Home / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Bab. 7 Tamu tak Terduga

Share

Bab. 7 Tamu tak Terduga

Author: Guzel Lili
last update Last Updated: 2024-02-28 11:29:28

  “Randi, kenapa kamu datang sepagi ini?” tanya Andira terkejut dengan kedatangan sang kekasih. Lelaki itu tiba-tiba datang menenteng dua bungkusan yang entah apa isinya. Bahkan, lelaki itu datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Andira mengajak Randi masuk ke dalam rumah dan memintanya duduk di sofa ruang tamu. Lelaki itu mengikuti Andira masuk dan duduk di sofa, kemudian diikuti Andira yang duduk di sebelah pujaan hatinya itu. 

  “Kamu kenapa datang pagi sekali?” tanyanya pada sang kekasih. 

  Randi tersenyum kikuk mendengar pertanyaan sang kekasih. “Iya, Sayang. Aku sengaja bawain sarapan buat kamu, Ibu, sama Ayah.” Randi meletakkan bungkusan yang dia bawa di atas meja. 

  “Kenapa repot-repot bawa makanan, kami baru saja selesai sarapan. Tapi nggak apa-apa, kita makan bareng, yuk. ” Andira menerima bungkusan tersebut dari tangan Randi. 

  “Nggak usah, Sayang. Aku baru selesai makan,” tolak Randi. 

  “Oh, iya, itu kenapa banyak bunga di depan? Kamu mau buka toko bunga?” tanya Randi menyelidik.

  “Eem … itu—.” Belum sempat Andira melanjutkan perkataannya, sang ayah tiba-tiba menghampiri mereka berdua di ruang tamu. Danu tampak sumringah dengan kedatangan calon menantunya itu. Senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. 

  “Eh … ada Nak, Randi. Pagi sekali datangnya, dari mana?” tanyanya pada kekasih anaknya itu. 

  “Tadi ada urusan di luar dan kebetulan lewat, jadi sekalian mampir kesini, Pak. Tapi, sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Bapak dan Ibu,” jawabnya sembari menggamit lalu mencium punggung tangan ayah dari kekasihnya itu.

  “Apa yang ingin kamu bicarakan dengan bapak, Nak?” tanya lelaki paruh baya yang kini telah duduk di sofa tepat depan calon menantunya. 

  “Saya sangat mencintai putri Bapak. Jadi, saya ingin meminta izin untuk meminang Andira. Harap Bapak mau memberikan restu pada kami agar secepatnya saya bisa mengajak orang tua saya kemari untuk melamar Andira,” ungkapnya. 

  “Sebelum saya menjawab. Saya akan bertanya dulu pada Andira. Apa kamu bersedia, Nak?” tanyanya pada sang putri yang dibalas anggukan oleh sang putri. 

  “Tentu saja Dira mau menikah dengan Randi, Yah,” ucapnya malu-malu. Gadis cantik itu menundukkan wajah, dia menjawab pertanyaan sang ayah dengan tersipu. 

  “Baiklah, karena Andira sendiri sudah bersedia. Jadi, bapak hanya bisa memberikan restu dan mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua,” ucapnya dengan binar bahagia tampak di mata pria paruh baya tersebut. Akhirnya apa yang dia harapkan untuk bisa melihat putri kesayangannya menikah, akan segera terwujud. 

  Andira dan Randi saling menatap dan tersenyum bahagia karena keinginan mereka sebentar lagi akan terlaksana. Sekarang hanya tinggal meminta restu pada kedua orang tua Randi.  

  Ibu Asih datang dari dalam dengan membawa minuman, dia ikut duduk bersama mereka. “Silahkan diminum tehnya Nak, Randi,” ucapnya tersenyum ramah. 

  “Terima kasih, Bu.”

  Mereka berbincang hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09:00 pagi. Danu Akhirnya berpamitan untuk pergi ke toko.

  “Yah, Dira ikut. Tadi kan, sudah janji mau bantuin Ayah di toko hari ini,” ucapnya pada sang ayah yang mulai berjalan ke dalam untuk mengambil kunci motor. 

  “Kamu di rumah saja, Dira.  Kan, ada Randi, nanti saja kamu susul bapak ke toko,” tolak Danu halus. Dia tidak mungkin membiarkan sang putri meninggalkan calon menantunya kecewa karena ditinggal. 

