Home / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Bab. 8 Awal Pertemuan

Share

Bab. 8 Awal Pertemuan

Author: Guzel Lili
last update Last Updated: 2024-02-29 10:35:53

  Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa tiba-tiba ada dua lelaki yang menginginkan putri kesayangannya. Apakah sang putri merahasiakan sesuatu darinya? Lalu bunga-bunga itu siapa pengirimnya? Semua pemikiran itu mulai berkecamuk di kepala pria paruh baya itu. 

  Andira yang mendengar perkataan Edgar mulai geram. Bagaimana bisa dengan mudahnya lelaki itu mengatakan ingin menikahinya, padahal dia telah berulangkali menolak pernyataan cinta lelaki di depannya tersebut. 

  “Astaga, Ede. Apa yang kau bicarakan. Jangan bercanda, ini tidak lucu sama sekali,” ucapnya berusaha menyangkal pernyataan lelaki tersebut. 

  “Aku sedang tidak bercanda, Andira. Aku memang sangat mencintaimu,” Edgar berkata dengan ekspresi yang sulit diartikan. Tidak ada senyum yang terlihat dari sudut bibirnya. Lelaki itu menampilkan ekspresi datar di depan gadis yang dia cintai. 

  “Tunggu, tunggu, apa yang sebenarnya terjadi di sini. Kenapa bisa ada dua lelaki yang menikahimu, Andira?” tanya Danu pada sang putri. Lelaki paruh baya itu memijit keningnya yang terasa mulai berdenyut. 

  Andira memegang kepala, dia mendadak pusing. Gadis itu tidak habis pikir, kenapa Edgar bisa senekat itu mengatakan pada sang ayah bahwa dia ingin menikahinya sedangkan, lelaki itu tahu kalau dirinya sudah memiliki kekasih dan berencana untuk menikah. Andira bingung, apa yang harus dilakukan untuk membuat lelaki itu berhenti mengejarnya. 

  “Sebentar, Yah. Nanti Dira jelaskan.” Andira menarik tangan lelaki tersebut menjauh dari toko dan membawanya berjalan menuju mobil milik lelaki tersebut. Sampai di depan mobil, Dira melepaskan tangan lelaki tersebut. 

  “Sudah, cukup. Hentikan semua kegilaan yang kau lakukan itu Ede, jangan memaksakan keinginanmu pada orang yang sudah dengan jelas telah menolak cintamu. Aku akan segera menikah, kau dengar itu!” Andira mulai kehabisan kesabaran. 

  Edgar menyeringai mendengar perkataan gadis yang sangat dicintainya itu. “Lalu, apa kau pikir aku peduli?” tandasnya. 

  “Kau—.” Belum sempat gadis itu melanjutkan ucapannya, Edgar lebih dulu memotong.  

  “Aku tidak akan melepaskanmu, apa pun yang terjadi. Kau akan menjadi milikku, Dira.” Edgar tampak yakin dengan ucapannya itu. Selama ini tidak ada hal yang takbisa dia dapatkan jika dirinya sudah menginginkan. 

  “Kau benar-benar sudah gila, Ede!” bentaknya. Mata Andira memerah dengan dada kembang kempis menahan amarah yang sudah siap meletup. 

   Edgar hanya diam dengan ekspresi datar melihat kemarahan gadis di depannya. Dia telah terobsesi pada gadis cantik itu. Jadi, tidak mungkin baginya untuk melepaskan sesuatu yang dia inginkan dengan mudah. Dia akan melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya tersebut. 

  Andira yang sudah sangat kesal pada lelaki itu, akhirnya berbalik dan pergi meninggalkannya kembali ke toko sang ayah. 

  Edgar hanya memandang punggung gadis itu yang mulai menghilang masuk ke dalam toko. Dia akhirnya kembali ke mobil dan memutuskan untuk kembali ke kantor. Edgar mulai melajukan mobilnya menjauhi toko milik Ayah Andira. Tiga puluh menit kemudian lelaki tampan itu telah sampai di depan perusahaan miliknya. Setelah memarkirkan mobil, Edgar turun dan berjalan memasuki lobi menuju 𝘭𝘪𝘧𝘵.  Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Aldi berjalan terburu-buru ke arahnya. 

  “Tuan, ada Tuan Danish di ruangan Anda,” ucap sang asisten.

  Edgar mengernyitkan kening mendengar apa yang asistennya katakan. “Apa yang membuat papanya datang ke kantor? Apakah ada hal serius yang sedang terjadi?” batinnya.

