Share

BAB 87

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2025-08-14 20:00:00

Tirai tipis yang bergoyang pelan membiarkan cahaya samar masuk ke dalam ruangan. Jasmin masih memeluk bantal, matanya menyipit menatap siluet Reyan yang berdiri membelakanginya. Tubuh pria itu hanya dilapisi kaos tipis dan celana rumah, namun bahkan dari kejauhan pun, ketenangan itu terasa.

“Aku ngelihatin kamu dari tadi,” gumamnya.

Reyan menoleh pelan, bibirnya terangkat satu sisi. “Kamu bisa ngeliatin aku seharian kalau kamu mau.”

Jasmin bangkit, menarik selimut hingga ke bahu. “Aku belum siap bangun.”

“Siapa bilang harus bangun?”

“Kamu.”

Reyan menghampiri. Ia jongkok di tepi ranjang, menyentuh lutut Jasmin yang tersembunyi di balik selimut. “Kalau kamu nggak mau keluar kamar, kita diem di sini aja. Ngobrol. Atau… tidur lagi.”

“Kalau tidur lagi, kamu pasti bakal goda aku.”

Reyan terkekeh. “Godain kamu itu hobi aku.”

Jasmin duduk bersandar, rambutnya berantakan dan matanya masih setengah tertutup. Tapi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 88

    Gorden setengah terbuka, membiarkan udara masuk tanpa permisi. Aroma lembap bercampur dingin menyusup perlahan, menembus celah kulit dan meresap ke dalam suasana. Jasmin masih memeluk Reyan, wajahnya terbenam di dada pria itu. Hening yang tercipta bukan karena kehabisan kata, melainkan karena keduanya tak ingin mengacaukan rasa yang sudah terlalu dalam.“Aku takut,” gumam Jasmin nyaris tak terdengar.“Tentang apa?” tanya Reyan pelan, jari-jarinya menyusuri punggung Jasmin dengan lembut.“Kalau semua ini nggak bertahan lama. Kalau ternyata kita cuma singgah di hidup masing-masing.”“Singgah, tapi nggak pernah pergi,” Reyan membalas. “Itu kamu di hidup aku.”Jasmin mengangkat wajahnya, menatap matanya dalam-dalam. “Aku ingin percaya, tapi masa laluku terlalu sering membuatku berhenti berharap.”Reyan menyentuh pipinya. “Kalau kamu lelah percaya, aku yang akan yakinkan kamu terus-menerus.”Tatapan mereka saling mengikat, bu

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 87

    Tirai tipis yang bergoyang pelan membiarkan cahaya samar masuk ke dalam ruangan. Jasmin masih memeluk bantal, matanya menyipit menatap siluet Reyan yang berdiri membelakanginya. Tubuh pria itu hanya dilapisi kaos tipis dan celana rumah, namun bahkan dari kejauhan pun, ketenangan itu terasa.“Aku ngelihatin kamu dari tadi,” gumamnya.Reyan menoleh pelan, bibirnya terangkat satu sisi. “Kamu bisa ngeliatin aku seharian kalau kamu mau.”Jasmin bangkit, menarik selimut hingga ke bahu. “Aku belum siap bangun.”“Siapa bilang harus bangun?”“Kamu.”Reyan menghampiri. Ia jongkok di tepi ranjang, menyentuh lutut Jasmin yang tersembunyi di balik selimut. “Kalau kamu nggak mau keluar kamar, kita diem di sini aja. Ngobrol. Atau… tidur lagi.”“Kalau tidur lagi, kamu pasti bakal goda aku.”Reyan terkekeh. “Godain kamu itu hobi aku.”Jasmin duduk bersandar, rambutnya berantakan dan matanya masih setengah tertutup. Tapi

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 86

    Langit kota yang berbeda tak membuat degup jantung Jasmin melambat. Di depan gedung apartemen bertingkat, ia berdiri mematung, memandangi papan nama kecil di lobi yang tertulis: Wellington Residence. Tangannya menggenggam erat tali tas, sedang matanya sibuk menghafal setiap sudut bangunan itu.“Pikiran kamu ke mana?” suara Reyan menembus lamunannya.Jasmin menggeleng pelan. “Aku masih nggak percaya kita beneran pindah.”“Kamu nyesel?”Ia menoleh. “Sama sekali nggak.”Reyan menyentuh jemarinya, lalu membimbing masuk. Lobi itu dingin dan elegan, jauh dari suasana rumah lama mereka yang penuh kenangan. Tapi justru karena itulah, ada ruang untuk mulai dari awal.“Lift-nya ke kanan,” ujar Reyan setelah berbicara singkat dengan resepsionis. Ia menyodorkan kartu akses ke Jasmin. “Ini buat kamu.”Jasmin mengangkat alis. “Kita dapet kartu sendiri-sendiri?”“Supaya kamu nggak perlu nunggu aku kalau mau keluar. Kamu bebas.