  “Tidak apa-apa ,Pak. Saya juga sekalian mau pamit, sebentar lagi mau ada meeting dengan klien. Mari, saya antar sekalian saja, Pak.” Randi berniat memberi tumpangan untuk calon mertuanya tersebut. 

  “Ah … tidak usah repot-repot, Nak. Kalau sekarang bapak kamu antar, nanti saya pakai apa untuk mengirim kain pesanan para pelanggan?” tolak Danu halus. 

  Akhirnya tanpa mengulur waktu lagi Randi berpamitan dan pergi dari rumah sang kekasih. Sementara Andira bersiap-siap untuk ikut sang ayah pergi ke toko. 

  “Yuk, Yah. Dira sudah siap.” Andira berjalan menghampiri sang ayah yang sudah siap di ruang tamu. 

  Pak Danu keluar rumah dengan diikuti sang putri. Dia menaiki motor dan mulai menghidupkanya. Dira naik di jok belakang sebelum ayahnya menginjak pedal gas dan mulai melajukan kendaraan roda dua tersebut menjauhi rumah mereka.

  Akan tetapi, tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedang mengawasi dari dalam sebuah mobil. Di dalam mobil tampak seorang lelaki sedang menghubungi bosnya. 

  [“Tuan, sepertinya kekasih dari Nona Andira sedang merencanakan sesuatu. Dia datang pagi-pagi kerumah Nona Andira,”] ucapnya pada bosnya di seberang panggilan.

  [“Baiklah, kau boleh kembali.”] Sambungan telepon terputus sepihak. 

  Sementara itu, Andira dan ayahnya baru saja sampai di toko kain. Dia membantu ayahnya membersihkan toko dan merapikan kain-kain yang berantakan. Setelah selesai, dia berjalan ke meja kasir untuk melihat pembukuan toko yang ternyata mengalami penurunan. 

  “Yah, Dira keluar dulu, ya. Dira mau mencoba menawarkan kain-kain kita pada butik yang mungkin membutuhkan pemasok bahan.” Andira mencium punggung tangan sang ayah sebelum meninggalkan toko. 

  “Iya, hati-hati di jalan,” ucapnya pada sang putri.

Andira mengangguk menanggapi ucapan sang ayah. Gadis itu mengambil katalog dan tas selempang, dia mulai melangkahkan kaki keluar dari toko. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki berjas biru tua yang sangat dia kenal berjalan ke arahnya. 

  Gadis itu menggigit bibir bawahnya, untuk apa lelaki itu datang kemari dan dari mana dia tau toko ayahnya berada. Sapaan lelaki itu membuyarkan lamunan Andira. 

  “Andira Atmaja.” 

  Gadis itu membulatkan mata karena terkejut. Bagaimana lelaki itu bisa tau nama lengkapnya? Apakah dia mencari tahu informasi tentang dirinya selama ini? 

  “Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau tau kalau ayahku mempunyai toko di sini?” tanyanya pada lelaki tersebut. 

  “Bukan hal sulit bagiku mengetahui tentangmu juga toko ayahmu” ujar lelaki berkemeja biru tersebut. 

  “Lalu, apa yang kau butuhkan hingga harus datang kemari?” ucap Andira sinis.

  Lelaki berkemeja biru itu menyeringai. “Aku akan membeli semua kain di toko ayahmu,” ucapnya sombong. 

  Gadis itu mengembuskan napas berat mendengar perkataan lelaki di depannya tersebut. Bagaimana bisa dengan entengnya lelaki itu mengatakan akan membeli semua kain di toko ayahnya. Apa lelaki itu hanya ingin pamer? Pikirnya. 

  “Siapa yang datang, Nak?” Pak Danu datang dari dalam toko dan menghampiri sang putri.

  Lelaki paruh baya itu memandang ke arah lelaki yang berdiri di depan putrinya itu. Dia tampak memperhatikan lelaki tersebut dengan seksama karena selama ini dirinya belum pernah melihat lelaki tersebut. 

  Edgar memandang lelaki paruh baya itu dengan tatapan datar. “Perkenalkan, saya Edgar. Lelaki yang mencintai Putri Bapak,” ujarnya. 

