Share

Wilayahku

last update Last Updated: 2025-05-19 22:39:36

“Ikuti dia, Tuan?!” Martin mengulangi ucapannya.

“Kau benar-benar tuli ya!” dengus Max. Mengabaikan dan tetap mengikuti gadis itu.

Gadis itu berjalan sambil memeluk tubuhnya yang tak berhenti bergetar. 

Dia, terus membayangkan peristiwa yang memberikan sakit di seluruh tubuhnya tadi. 

Berulang kali dipikirkan. Dia masih saja tak mengerti kenapa sang kakak tega menjebak dirinya.

Saat dia berusia lima belas tahun. Ibunya tiba-tiba mengalami kecelakaan. Entah apa penyebab kecelakaan itu. 

Namun, ibunya sampai detik ini masih terbaring lemah di rumah sakit. Dia membutuhkan biaya perawatan dan obat-obatan yang sangat mahal.

Yang tidak pernah diduganya. Beberapa bulan setelah kejadian itu. Tiba-tiba ayahnya membawa pulang seorang wanita dan anak perempuan.

Usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya. 

Dan ayahnya memperkenalkan mereka sebagai ibu yang akan merawat juga dia mendapatkan seorang kakak perempuan. 

Walaupun ingin marah, dia masih terlalu kecil saat itu dan masih menggantungkan kehidupan dengan ayahnya. Jadi, dia tidak mungkin bisa menolak.

Dia, menerima kedatangan mereka dengan terpaksa. 

Semuanya langsung berubah ketika mereka hadir di kehidupan Maureen. 

Apapun yang biasanya selalu menjadikan dirinya prioritas. Semenjak ibunya tak ada, dia hanya menjadi terasing secara pelan-pelan.

Semua harus dilakukan demi dia bertahan hidup di keluarga itu. 

Sampai pada akhirnya seluruh akses keuangan dirinya perlahan digerogoti oleh mereka.

Untuk bertahan hidup Maureen harus mencari penghasilannya sendiri. 

Dia mulai bekerja di berbagai tempat hanya untuk menutupi biaya hidup dirinya agar tidak kelaparan dan juga untuk membayar biaya sekolahnya.

Maureen sebenarnya tidak terlahir dari keluarga kekurangan. 

Ibunya memiliki banyak aset yang cukup untuk menanggung hidup sampai tujuh turunan.

Namun, semua dia tidak dapatkan secara  mulus karena kehadiran ibu dan kakak tirinya.

Perlahan dia mengerti. Alasan ayahnya menikah dengan ibunya hanya untuk meraup semua kekayaan ibunya.

Ibu Maureen merupakan seorang putri tunggal dari keluarga Aditama--kakek Maureen. 

Ayahnya, dulu adalah sopir pribadi keluarga Aditama.

Dengan jebakan licik hingga membuat ibu Maureen mengandung. Dari seorang yang tak punya apa-apa ayah Maureen diangkat hingga mempunyai martabat.

Yang ibu Maureen tak ketahui adalah ayahnya sebenarnya sudah menikah lebih dulu dengan ibu Shasa kakak tirinya. 

Ayahnya bahkan sengaja memberikan nama belakang pada putrinya itu dengan nama Aditama agar semua tahu bahwa putrinya pun keturunan Aditama, padahal tidak.

"Ck, ck, kau sungguh akan pulang dengan berjalan kaki seperti itu, hah?" 

Suara berat yang beberapa saat lalu sempat membuat jantungnya terpesona, dadanya berdebar dan wajahnya memerah.

Membuatnya terhipnotis.

Kini ada disamping tubuh Maureen. 

Max  bersuara sambil membuka pintu mobil dan mengikuti langkah pelan kaki Maureen.

"Jangan pedulikan! Ini bukan urusanmu!" usir Maureen. 

Dingin dan ketus menimpali ucapan Max.

"Apa kau tahu, jalan yang sedang kau lalui itu ke tempatku. Apa tidak lebih baik kalau ikut saja denganku!" 

Max berkata penuh penekanan. 

Dia, meminta Martin menghentikan mobil saat melihat Maureen menghentikan langkah.

Maureen kemudian menoleh kanan dan kiri. Memperhatikan sekitar. 

Dia, benar-benar baru menyadari kalau dia tidak tahu dimana posisinya sekarang. 

Dia, tetap tidak putus asa.  Dia merogoh tas dan melihat ponsel miliknya.

