Kannaya berbaring dengan malas di atas ranjangnya tapi dia tidak boleh ke mana-mana. Dean sedang pergi ke kantornya sebentar dan berjanji akan segera kembali untuk Kannaya, saat ini adalah sore di hari kedua dia dirawat di rumah sakit.Keadaan tubuhnya memang tidak baik-baik saja dan asam lambungnya sering kambuh dalam waktu empat jam setelah dia merasa lebih baik. Makanya dokter masih harus terus melakukan banyak hal untuknya agar dia bisa sembuh dalam waktu kurang dari dua minggu."Aku bosan sekali." Kannaya menghela napas pelan.Saat dia akan memejamkan matanya, suara pintu terdengar dan membuatnya menatap ke arah depan."Saya teman dari Kannaya dari universitas dan juga pernah menyewa kost bersama. Katakan saja kalau nama saya Camelia," ujar gadis itu membuat dua penjaga di depan pintu menatap satu sama lain."Kamu laporkan pada Nona Muda, aku yang akan berjaga di depan," ujar yang satu membuat temannya mengangguk.Camelia tampak menatap pintu yang terbuka tapi tertutup lagi. Seme
Dean menatap layar laptopnya lalu mematikan ponselnya. Dia melihat sebuah iklan di kapal pesiar yang akan mengadakan perjalanan selama lima hari dan melintasi beberapa negara sekaligus.Dia tersenyum melihat tulisan disana hingga akhirnya dia menghela napas pelan dan tersenyum. Segera dimintanya asisten pribadi untuk membeli dua buah tiket karena dia ingin berlibur setelah ini. Dia terlalu lelah untuk melakukan pekerjaan.Setelah menyelesaikan pekerjaannya siang itu dia pulang karena masih harus ke rumah sakit untuk menjemput Kannaya. Setelah hampir dua minggu dia dirawat di sana, hari ini akhirnya dia diperbolehkan pulang karena penyakitnya yang sudah membaik.Selama itu, Dean begitu sabar menjaganya walau Kannaya masih merajuk tipis-tipis. Selain menahan kesabaran dan juga terus berusaha meyakinkan, Dean juga menahan nafsunya sekuat tenaga karena dia tidak mau malah berakibat fatal seperti malam di mana dia memaksa Kannaya hingga berujung masuk rumah sakit selama setengah bulan seper
Kannaya menatap wajah Dean yang santai padahal dia kaget."Mau apa kita ke kapal pesiar, Mas? Ada urusan bisnis?" tanyanya membuat Dean tersenyum, masih dengan merangkulnya di sana."Bukan, sudah kukatakan kalau kita akan liburan. Beberapa hari ini aku lelah sekali, sejak berapa tahun yang lalu aku tidak pernah liburan dan selalu menghabiskan waktu untuk bekerja. Sedikit banyak aku merasa lelah, aku butuh istirahat karena bagaimanapun juga ternyata aku masih manusia." Dan berkata membuat Kannaya mengerutkan dahinya."Kalau Mas yang merasa lelah kenapa harus mengajakku? Aku tidak bisa pergi." Kannaya menggeleng sementara Dean sudah memperhatikannya seolah bertanya kenapa dia tidak bisa pergi. "Aku sudah ketinggalan banyak kelas dan aku bisa kehilangan nilai IPK aku yang kupertahankan selama dua tahun ini. Aku tidak mau kalau harus libur lagi. Aku ingin lulus dalam keadaan normal dan IPK yang memuaskan. Walaupun aku tetap ikut melakukan pembelajaran lewat online tapi tidak sememuaskan k
Setelah menghabiskan hari itu dan esoknya, Kannaya pulang dari kampus dengan rasa lelah di tubuhnya. Dia tetap memaksakan kuliah karena tak mau nilainya malah jatuh. Walau lusa mereka sudah pergi lagi karena Dean benar-benar tidak mau membatalkan rencana liburan di kapal pesiar yang dia katakan.Tiba di apartemen Dean, Kananya menutup pintu dan berjalan lelah ke arah dapur. Dituangnya air dingin dari dispenser, lalu meneguknya pelan dan menghela napas."Tubuhku belum sekuat kemarin, untunglah Camelia masih bisa menghandle usaha itu." Kannaya memijat dahinya pelan.Dia duduk disana beberapa saat, lalu menatap bayangan wajahnya di depan besi stainless yang membayang."Aku agak kurus akibat asam lambung itu, ya? Benar-benar penyakit luar biasa." Kannaya menarik napasnya pelan. Sejak semalam dia dilarang menyentuh pekerjaan apapun di apartemen ini, karena Dean yang merapikan rumah dan membiarkannya istirahat penuh."Hah." Kannaya bangkit, lalu berjalan ke arah kamarnya.Ya, kamarnya. Dean