  Sontak saja hal itu membuat Andira dan ayahnya membulatkan mata karena terkejut. Bagaimana bisa ada dua lelaki yang mencintai putrinya. Selama ini dirinya tidak pernah melihat putrinya membawa lelaki lain ke rumah selain Randi, lalu kenapa ada lagi lelaki yang menginginkan putrinya. 

  “Saya ingin menikahi Putri Bapak,” imbuhnya lagi. 

  "A-apa? Apa yang baru saja kamu katakan? Jangan bercanda, ya." Danu benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Danu memandang sang putri dengan tatapan tak percaya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 40 Sentuhan Kasar

    Andira membulatkan mata melihat siapa yang baru datang ke butik tempatnya berada saat ini. Bagaimana wanita itu bisa ada di sini? Apa dia membuat janji dengan suaminya? Wanita cantik yang awalnya akan masuk untuk dirias, tiba-tiba berbalik dan menghampiri sang suami. Andira memicingkan mata, seolah meminta penjelasan dari laki-laki yang kini sudah di hadapannya. Namun, sayangnya sang suami tidak peka dan tidak bereaksi. Dasar lelaki. L “Kalian janji ketemu di sini, ya?” tanya Andira setengah berbisik, mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami. “Mana mungkin,” jawab Edgar spontan. Dia membulatkan mata, heran dengan pemikiran istrinya. Bagaimana bisa sang istri menuduhnya, apa mungkin Andira masih cemburu dengan Cindy? “Kamu jangan bicara hal yang mustahil aku lakukan, Sayang,” lanjut Edgar berusaha meyakinkan sang istri. Bisa-bisanya Andira berpikiran aneh seperti itu. Jangankan janji bertemu, melihatnya saja sudah membuat laki-laki itu jijik. Dia sudah lama tahu bagaim

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 39 Kecurigaan Aldi

    Mereka berdua baru sampai di depan pintu restoran. Aldi membukakan pintu untuk sang bos. Dia berjalan mengikuti di belakang atasannya itu. Ada dua orang pelayanan yang menyambut kedatangan mereka. Para pelayanan itu mengarahkan mereka berdua ke sebuah ruangan VVIP. Saat pintu ruangan terbuka, ada satu hal yang membuat Edgar enggan untuk melanjutkan langkahnya. Ada beberapa wanita berpakaian minim sedang duduk di antara para koleganya. Kalau saja pertemuan ini tidak penting, mungkin laki-laki itu sudah langsung pergi dari sana. Meski enggan, tetapi Edgar memutuskan untuk masuk dan duduk menjauh dari koleganya. Dia merasa risi dengan kehadiran para wanita itu. Seorang pria bertubuh tambun menyambut kedatangannya, dia berjalan ke arah Edgar. “Selamat datang Tuan Edgar. Maaf kalau saya tidak menyambut Anda di luar.” Pria itu mengulurkan tangan, menjabat tangan Edgar. Dia adalah CEO grup Ankara, pria itu adalah penerus generasi ketiga dari perusahaan yang bergerak di bidan

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 38 Alex dan Cindy

    “Tuan Edgar mencari Anda, Tuan.” Salah satu anak buah Aldi menyampaikan pesan. Aldi sengaja membiarkan dua orang anak buahnya tetap berjaga di depan kamar hotel. Dia ingin memastikan keselamatan Intan. Sat Aldi tahu niat jahat Johan Ayah tiri Intan. Dirinya menjadi sangat khawatir dengan keselamatan gadis itu. Mau tidak mau, dia harus menyiapkan beberapa orang untuk menjaganya saat dirinya pergi. Meski dia telah meminta anak buahnya untuk menjebloskan Johan ke penjara, tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki itu bisa cepat bebas. Aldi kembali masuk dan mengenakan pakaian. “Aku keluar dulu, ya. Tuan Edgar memanggilku, mungkin ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Kamu jangan keluar dari kamar sebelum Aku kembali.” Laki-laki itu melangkahkan kaki menuju ke arah pintu. Namun, dia berhenti tepat di depan pintu dan menoleh kembali ke arah Intan. “Ingat! Jangan keluar sebelum Aku kembali. Ada Orang-orang yang berjaga di luar, jadi kamu jangan takut,” ujar Aldi. Dia keluar da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status