Share

Terjebak Cinta Dua Pria
Terjebak Cinta Dua Pria
Penulis: Salvatia Jones

Bab 1

Banyak orang-orang dari daerah bermimpi bisa bekerja di salah satu gedung pencakar langit di Jakarta. Jujur, aku juga bagian dari mereka. Aku pikir pasti keren kalau bisa mengambil snapgram dari ketinggian.

Aku beruntung mendapatkan kesempatan bekerja di Seleb House Entertainment, kantor management influencer dan artis yang terletak di lantai tiga puluh lima dari enam puluh lantai yang ada.

Bisa dibilang, semua mimpiku telah menjadi nyata. Aku berhasil jadi sarjana komunikasi, bertemu dengan artis-artis dan influencer sosial media yang dinaungi oleh manajemen kantorku, dan secara mental aku merasa lebih sehat.

Karena kalau membayangkan tekanan yang bisa kudapatkan di rumah, rasanya aku mau cari tali yang cukup kuat untuk menggantung leherku di pohon mangga.

Aku terlahir di keluarga yang punya pemikiran sederhana. Mereka berpikir bahwa apa yang bisa wanita lakukan setelah lulus SMA hanya lah menunggu seseorang yang mau menikahi kita. Dengan itu, orang tua akan lega karena telah berhasil mengantar anaknya sampai ke tahap lanut kehidupan. Tapi aku termasuk orang yang kebanyakan berpikir. Aku tahu banyak orang seusiaku yang terlambat menikah, karena kita belajar dari apa yang telah terjadi pada orang-orang terdahulu.

Saat ini kekhawatiranku akan pernikahan terbukti di kak Nena dan Pongky. Minimal dua bulan sekali mereka pasti selalu mengontakku untku meminjam uang, Untuk beli susu lah, bayaran TK keponakanku lah. Maksudku, aku senang bisa membantu, tapi masalahnya mereka juga lah yang dulu menertawakanku ketika aku makan telor ceplok tiap hari saat mengirit untuk biaya kuliah dan sekarang hanya aku satu-satunya yang memiliki gaji dua digit dari keluargaku.

Satu tahun setelah aku bekerja di gedung tinggi ini, hanya keluhan dan penyesalan yang tersisa. Karena bekerja di gedung setinggi ini pasti berhubungan dengan panjangnya antrian menuju lift, belum lagi peristiwa gempa bumi yang baru satu kali kualami dulu, tapi cukup sebagai pengalaman sekali seumur hidup mengingat bagaimana kesusahanku harus turun tangga dari lantai tiga puluh lima.

Sekelompok orang di depanku masuk ke lift yang kosong. Tepat di giliranku, lift terlihat penuh dan segera menutup tanpa ada niat dariku untuk ikutan masuk.

Aku melihat jam tangan pink-ku, baru menunjukkan angka delapan. Bagus lah tiga puluh menit lebih cepat. Aku tidak telat.

Bayanganku di cermin membuatku bisa melihat ke belakangku. Antrian lift nomor lima tampak lebih ramai sementara di antrianku tinggal tiga orang yang sibuk menatap ponsel mereka masing-masing.

Aku menyempatkan berkaca. Aku puas dengan hasil tataan rambutku hari ini. Rambut panjang yang bergelombang memang perlu perawatan khusus dan aku bersyukur mendapatkan produk murah yang tepat. Sehingga walau pun rambutku dicat cokelat, tetap terlihat sehat dan mengilap. Untuk bajunya, hari ini aku memakai dress rempel selutut warna peach. Salah satu dari puluhan koleksi dress warna pastel yang kupunya. Sepatuku heels putih tiga senti berujung runcing. Tasku sebuah mini clutch putih panjang yang kujinjing santai. Aku meninggalkan semua atribut kerjaku di meja. Sengaja, biar tidak ribet kalau harus bertugas di luar.

"BIRTHDAY GIRL!" Tubuhku ditubruk dari samping. Aku menoleh ke seorang pria kurus yang dengan gaya rambut belah dua itu. Aku menonjok perutnya pelan kala melihat cengirannya.

"Sakit Winda bego!

"Bodo amat!"

"Nanti jadi traktir pizza kan?" Jared merangkulku. Tinggiku yang seratus tujuh puluh tiga senti membuatnya agak berjinjit.

"Pengennya sih gak jadi, tapi kan budayanya WAJIB." Aku bersidekap kesal.

"Udah jangan cemberut gitu, nanti gue yang bayarin aja. Oke?"

"Beneran lo? Nge-prank gak nih?"

"Bener lah! Gue gak setega itu kali."

"Halah dusta! Emang lo pikir gue gak tau, lo yang ngerjain bu Gea waktu dia ultah kan? Pake pura-pura jadi selingkuhan suaminya segala? Keterlaluan tau gak!"

"Ya elah gitu doang. Eh itu Capt Romi bukan sih?"

Melalui bayangan di cermin kami bisa melihat sesosok pria tinggi dengan seragam pilot putih yang dibalut jaket kulit hitam. Aku dan Jared menoleh. Melihat Capt Romi datang dengan managernya, seorang wanita gemuk berambut pirang. Mereka mengantri lift di belakang kami.

