tidak peduli dengan Maya yang terlihat sedang merasa kesakitan. “Aw!”Yoppy segera menggeser tubuhnya agak jauh dari gadis itu. Yoppy terlena oleh godaan setan yang berwujud mantan di depannya. Kedua mata Yoppy mengerjap beberapa kali.“Heh, dah gila lo, ya! Ngapain lo deket-deket gue? Pake acara cium-cium gue lagi. Cari kesempatan kan elo?” tuduh Yoppy pada Maya dengan tatapan mata setajam silet.Yoppy menyadari bahwa kejadian tadi adalah karena dia tak bisa mengontrol nafsunya sendiri. Matanya terpesona oleh body yang ditampilkan Maya. Dengan bajunya yang seksi dan dadanya terekspos keluar, membuat jiwa laki-laki Yoppy bangkit. Yoppy juga tadi sudah menahan-nahan un
Terjebak Bersama Wanita GilaPart 57 : Disamperin MantanMaya mencium tangan Tuan Marko dengan takzim. Tuan Marko terkejut ketika wanita seksi dengan body semok itu menyalaminya. Wanita di hadapan Tuan Marko itu mulutnya melengkung membentuk senyuman. Tuan Marko memalsukan senyumnya pada gadis asing itu.“Kenal kan Om, saya mantan pacarnya Yoppy,” ucap Maya sembari tersenyum seolah merasa bangga sehabis mengucapkan kalimat itu.Yoppy refleks dan langsung bangun dari tempat duduknya. Mata Yoppy melebar. Yoppy mencoba mencubit pahanya sendiri. Rasanya sakit. Ternyata dia sedang tidak bermimpi. Namun, Yoppy masih bergeming dan hanya memerhatikan Maya yang bersikap sok kenal dengan mamanya itu. Yoppy tak menyangka bahwa Maya akan mengaku sebagai mantannya di depan Tuan Marko. Yoppy ingin mencegahnya, tapi sudah terlambat. Tuan Marko hanya mengangguk sambil memandangi Maya dari atas sampai bawah. “Oh, oke. Silakan ngobrol dengan Yoppy. Saya masih ada kerjaan. Saya tinggal dulu, ya.” Tuan
Terjebak Bersama Wanita GilaPart 56 : CeramahTuan Marko berdiri dan beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan dengan gontai menuju ruangan Yoppy. Mungkin antara mereka masih butuh bicara empat mata. Tuan Marko masih perlu membimbing dan mengajarinya secara halus agar bisa menyentuh hatinya yang keras itu.Sesampainya di depan pintu ruangan Yoppy, tanpa mengetuk, Tuan Marko mendorong pintu kaca itu. Terlihat Yoppy sedang bersantai dengan ponsel di genggamannya. Yoppy mendengar suara jejak sepatu yang memasuki ruangannya, segera pria itu mendongakkan wajahnya dari layar hape. “Jadi seperti ini pekerjaan kamu di kantor tiap hari? Seperti ini pekerjaan yang kamu mau?” tegur Tuan Marko sambil memasang tampang marahnya. Yoppy meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. “Kalau seperti ini pekerjaan kamu, ini sama aja gak ngerubah sifatmu jadi lebih baik lagi. Katanya kamu mau diterima jadi mantunya ayah dokter Winda, tapi disuruh kerja aja gak becus.” Tuan Marko masih mengomeli
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 55 : Semakin PusingMentari telah bersinar di langit biru, burung-burung telah berkicauan dan terbang ke sana kemari mencari makan. Tak ubahnya juga manusia sedang berlalu lalang di jalanan menuju tempat kerja masing-masing untuk mengais rezeki. Mulai dari pekerja kantoran, pekerja buruh, sopir, hingga pemulung pun sudah bersiap-siap untuk menjemput rezeki. Pekerjaan mereka memang tak serupa, tapi tujuan mereka sama. Mereka yang bekerja adalah orang-orang yang hebat dan tangguh serta bertanggung jawab. Mereka hebat bisa memikul beban berat yang di pundaknya. Dan mereka mampu bertanggung jawab atas beban yang dipikulnya. Hari ini adalah hari kedua Yoppy bekerja. Yoppy masih mengambil dan memakai jas mamanya. Meski pun mereka adu mulut tadi malam, tapi Yoppy masih mempunyai akses bebas keluar masuk di kamar Tuan Marko. Kaki jenjang berbalut celana hitam itu melangkah gontai ke mobilnya. Namun, sebelum masuk ke mobil hitam itu, Yoppy sempat melihat ke
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 54 : PencuriTuan Marko berjalan dengan langkah gontai menuju ke kamar Yoppy. Niat awalnya dia ingin membicarakan sesuatu yang tidak terlalu penting tetapi tetap saja Yoppy berhak tahu karena itu menyangkut masalah pekerjaan di kantor. Langkah kaki tuan Marko sudah semakin dekat dengan kamar, kini Tuan Marko sudah tepat berada di depan pintu kamar Yoppy yang tertutup rapat. Tuan Marko ingin langsung masuk begitu saja, akan tetapi saat ingin memegang gagang pintu itu dia dengan tidak sengaja perlahan mendengar suara Yoppy dari tempatnya berdiri saat ini karena dari nada suaranya yang kuat dan terdengar sedang gembira. Tuan Marko diam sejenak karena dia seperti mendengar perkataan mengenai cincin. Kebetulan sekali cincin yang sudah dia simpan untuk dia berikan kepada Putri yaitu sang calon istrinya itu belum lama ini pun menghilang.Setelah sengaja menguping pembicaraan Yoppy dengan seseorang yang sedang dia telpon sepertinya benar, Yoppy memberikan sebu
Terjebak Bersama Wanita GilaPart 53 : GalauBulan yang menggantung di langit sedang bersinar cerah ditemani oleh ribuan bintang yang bertaburan. Sama halnya dengan seorang wanita cantik yang kini tengah berada di dalam kamar. Bibirnya dari tadi selalu tersenyum. Seolah ada hal yang menggelitik di perutnya hingga membuat perasaannya seceria itu. Mata yang indah dengan bulu mata lentik natural itu sedang menatap langit-langit kamarnya. Kamar gadis itu sederhana dan jauh dari kata aestethic. Bukan karena dia tidak punya waktu atau tidak bisa memodifikasi kamarnya. Namun karena dia lebih suka kamar yang simple. Itu lebih elegan menurutnya.Dokter Winda sedang memandangi cincin berlian yang tengah melingkar di jari manisnya dengan anteng. Kembali teringat dengan momen di saat pemakaian dan mendengarkan status paksaan atas barang yang kini telah tersemat di salah satu jarinya. Dokter itu kini merasa dilema dan dia membutuhkan teman untuk menampung semua ceritanya. Dokter Winda mengambil