Share

Part 9 Tukang Pijit Dadakan

Ayu yang mendengar ucapan dari Kenzo, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya di depan Kenzo.

"Ak-ku tidak terpesona dengan tuan," ucap Ayu dengan mengalihkan pandangannya menatap Kenzo menuju ke arah samping. Ayu menutup wajahnya yang terlihat merah merona dengan kedua tangannya.

"Kenapa wanita ini berbeda dengan orang yang selalu memujaku di luar sana." kata Kenzo dalam hati, ia menatap intens ke arah Ayu.

Ayu yang ditatap begitu menjadi salah tingkah. Kenzo berjalan menuju tempat tidur yang sedang diduduki oleh Ayu. Ayu melihat Kenzo yang sedang berjalan mendekati dirinya.

Kenzo menyentuh ujung rambut Ayu, Ayu merasakan ada yang tidak beres dan ia berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan oleh Kenzo.

"Jadi, kau tidak terpesona dengan tubuh tegapku?" ucap Kenzo dingin.

"Bu-bukan begitu tuan, aku..." ucapan Ayu terhenti saat mendengar ucapan Kenzo yang memotong pembicaraannya.

"Lalu apa?" tanya Kenzo mulai memainkan rambut Ayu di tangannya.

"Jika terpesona, bilang saja. Dasar kau itu payah sekali." lanjut Kenzo.

"Apa?" ucap Ayu dengan mulut menganga di depan Kenzo.

"Kau mulai melawan! Berani sekali kau menganga mulutmu di depanku. Cepat tutup mulutmu atau aku sendiri yang akan membungkam mulutnya itu. Ayu langsung menutup rapat mulutnya yang hampir mengeluarkan air liur atas mulutnya yang terbuka lebar.

"Maaf tuan, maksudku dirimu itu sangat terpesona. Aku suka dengan ketampananmu." tutur Ayu tanpa menyaring terlebih dahulu dan akhirnya ia berbicara dengan asal.

"Hahaha... Aku memang pria tampan dan terpesona. Banyak wanita di luar sana yang sengaja melemparkan dirinya untukku dan apakah kau tahu?" sahut Kenzo seraya menarik paksa dagu Ayu agar mendekatinya.

Kini, wajah Ayu dengan Kenzo begitu dekat dan Ayu merasakan hembusan nafas dari Kenzo. Ayu merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Tuhan, tolong aku agar terlepas darinya. Aku belum siap dan aku tidak mencintainya." batin Ayu.

"Dia cantik sekali." kata Kenzo dalam hati dan terus menatap wajah cantik Ayu.

Ayu masih duduk di atas tempat tidur dengan pakaian pengantinnya. Rasanya, ia ingin menggelamkan diri menuju tempat persembunyian semut. Tapi, ia tidak bisa melihat tatapan Kenzo yang sangat tajam mampu menghentikan niatnya.

"Cepat keringkan rambutku!" titah Kenzo seraya menyentuh rambut basahnya. Ayu yang melihat

tubuh Kenzo, ia terhipnotis dengan kesempurnaan wajah tampan yang dimiliki oleh Kenzo.

"Kau masih terpesona dengan diriku? Hem..." ucap Kenzo.

Seketika Ayu tersadar dari lamunannya saat mendengar suara berat Kenzo.

"Iy-ya Tuan." jawab Ayu terbata-bata.

"Cih! Kau ini cepat keringkan rambutku." sahut Kenzo.

"Iya." jawab Ayu mengambil handuk kecil yang terletak di laci dan ia mengeringkan rambut dari tuan mudanya.

"Awas saja, sampai ada satu helai rambutku yang terlepas dari kepalaku, kau akan menerima hukuman dariku," ucap Kenzo dingin.

Gelek!

"Apa! Dengan sehelai rambut saja aku kena hukum." gumam Ayu pelan.

"Apa kau bilang! Coba ulangi katamu tadi." sahut Kenzo cetus.

"Tidak tuan, rambutmu bagus sekali, aku suka mengeringkan rambutmu." jawab Ayu asal.

"Tidak hanya memiliki tatapan tajam, ia memiliki pendengaran yang tajam." kata Ayu dalam hati.

Ayu terus mengeringkan rambut milik Kenzo dengan hati-hati.

"Kau ini tidak ada bakat ya untuk mengeringkan rambut pun tidak nyaman. Jangan kasar donk,sakit tahu." ucap Kenzo menarik paksa lengan tangan Ayu sehingga Ayu terjatuhtepatt tubuhnya di atas tubuh Kenzo.