  Tanpa menjawab perkataan Aldi, lelaki dengan setelan jas berwarna biru itu melanjutkan langkah menuju ruangannya. Tiba di depan pintu ruangan, asistennya membukakan pintu dan Edgar masuk ke dalam. 

  “Kau bisa kembali bekerja, aku akan memanggilmu jika diperlukan nanti,” perintahnya pada sang asisten. 

  Aldi mengangguk dan menutup pintu kemudian berlalu meninggalkan ruangan sang bos dan kembali ke ruangannya. 

  Sementara itu di dalam ruangan, Danish duduk di sofa dan sedang melihat ke arah sang putra dengan tatapan seolah ingin menerkamnya. Namun, sang putra tidak memedulikan tatapan dirinya. 

  Edgar berjalan ke meja kerja dan duduk di kursi kebesarannya.

  “Apa yang membuat Papa datang kemari? Kalau tidak ada yang penting, lebih baik Papa pergi dari sini.”

  “Apa yang kau lakukan Ede?  Kenapa kau mencampuri urusanku? Jangan pernah kau mengganggu dia,” tegas Danish pada sang putra. 

  “Heh … apa maksud Papa? Siapa yang mengganggu siapa?” kilah Edgar. 

  “Kau tidak perlu menyangkal lagi, Ede. Berhenti mencampuri urusanku atau kau akan tau konsekuensinya,” ujar Danish mengancam.

  “Apa Papa pikir aku akan takut? Sungguh hebat sekali, bahkan anakmu sendiri tidak lebih berharga dibandingkan dengan wanita ular itu.” Edgar tertawa getir dengan kenyataan bahwa papanya lebih peduli dengan wanita yang telah membuat ibunya meninggal dibandingkan dengan putranya sendiri, darah dagingnya. Bagaimana bisa lelaki yang telah membesarkannya itu lebih membela selingkuhannya dibanding anak kandungnya. 

  “Jaga ucapanmu, Ede,” bentaknya pada sang putra. 

  “Sudah, cukup, Pa. Aku tidak ingin berdebat hanya karena seseorang yang tidak penting. Jadi, jika Papa tidak ada keperluan lain, lebih baik Papa pergi dari sini, atau Papa ingin aku memanggil security?” ucapnya dengan nada mengejek. 

  “Kau berani—.” Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, sang putra sudah lebih dulu memotong. 

  “Pintunya ada di sebelah sana.” Edgar menunjuk ke arah pintu ruangan. 

  “Kita lihat saja nanti, kalau kau masih mengganggu dia, maka kau akan tau akibatnya,” ucapnya pada sang putra kemudian dia berbalik keluar dari ruangan.

  Setelah ayahnya pergi, Edgar mulai menyalakan laptop dan kembali pada kesibukannya dengan file dan tumpukan dokumen di meja kerjanya. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan sang papa. Yang dia pedulikan sekarang hanyalah semua yang menjadi haknya tidak boleh sampai jatuh ke tangan orang lain. 

  Seminggu telah berlalu semenjak kejadian di toko. Edgar menjadi semakin gusar karena Andira menjadi sangat susah untuk ditemui. Saat dirinya datang ke rumah atau ke toko, orang tuanya selalu mengatakan kalau putrinya tidak ada, bahkan di kafe pun dia terkesan seperti menghindar. Panggilan teleponnya pun selalu ditolak dan bahkan nomornya sekarang diblokir. 

  Lelaki itu menjadi kacau, bahkan pekerjaannya pun di handle oleh Aldi asistennya. Dia tidak tenang jika sehari saja tidak melihat gadis pujaan hatinya tersebut. Seandainya saja dia tidak pernah bertemu dengan gadis yang telah mencuri hatinya itu, mungkin kehidupannya akan seperti biasa yang hanya dihabiskan untuk bekerja tanpa mengenal apa itu cinta.

★★★★★

  Satu bulan yang lalu saat dirinya melakukan janji temu dengan seorang klien di sebuah kafe, tanpa sengaja seorang pelayan menjatuhkan minuman di bajunya. 

  “Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja, biar saya bersihkan baju Anda. Mari ikut saya sebentar,” ucap pelayan itu gelagapan. Andira gugup karena takut kesalahan yang tanpa sengaja dia perbuat akan berimbas pada pekerjaanya. Gadis cantik itu khawatir kalau sampai sang manajer kafe akan marah dan memecatnya. 

  Sementara lelaki yang diajak bicara hanya diam mematung, tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah cantik pelayan tersebut. Edgar seolah terhipnotis dengan kecantikan gadis di hadapannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status