"Tidak akan ada sinyal. Ini wilayahku. Hanya sinyal dengan kode rahasia dariku baru akan mendapatkannya!" sahut Max yang mengerti kalau Maureen sedang berusaha menghubungi seseorang.

“Dasar laki-laki sombong. Memang dia siapa? Ini kan jalanan umum. Bisa-bisanya dia mengklaim wilayahnya,”  gerutu Maureen sambil mengerucutkan bibir tanpa sadar dihadapan Max.

"Apa itu? Kau sungguh tidak mempercayai ucapanku!" 

Max meradang.

Baru sekali ini dihidupnya, dia diperlakukan seperti itu oleh seorang wanita yang dianggap biasa saja.

Apalagi melihat wajah Maureen yang menyepelekan dirinya.

"Aku nggak percaya. Memangnya kau ini seorang Miliarder atau Raja? Hah! Benar-benar gila dan tak masuk akal!" 

Maureen menggelengkan kepala.

Spontan berbalik dan berkacak pinggang dihadapan Max. 

Matanya tetap membulat dengan sempurna.

"Ikutlah pulang denganku, apa kau tidak lapar!" ucap Max tiba-tiba melembut. 

Martin menoleh dan sedikit merinding mendengar tuannya berkata dengan lembut.

“Apa aku tidak salah dengar!” Batin Martin berkomentar.

Max sebenarnya sudah menaikkan rahang dan ingin lampiaskan segala amarah pada Maureen. 

Namun, lagi-lagi saat melihat wajahnya yang pucat dan terlihat sedih. Dia jadi tidak tega.

Max tak pernah menunjukkan wajah seperti itu pada wanita manapun.

"Tidak!" pekik Maureen tajam saat Max mencoba menyentuh lengannya dan akan mengajaknya masuk kembali ke mobil.

"Jangan buat kesabaranku hilang. Kau ikut denganku sekarang atau aku tak segan akan membunuh dan melemparkan mayat mu ke jalanan!" ancam Max. 

Kali ini dia tak mau kalah dengan wanita di hadapannya itu.

"Argh!! Kau gila. Dasar pria maniak. Pergi sana!" kembali dia mendorong tubuh Max yang mencoba mendekatinya.

"Ikut aku sekarang juga sebelum aku berubah pikiran!" Max melangkah maju dan menarik lengan Maureen. 

Menyeretnya masuk ke mobil.

"Lepas, lepaskan aku! Aku tidak mau ikut denganmu!" dia meronta sekuat tenaga. 

Namun, tetap sisa-sisa.  Tenaganya tidak mampu melawan kesigapan juga kekuatan Max.

"Kau benar-benar membuatku repot, hah!" 

Max mengangkat tubuh mungil Maureen hingga dia sudah berpindah di pangkuannya. 

Tangannya melingkar erat di pinggang wanita itu dan Max terus menatap intens wanita yang sedang berada dalam pangkuannya.

Maureen tidak menjawabnya. 

Dia memalingkan wajah. Tenaganya sudah terkuras. 

Setelah dia memukul dada laki-laki itu, tidak ada yang berfungsi. 

Laki-laki itu seperti tidak merasakan sakit dari pukulan Maureen.

"Aku kan sudah bilang, ikut denganku. Kau sungguh tidak lapar?" ucapan  terulang dari mulut Max membuat cacing-cacing di perut Maureen menjawab dengan spontan.

Wajah Maureen memerah saat mulutnya akan bersuara menolak ucapan yang terlontar dari mulut Max.

"Sungguh, kau benar-benar tidak lapar?" 

Max menggoda Maureen sambil mengangkat dagunya. Wajah wanita itu sudah tertunduk karena malu.

"Aku nggak lapar!" jawab Maureen tegas. 

Namun, naas perutnya malah  kembali berbunyi. Dan itu lebih  keras saat dia menolaknya.

"Martin, suruh koki siapkan hidangan istimewa malam ini. Aku ingin, saat tiba semua sudah ada!" perintah tuannya.

Martin menautkan alis sambil menekan nomor yang terhubung dengan Mansion tuannya.

“Hah. Apa aku tidak salah? Tuan sendiri yang mengundangnya secara pribadi ke Mansion!”  Martin berkata di hati  lagi sambil memberikan perintah lewat telepon.

Maureen tetap memalingkan wajahnya. Saat tangan Max masih terus bermain di wajahnya yang chubby.