Dean menatap wajah istrinya yang terengah pelan, lalu tersenyum dan mengusap wajahnya dengan lembut. Gadis itu sudah terbaring di atas ranjangnya, dengan keadaan matanya yang berusaha untuk tak melihat Dean."Mau dilanjutkan?" Kannaya menatapnya lalu menarik napas pelan dan menggeleng. Hal itu membuat Dean tersenyum, lalu kembali mencium bibir Kannaya hingga gadis itu kembali melenguh dan merasakan tangan Dean yang ada di dadanya. Dean meremasnya dengan perlahan dan lembut masih sambil mencium bibir istrinya itu dengan lembut dan dalam."Emmhh ..." Kannaya terengah pelan, dia menatap langit-langit kamar yang makin kabur, lalu meremas bahu Dean untuk melepaskan euforia yang dirasakannya.Dean menelusuri leher dan dagu Kannaya, meninggalkan bercak-bercak merah disana dan itu membuat Kannaya merasa tubuhnya seperti di sengat setiap kali Dean menggigiti lehernya. Perlakuan pria ini terasa lembut seperti takut membuatnya kelelahan, makanya Dean juga tidak berani bercinta dengannya, dia ha
Kannaya meringis, terhujam pelan oleh Dean yang sudah memasukinya dengan lembut dan menghujamnya penuh perasaan. Akhirnya malam ini mereka bercinta lagi, seolah Dean sedang ingin menunjukkan ketulusannya juga lewat percintaan yang dia lakukan."Ah ... Kamu kembali rapat seperti pertama kali aku melakukannya," ucap Dean seraya memajumundurkan miliknya di dalam liang senggama istrinya.Kannaya hanya bisa mendesah dan meringis pelan. Tubuhnya terguncang ke atas merasakan genjotan yang dilakukan suaminya. Dia mencoba untuk mencengkeram selimut lalu memejamkan matanya sementara Dean masih berusaha separuh menunduk dan memperdalam hujamannya.Desahan keduanya terdengar satu sama lain, dengan Kannaya yang terdengar lirih sementara Dean benar-benar bersemangat melepaskan hasratnya saat ini. Dia meremas dada istrinya itu dengan lembut, bergerak teratur dan penuh perasaan karena takut membuat Kannaya masuk rumah sakit lagi. Dia hanya ingin menunjukkan kalau dia bahagia bisa bercinta dengan Kan
"Kami akan berangkat sore ini, antarkan semua berkas-berkasnya sekarang agar aku bisa membawanya nanti. Baiklah." Dean mematikan panggilan dan kembali menatap layar laptopnya.Dia sekarang ada di ruang kerja apartemen dan sedang menyiapkan beberapa pekerjaan terakhir. Mereka akan segera berlayar malam ini jadi dia harus pergi dengan tenang dan mengirimkan laporan terakhir yang ditinjaunya pada bawahan.Sementara itu Kannaya baru masuk ke dalam apartemen dan berjalan menuju kamar. Dia baru menemui Camelia untuk pamit, mengatakan kalau dia harus menemani Dean selama pria itu berlayar. Dia tidak mengatakan kalau mereka liburan, dia hanya mengatakan untuk menemani pria itu bekerja karena tak mungkin dia mengatakan lebih detail tentang itu, padahal dia juga sedang berusaha untuk mencari jalan keluar dari hubungan yang buntu ini."Sudah pulang?"Saat dia melewati ruangan kerja, Dean bertanya membuatnya mau tak mau berhenti dan mengangguk pelan. "Sudah," balasnya membuat Dean tersenyum."Ke
Kannaya membuka berkas itu sementara Dean ada di hadapannya. Dia menemukan beberapa surat, lalu membacanya perlahan dan membulatkan mata. Dean tersenyum melihat reaksinya tapi dia hanya diam saja dan melihat Kannaya yang sudah membuka beberapa surat yang lain.Kannaya mendongak, menatap wajah Dean yang sudah tersenyum hingga tatapan istrinya itu berkaca-kaca. "Kenapa Mas melakukan ini? Kenapa Mas menebus semua hutang di bank dan mengembalikan surat itu atas namaku? Maksudnya apa?" tanya Kannaya membuat Dean menunduk dan mengangkat dagunya."Aku ingin meringankan bebanmu dan membuatmu memiliki hutang lagi. Bayaran di bank itu lumayan banyak setiap bulannya dan kamu sudah tertunggak selama dua bulan. Aku membayar semuanya sampai lunas dan sekarang rumah itu kembali milih kamu tanpa ada yang diubah."Kannaya terisak pelan dan memeluk sertifikat rumah kedua orang tuanya itu. Dia tampak memejamkan matanya, membiarkan air matanya jatuh dan dia bisa merasakan Dean mengusap air matanya denga