Hanya dari jarak segini saja aku bisa merasakan detak jantungku lompat-lompatan. Aku buru-buru mengembalikan pandanganku ke depan. Kuremas pegangan tasku, mengalihkan hatiku yang mendadak terasa kesemutan.

Jangan sampai aku bertindak aneh-aneh.

Dulu di awal pandemi melanda dan semua orang mendadak jadi selebriti sosial media, Capt Romi adalah salah satu orang yang sangat-sangat kuidolakan.

Pertamanya sih karena alasan teknis. Dia membuat konten video berbagi cerita tentang pengalamannya sebagai pilot dengan kualitas bagus. Kedua, dia ganteng. Maksudku, SUPER GANTENG! Lelaki berseragam selalu terlihat spesial di mataku, tapi figur wajah tegas dengan mata besar yang ramah, sepasang alis tebal yang indah dan senyum lebar yang jadi pesona tersendiri, itu sudah di tahap kegantengan yang beda level!

Tubuhku bergidik, kulihat petunjuk lantai keberadaan lift menunjukkan nomor lima.

Tenang, liftnya hampir sampai.

Dari bayangan pintu lift aku melihat, rupanya manager Romi juga menunjuk ke lift-ku yang antriannya sedikit, kudengar langkah mereka menghampiriku.

Upayaku untuk tidak terlihat sebisa mungkin, malah dipatahkan oleh Jared. Setelah melepaskan tangannya dariku, cowok itu berbalik ke arah Capt Romi, "Capt Romi, mau ke kantor Seleb House Entertainment?"

"Eh iya nih." Hanya mendengar suara beratnya, tapi itu pun sudah membuatku tak karuan!

Ini setengah tahun pertama setelah Capt Romi menandatangani kontrak di SH Ent. Aku tak tahu harus menganggapnya untung atau buntung, karena yang aku bisa lakukan dihadapannya hanya lah tidak melakukan apa-apa. Ya, lagian mau apa? Aku mengidolakannya karena dia ganteng. Tapi ... terus apa? Aneh juga sih kenapa setelah sangat sering membantunya membuat konten di studio SH Ent, aku masih selalu salah tingkah kalau dekat dia.

Pintu lift terbuka. Aku terus menatap lantai. Aku fokus ke kakiku, melihat kaki Romi yang juga masuk dan berdiri di depanku.

Ada banyak sepatu hitam formal lelaki, tapi pekerjaanku menuntut aku peka terhadap gaya fashion terbaru, dan miliknya ini pasti salah satu sepatu yang harganya bisa menyentuh jutaan, mengingat model solnya unik dengan tambahan garis-garis warna emas.

Lift berjalan lambat ketika kebetulan ada beberapa orang yang turun di tiap lantai.

Aku mengambil ponsel dari tas tanganku untuk mengalihkan kecanggungan. Dengan asal kugulir layar ponselku, melihat-lihat feed i*******m yang sebetulnya sudah kulihat semua tadi pagi. Untung lift tidak terlalu penuh. Aku mundur hingga punggungku mentok ke ujung. Tersisa dua jengkal jarakku dengan Capt Romi dan itu adalah opsi terbaik daripada aku harus berdempetan dengan dia. Bisa-bisa pingsan aku nanti!

Tepat di lantai lima belas, aku mendengar ponsel aku, Jared dan Romi berbunyi secara bersamaan.

Aku keluar dari aplikasi i*******m, sialnya Samsung A71 yang sudah kupakai selama dua tahun dengan pemakaian ekstra aktif ini membuat menunya freeze. Kutekan-tekan layar ponselku yang lambat merespon.

"Winda ... " Jared melotot padaku. Aku menaikkan alisku bertanya, "cek grup!" Suaranya menegur, tapi agak ditahan.

Aku buru-buru mengeluarkan semua aplikasi yang saling berlomba membuat ponselku panas itu dan berhasil masuk ke W******p.

Ada banyak pesan belum terbaca. Pesan terbaru masuk ke grup 'TALENT & PIC SH Entertainment'.

Apa yang ada di sana membuatku beku. Aku mendadak tak bisa mendengar suara lift dan tak merasakan kehidupan di sekelilingku.

Teresa, salah satu teman baikku yang bekerja sebagai staf desain mengirimkan foto editan aku dan Romi dengan latar biru ala foto persiapan pernikahan.

RoWinda Couple berlayar 2022 wkwk. Hepi bersdey Windaaaa!

Aku menelan ludah.

Aku mendongak perlahan, leherku terasa kaku.

"Ini siapa?" Dahi Romi berkerenyit, melihat chat yang sama denganku.

Romi melirik Jared, lalu matanya mengikuti arah pandang Jared padaku.

"Kamu Winda?" Romi menahan tawa.

Aku mengangguk. Mukaku sudah semerah kepiting rebus, aku merasakan betul telingaku memanas dan yang mau kulakukan setelah disenyumi dengan geli oleh seorang Captain Romi adalah ... aku ingin melebur dengan lift sekarang juga.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status