Ayu dan Kenzo menatap satu sama lain, terpersona itulah dirasakan oleh dua insan yang telah mengucapkan janji suci dan terikat dengan pernikahan sah secara hukum maupun secara agama.

Ayu yang lebih dulu tersadar dari lamunannya, ia langsung memperbaiki posisinya agar tidak menimpa tubuh Kenzo.

Kenzo yang melihat Ayu yang duduk di depannya, ia tersenyum miring menatap ke arah Ayu. "Berani sekali kau menggodaku. Apakah kau ingin meminta jatah malam pertama? Hem..." tanya Kenzo duduk di depan Ayu.

"Bu-bukan Tuan, maafkan aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku agar tetap berdiri di tempat tadi." jawab Ayu menunduk.

"Benarkah? Tapi jawabanmu aku tidak yakin." balas Kenzo menaruh jari tangannya di dagunya, ia melihat Ayu dengan tatapan intens.

"Bisakah kau berikan buktinya." lanjut Kenzo.

"Bukti? Maksudnya?" tanya Ayu binggung.

"Apa perlu aku ulangi perkataanku tadi." sahut Kenzo.

"Maaf tuan, bagaimana aku lanjutkan saja mengeringkan rambut tuan sekaligus memijat pundak tuan. Tuan pasti kelelahan dan butuh dipijat." tawar Ayu mengalihkan pembicaraan.

"Ide bagus, ya sudah, cepat selesaikan mengeringkan rambutku dan pijat leherku dengan baik." balas Kenzo.

"Baik Tuan." jawab Ayu dengan secepat mungkin mengeringkan rambut milik Kenzo dan ia berdiri dari duduknya dan ia berjalan menuju ruang ganti untuk menggantungkan handuk yang basah itu. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah tempat tidur yang dimana sudah ada Kenzo yang duduk manis di atas tempat tidur.

"Tuan, maaf menunggu. Izinkan aku memulai memijat tuan," ucap Ayu berdiri di depan Kenzo.

"Hemz..." deheman Kenzo sebagai tanya setuju.

Akhirnya, Ayu mulai memijat pundak Kenzo dengan pelan dan teratur.

"Lumayan juga pijatanmu." puji Kenzo saat merasakan kenyamanan yang diberikan oleh Ayu. Ia terus menikmati sesuatu yang baru dan ia begitu penasaran dengan gosip para karyawan lelakinya yang selalu memuji pijatan istrinya yang enak dan nyaman. Ia pun mencoba pijatan yang diberikan oleh istrinya.

"Terima kasih, Tuan." jawab Ayu tersenyum.

"Sepertinya, aku harus mengangkatmu sebagai tukang pijat pribadiku. Bagaimana? Kau setuju kan!" ucap Kenzo dengan seenak jidatnya berbicara tanpa berpikir lebih dulu bagaimana penderitaan Ayu saat ini yang dirasakannya saat ia salah sedikit memberikan pijatan terhadap Kenzo. Bisa saja, Kenzo langsung menghukumnya.

Ayu menelan salivanya dengan susah, dalam hatinya akan ada lagi hal-hal meresahkan untuk dirinya.

"Bagaimana?" tanya Kenzo lagi.

"Iya, terserah tuan saja." jawab Ayu singkat.

"Bagus, sepertinya aku punya bisnis baru dan kali ini bisnis praktek tukang pijat. Lumayan bukan?" ucap Kenzo.

"Praktek pihak!" pekik Ayu yang berhasil mengagetkan Kenzo.

"Iya, kenapa?" tanya Kenzo dengan memiringkan alisnya.

"Eh-emmm... Boleh tuan tapi siapa yang menjadi pemijatnya, Tuan?" jawab Ayu yang malah bertanya balik.

"Siapa lagi kalau bukan kau?" terdengar meresahkan ya tapi Kenzo terlihat bahagia karena berhasil membuat Ayu kesal. "Itu untuk mencicil hutang Papa-mu." lanjut Kenzo dengan terkekeh menahan tawa.

"Tapi tuan, masih banyak tukang pijat profesional dan aku tidak pandai dalam memijat." jawab Ayu.

"Kalaupun tuan mati-matian menyuruhku untuk memijatmu. Takutnya jika aku memijatmu terus menerus bisa jadi otakmu jadi gesrek ke samping karena kekesalanku." kata Ayu dalam hati yang terus memijat pundak Kenzo.

"Ada kau disini lalu untuk apa aku membuang uangku untuk membayar tukang pijat." balas Kenzo santay.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status