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 85

    Pintu kamar terbuka sedikit. Udara dari jendela membawa aroma kertas baru dan sedikit bau kopi yang tertinggal di meja kerja. Jasmin berdiri di depan lemari, memandangi beberapa tumpukan baju yang baru saja ia lipat. Tangannya berhenti pada sweater Reyan yang ia pinjam diam-diam dan belum juga dikembalikan.Ia meremas kain itu sebentar, lalu mendekatkannya ke dada.“Kenapa kamu suka banget nyimpen baju aku?” suara Reyan terdengar dari belakang.Jasmin menoleh cepat. “Karena wanginya kayak kamu.”Reyan menyandarkan tubuh di kusen pintu, mengamati wanita itu dengan lembut. “Jadi setiap kangen, kamu peluk sweater ini?”“Bukan cuma peluk…” Jasmin mengangkat alis. “Kadang aku pakai tidur. Biar mimpiin kamu.”Reyan tertawa kecil, lalu mendekat dan menarik pinggangnya. “Berarti sekarang nggak perlu sweater lagi. Aku ada langsung di sebelah kamu.”Jasmin menggigit bibirnya menahan senyum. “Tapi tetap aja, ini nyaman banget.”

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 84

    Reyan membalik halaman naskah yang baru saja dicetak Jasmin. Ia membaca dengan fokus, alisnya naik turun, kadang mengernyit, kadang tersenyum samar. Jasmin duduk di seberangnya, pura-pura sibuk memainkan sendok di dalam gelas, padahal sejak tadi ia mengamati ekspresi Reyan.“Kenapa kamu nulisnya gini?” tanya Reyan akhirnya, menunjuk satu paragraf. “Tokohnya kabur, ninggalin si cowok, padahal mereka udah jelas-jelas saling cinta.”Jasmin mengangkat bahu. “Mungkin karena aku pengen pembaca ikut frustasi.”“Dan kamu nggak kasihan?” Reyan menatapnya serius, meski senyum masih terselip di sudut bibirnya.“Kasihan… tapi juga puas.” Jasmin tertawa kecil. “Itu kan tugas penulis, bikin pembaca nggak bisa tidur.”Reyan meletakkan naskah itu, menatap langsung ke matanya. “Tapi kamu sendiri, masih pengen lari kayak tokoh kamu itu?”Jasmin terdiam sesaat. Pertanyaan itu terasa terlalu dekat, terlalu nyata.“Kadang… iya,” jawabnya juj

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 83

    Langit mendung seperti ikut menyimpan sesuatu yang berat, tapi Jasmin tak memperdulikan itu. Di balik jendela kaca besar apartemen, ia duduk bersila sambil memeluk lutut, menggenggam cangkir hangat yang belum disentuh sejak tadi. Sesekali matanya menatap ke luar, tapi tak benar-benar melihat apa pun.“Apa kamu lagi menulis sesuatu di kepalamu?” Reyan muncul di belakangnya, dengan suara serak yang masih belum sepenuhnya bangun.Jasmin menggeleng pelan. “Nggak. Cuma… merasa aneh aja.”Reyan duduk di sampingnya tanpa bertanya lebih jauh. Ia menanti. Diam, tapi hadir.“Aku pikir, setelah semuanya seperti ini, aku bakal tenang. Tapi ternyata perasaan itu belum benar-benar hilang,” ucap Jasmin. “Masih ada ruang kosong yang nggak bisa dijelaskan.”“Ruang kosong?” Reyan mengulang, pelan.“Rasa seperti… kita sudah sampai di tempat yang benar, tapi kehilangan arah.”Reyan tidak menjawab. Ia menatap wajah Jasmin yang terus berbicar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status