"Aw, sakit tahu!" pekik Maureen menghempaskan tangan Max. Saat Max mencubit pipinya dengan gemas.

"Kau, mirip boneka. Aku gemas sekali!" selorohnya tanpa sadar. 

Membuat  Martin kembali menautkan kedua alis. 

Segurat senyuman bahkan meluncur mulus di wajah Max.

Entah kenapa Max merasakan kenyamanan berbeda saat menatap wajah Maureen. 

Tidak seperti saat dia menatap para wanita yang hanya menjadi selimut penghangat. Ketika dia sedang membutuhkan makanan biologisnya.

Maureen tetap bergeming.

Dia  diam tidak menanggapi ucapannya. 

Pikirannya melayang pada wajah ibu dan kakak tiri. Kalau dia tak pulang malam ini, dia pasti akan dihajar habis-habisan oleh mereka.

Martin membukakan pintu. Max menarik keluar perlahan tubuh Maureen. 

Kakinya tetap tidak mau bergerak. Terpaksa Max mengangkat tubuh Maureen nya.

"Kau pikir aku tidak memiliki cara untuk membuatmu berlutut di bawah kakiku!" 

Max berkata dengan sombong sambil mengangkat masuk tubuh Maureen ke Mansionnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Menjebaknya

    Tangannya menahan tubuh Martin. Dengan gerakan itu membuat Martin berhenti. Dia membuka matanya. Sejak menikmati ciuman tadi, mata Martin juga ikut terpejam.Martin juga benar—benar menikmati momen ciuman pertama baginya.“Aku mohon, jangan dilanjutkan lagi!” ucap Lola, pipinya memerah, seperti bunyi suara kucing mengeong di telinga Martin.Diantara dia ingin terus melanjutkan atau semakin gemas saat menatap wajahnya yang jadi terlihat imut.Disaat seperti ini Martin tidak boleh terlihat seperti pemula. Dia harus bisa mengendalikan situasi.“Hoah! Aku benar—benar bisa gila. Pantas saja tuan suka sekali melakukannya. Ternyata ini benar—benar enak dan manis,” bisik hati Martin di hati.Tapi, perasaan bergemuruh itu harus Martin sembunyikan. Dia tidak boleh terlihat senang juga melakukan itu. Harus tetap bisa menjebak Lola agar tetap menjadi miliknya.Apalagi Martin sepertinya merasakan perasaan aneh yang membuat sekujur tubuhnya ikut memanas. Sekali mencoba, dia ingin mencoba lagi dan

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Ciuman Pertama

    “Argh! Ma–maafkan, Aku. Aku tidak bermaksud melarangmu. Tapi, seharusnya kau tidak ingkar janji!”Meski takut-takut Lola memberanikan berbicara pada Martin.Wajahnya tetap ketus, kaku dan dingin.Dia benar-benar terlihat seperti tidak suka dengan ucapan Lola.“Rupanya … seperti ini menggoda seseorang. Menyenangkan juga!” sahut Martin di hati.Namun, tatapannya tetap tidak dapat terbaca oleh Lola.Martin mengambil ponselnya dengan tangan lain dan menaruhnya di meja. Lola terus mengikuti gerakan tangannya.Dia tidak sadar kini lengannya yang sudah dicengkeram oleh Martin.Lola menghela napas karena sudah merasa lega. Dia berpikir, ancaman tadi akan dijalankan oleh Martin.“Nah seperti itu dong. Kau ini laki-laki harus menepati janji. Kalau seperti ini baru bisa dibilang adil. Ini dokumennya,” tanpa ragu Lola menurunkan tas yang sedang berada di bahu kirinya. Memberikan tas tadi yang berisi berkas miliknya.Martin menerima dan meletakkan di meja, dekat ponselnya.Lola menghela napas lag

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Digempur

    Perjalanan pulang kali ini mereka tidak memakai heli. Max tidak ingin istrinya kembali muntah akibat mabuk perjalanan.Dia memilih pesawat pribadi yang lebih nyaman dan bisa beristirahat.Max menariknya ke ranjang yang disediakannya dalam pesawat pribadi itu.“Kemarilah!” Max sudah melepaskan ikat pinggang dan mengeluarkan benda bersarang miliknya.Benda itu terlihat sudah mengeras dan tegak sepertinya sudah sangat ingin dimanjakan oleh istrinya.“Max kau yakin ingin melakukannya disini?” Maureen sedikit menoleh kanan dan kiri.Dia hanya takut suaranya nanti terdengar oleh Martin, ada satu pramugari dan dua pilot khusus.“Tenanglah, jika memang Martin mendengar dan menginginkan nya, disana masih ada satu pramugari!” jawabnya tidak peduli, menarik istrinya duduk di pangkuan, sebelum itu Max menurunkan kain penghalang milik istrinya.“Max, apa kau tidak punya malu sama sekali?” meskipun berkata seperti itu, kedua tangan istrinya bertumpu pada bahu dan mulai mengangkat bokongnya.Max sud

