Share

Pria Posesif

Arta menghentikan semuanya saat ia baru menyadari bahwa Zayna menangis ketakutan. Dia tadi benar-benar emosi dengan sikap Zayna yang menolaknya itu. 

Dia sedih wanita yang ia cintai menolak dirinya. Ini memang bukan yang pertama untuk Arta, sudah menjadi makanannya sikap penolakan Zayna ini. Di manapun selalu Zayna menolak keberadaannya. Ada apa? Apa salahnya? Dia hanya ingin selalu didekat orang yang dia cintai, apa itu salah?

"Maaf, jika kau tidak bersikap kasar begitu aku pasti tidak hilang kendali begini. Maaf," ucap Arta dan langsung meninggalkan Zayna yang masih terisak begitu saja. 

Zayna menangis sesenggukan saat Arta pergi. Hatinya sakit dengan sikap Arta yang bringas. Dia begitu benci dengan dirinya yang sewaktu itu berbaik hati menolong singa yang kini malah menyerangnya. 

"Kuat, harus kuat!" 

Zayna mencoba memaksakan diri untuk tetap tegar dengan apa yang telah terjadi di hidup nya ini. Dia tidak boleh menyerah hanya karena sikap satu orang. 

Tapi air matanya kembali menetes tanpa izin. Dia begitu sedih dengan kenyataan yang pahit ini. Menikah dengn orang yang tidak dia kenal, bekerja di tempat yang mengekang dengan orang yang sama. Setelah pernikahannya sudah dapat dipastikan, dia akan dikekang seperti ini selamanya. Dia benci itu.

***

Di luar Arta meluapkan emosi di ruang kerjanya. Dia meninju tembok sampai semua emosnya meluap. Dia merasa sangat tidak berguna  membuat orang yang dia cintai bahkan menitihkan air mata karenanya sendiri. Miris sekali!

"Apa susahnya sepanjang hari bersamaku?! Apa ruginya juga untuk nya?! Selalu dia tidak mau! Kenapa dia malah menangis!! Arghhh!!" 

Arta meninju tembok Sampai tangannya berdarah. Dia tidak peduli dengan perih yang ia rasakan, dia sekarang benar-benar sedang emosi. 

Marco yang melihat itu, merasa sedih. Asisten pribadi Arta itu tau betul apa yang menimpa tuan mudanya ini.

Marco telah bekerja dengan keluarga Arta sejak Arta bahkan masih didalam kandungan sampai sekarang umurnya 22 tahun, Marco tetap setia pada keluarga Arta.

Arta sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Dia sudah hapal betul hidup tuan muda nya ini. Dia yang selalu tangguh dan disegani di luar, tentu tidak akan sempurna seperti kelihatannya.

Dia juga manusia yang punya sisi rapuh, seperti orang biasa.  

"Sudah tuan muda, anda akan menyakiti diri sendiri."

Perkataan Marco tidak sama sekali di hiraukan Arta. Dia terus meninju tembok sampai pada akhirnya, Marco yang menyeret nya paksa menjauh dari tembok. 

Marco geram dan juga takut tuan muda nya kenapa-kenapa. Dia harus menjaga amanah dari ayah Arta. Dia akan menjaga Arta seperti anaknya sendiri. 

"Marco! Salahku apa?! Kanapa semuanya ingin meninggalkanku! Kenapa ?!" Arta merancau dengan semua emosi yang dia keluarkan. Pertanyaan-pertanyaan random yang selalu ia pikirkan  dan tidak mudah mendapatkan di mana jawabannya sampai sekarang.

"Nona Zayna hanya belum terbiasa tuan, kita butuh adaptasi, kita juga butuh waktu untuk berpindah dari fase satu ke fase lainnya. Jangan terburu-buru tuan. Jika rasa nyaman telah datang, maka tanpa disuruh pun mereka akan memikirkan kita. Orang yang membuat nya nyaman." Jelas Marco menenangkan Arta.

Sejujurnya dia juga tidak tau bagaiman tragedi sampai Arta mengenal dan menginginkan Zayna begitu kuatnya. Dia bisa kecolongan dengan informasi sebesar ini.