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Penurut dan Patuh

    “Benarkah, kau tidak sedang membohongiku kan? Aku benar-benar berharap mama bisa selamat. Setelah aku tahu mama begitu menderita saat bercerita tadi, aku sudah memutuskan jangan sampai dia menderita lagi.”“Selama ini aku selalu menerima dan sabar ketika papa, ibu dan kakak tiriku berbuat semaunya. Karena semua alasanku tetap bersabar adalah mamaku.”“Aku terus bertahan dan akhirnya sampai hari ini tiba, aku benar-benar tidak ingin mama ikut menderita lagi. Aku akan melindunginya dengan sangat baik.“Max menatap wajahnya , dia geram mendengar curahan hati istrinya. “Apakah Kau perlu aku membalaskan dendam pada mereka?”Andaikan Max mendapatkan izin, dia tidak akan ragu untuk menghancurkan semua. “Selama mereka tidak menyakiti mama lagi dan mengusikku, aku anggap tidak pernah ada kejadian apapun.”“Apa yang sudah aku alami dulu, Aku akan anggap sebagai suatu pelatihan pertahanan diriku. Kalau bukan mereka melakukan ini semua padaku, mungkin aku yang sekarang tidak ada.”Maureen m

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Aku benar-benar beruntung

    “Baiklah Max, Aku mempercayakan sepenuhnya putriku padamu. Tolong jaga dan jangan buat dia menangis!” pesannya sambil mengusap tangan Max.Perasaan hangat yang tidak pernah Max dapatkan. Dia juga kehilangan kasih sayang orang tua akibat kecelakaan.Dia tumbuh besar dalam pengawasan kakeknya. Lalu kakek nya pun meninggalkan dirinya.Jadi, pesan ini sangatlah berarti.“Ayo, kita makan malam dulu, Tante!” ucap Max mencoba menjadi menantu yang berbakti.“Uhm, sebaiknya Kau juga mulai membiasakan diri untuk mengubah cara memanggilku,” ucap ibu Maureen beranjak dari duduk dan Maureen menggandeng tangannya.Kali ini Max tidak boleh cemburu. Itu adalah ikatan kasih sayang orang tua.Max mengangkat wajahnya, dia tidak menyangka kalau restu itu langsung dia dapatkan.“Ayo, sayang, Aku sudah lapar!” ucap Maureen berbalik, memanggil suaminya yang masih tertegun.“Dia benar-benar jadi bodoh setelah menjadi seorang suami. Dasar laki-laki tidak berguna!” ejek Adolf di hatinya.“Rupanya kalau benar-b

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Meminta Restu

    Di depan pintu dua pengawal memberi hormat dan membuka pintu tersebut perlahan.Itu adalah sinar matahari terbenam berwarna oranye saat pintu itu terbuka.Maureen melihat seseorang sedang duduk di kursi memandangi pantai dari beranda kamarnya.Pemandangan asing yang membuat jantungnya tiba-tiba bergetar.Dia perlahan melangkah masuk dan langkah kakinya yang semakin mendekat membuat detak jantungnya kian berdebar.“Apa ini yang Max siapkan? Kejutan? Apa yang sedang direncanakan?”Saat hatinya masih bertanya-tanya, seseorang itu berbalik.Mata kami berhenti sejenak.Ada gelombang yang tidak bisa aku lukiskan.Air mataku tiba-tiba saja mengalir keluar.“Mama ….”Maureen berlari ke pelukan dan menangis dengan kuat.Rasa rindunya, selama bertahun-tahun ini terwujud. Dia masih bisa melihat ibunya berdiri menyambut nya datang.“Mama … Kau sudah sembuh, Ma …”Tangan lembut gadis itu menyapu wajahnya yang tetap cantik meskipun sudah bertambah dengan usia.Air matanya juga tidak bisa dibendung.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status