"Saran saya, turuti dulu kemauan nona Zayna tuan, kita masih bisa memantau nya lewat pegawai satu divisinya. Itu pasti tidak akan sulit." Lanjut Marco memberi solusi pada tuan muda yang sedang marah itu.

Arta berhenti dan berfikir sejenak. Ide Marco ada benarnya juga. Zayna tipe tidak ingin di kekang, dan jika memaksakan kehendak untuk selalu bersama dengan Arta dan juga melihatnya setiap hari maka tidak menutup kemungkinan Zayna kan melakukan hal yang nekad.

Dia tidak ingin Zayna nya terluka sedikitpun.

"Ide bagus, Marco," ucap Arta sambil tersenyum tipis.

Marco menghembuskan nafas lega. Dia kali ini bisa membuat tuan mudanya berhenti melukai diri sendiri. Jika memang sudah akut amarah yang dimiliki tuan muda nya itu, setelahnya pasti tuan muda akan begini. Memukuli tembok, dan menyakiti diri sendiri.

Marco hanya menggelengkan kepala, dia tersenyum tipis sembari mengingat tingkah tuan mudanya dulu yang sungguh tidak berubah sampai sekarang.

Semua tentang cinta sebenarnya sangat simple. Tapi banyak gaya penyampaian dan juga masalah yang dialami saat perjalanan membuat terkadang seharusnya, mungkin pilihan tidak terlahir saja di dunia ini adalah hal terbaik.

"Buat posisi Zayna persis seperti di kantor sebelumnya, tugasi dia juga banyak proyek yang menyangkut keahliannya. Cepat segera kerjakan, saya mau hari ini semua sudah beres!" Ucap Arta melalui telponnya pada HRD di perusahaan itu.

Dia benar-benar melakukan saran dari Marco dan akan mencoba merelakan Zayna nya itu, untuk beberapa saat sampai dia bisa menerima dirinya juga. 

"Kau hanya milikku Zayna, milikku!" 

***

Sekarang Zayna sedang mempelajari semua yang seharusnya dia lakukan nanti sebagai sekretaris. 

Jujur dia tidak ingin melawan tapi perlakuan dan penyalah guna wewenang ini seharusnya tidak dilakukan. Ini tindakan tidak terpuji.

"Sudahlah, kita ikuti saja permainan laki-laki itu." Pasrah, Zayna pasrah dengan keadaannya sekarang 

Bagaimanapun juga dia yang menjerumuskan dirinya pada kandang sianga ini, dan sudah terlanjur maka jangan pernah disesali. 

Zayna hanya butuh belajar dan tidak menyulut emosi Arta saja. Sebenarnya Arta itu orang baik, hanya saja dia seperti melihat sisi yang membuat Arta jadi sangat posesif.

Zayna mengusir pikiran aneh nya itu. 

Saat Zayna sedang sibuk dalam pikirannya, tiba-tiba pintu terketuk menampilkan sosok ibu HRD yang tadi di temuinya itu.

"Maaf mengganggu pekerjaan anda ibu Zayna," katanya sambil duduk di sebelah Zayna.

"Saya hanya ingin menyampaikan kalau tugas anda bukan sekretaris lagi. Anda akan di tempatkan di team divisi pemasaran perusahaan ini."

Kata-kata itu sungguh membuat Zayna terkejut. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan ini. Tapi intinya dia senang, keahliannya akan sama dengn tugas dan kewajiban pekerjaaan yabg selama ini dia tekuni.

Tidak terasa senyumnya mengembang.

Zayna tentu tau bahwa keputusan ini diperintahkan oleh Arta. Seseorang yang selalu mengekang, kini sedikit melonggar? 

Entahlah.  Zayna cukup dibuat sedikit terharu. Dia akan berterimakasih nanti 

Setelah pamitnya ibu  HRD , ponsel Zayna berdering menandakan ada yang menelponnya 

Seperti kebiasaan, dia tidak melihat nama yang tertera di ponsel 

"Hallo.."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status