Share

Tidak Tahan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 20:15:56

Ingin sekali dia berteriak ataupun meronta.

Namun, dia tak melakukannya. Dia tahu usaha dan tenaganya akan sia-sia jika dia menuruti ego.

Dia berusaha keras berpikir sambil matanya berkeliling seluruh ruangan.

Ruangan dengan hiasan gaya eropa dengan lampu gantung kristal dimana-mana.

Ruangan yang sangat luas dengan beberapa pengawal dan pelayan bersiap menerima perintah tuannya.

“Wah, bagaimana kalau begini? Bagaimana caranya aku bisa kabur dari orang gila ini. Sepertinya dia benar-benar bukan orang biasa. Apa dia benar-benar seorang Miliarder atau Raja seperti pikiranku tadi?”

Maureen sedikit gugup dengan pikirannya.

Dia mulai ragu, apa benar dengan pikirannya tadi.

"Semua sudah kau siapkan, Berto?" ucap Max menyapa salah seorang dengan pakaian koki.

Mungkin dia kepala koki di rumah itu, pikiran Maureen berkeliaran kembali sambil melirik orang yang dipanggil Berto tadi.

"Sudah, Tuan! Silahkan!" dia berkata sambil menunjukkan semua permintaan tuannya beberapa menit lalu saat dia ditelpon oleh Martin.

Max hanya menganggukan kepalanya.

Dia tak mengucapkan sepatah katapun lagi.

Tanpa disadari oleh Maureen, Max sudah membawa dan terus memangku tubuhnya.

"Kau mau makan yang mana dulu?" dia berkata dengan sangat lembut.

Seolah berbisik di telinga Maureen membuatnya mendadak merinding.

Getaran itu sedikit tidak biasa. Dan membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Em, apa sih?" dia bergidik. Mengangkat bahunya.

"Ini makan malammu. Kau mau memakan yang mana dulu?" tanya Max kembali, segurat senyuman muncul dari wajahnya saat dia melihat Maureen bergidik.

“Dia, benar-benar lucu dan menggemaskan! Apalagi pipi chubby yang seperti bakpao.” Batin Max.

"Sudah aku bilang, aku tidak lapar!" sahutnya semasih ketus.

"Kalau kau tidak makan, aku yang akan memakam mu lagi. Aku masih belum kenyang dan puas! Dan sesuai perkataanku tadi, kau harus men serviceku hingga puas!" kalimat yang masih membuatnya merinding.

Dia bahkan tak menyangka akan mendapatkan ancaman tak terduga lagi dari Max.

"Hah, enak saja. Kau pria gila! Kau anggap aku apa? Sudah seenaknya merebutnya, sekarang mau tambah. Memangnya aku restoran!” jawab Maureen ketus. Bibirnya terus berkerucut tanpa henti.

"Ya sudah, kalau begitu cepat makan!" sahutnya singkat.

Namun, tangannya bergentayangan kemanapun.

"Ah, geli tau!" pekik Maureen saat tangan Max menggerayangi pahanya yang masih tak berkain segitiga.

"Makanya cepat makan, kalau tidak aku tak segan-segan akan membuatnya basah lagi disini!"

Maureen memalingkan wajah menatap Max yang menunjukkan senyum smirk di wajah tampannya itu.

"Aku akan patahkan tanganmu kalau kau berani menyentuhku lagi!" ancam Maureen membuat tawa besar dari mulut Max memenuhi isi ruangan.

Para pengawal, pelayan dan juga Martin langsung bergidik ngeri saat mendengar tawa tuannya.

Mereka tidak pernah sekalipun mendengar tuannya bisa tertawa lepas seperti itu.

Maureen menancapkan garpu pada daging yang sudah dipotong-potong kecil, dan dia memasukkan kedalam mulutnya sambil menatap wajahnya Max penuh dengan kemarahan.

"Kau puas, aku sudah makan! Lihat jelas dengan matamu itu!" Maureen mendelikkan matanya dengan penuh dendam dengan saus yang belepotan di pinggir bibirnya.

"Uhm, apa kau sedang menggodaku?"

Max menarik wajah gadis itu agar bertatapan langsung lebih dekat dengannya.

"Cih, mana sudi aku menggodamu. Kau memang tampan, tapi tidak setampan Nick pujaanku!" Maureen berkata dengan terus terang.

Dia masih mengunyah makanannya saat Max mencengkam wajah dengan kasar.

Apalagi saat mendengar Maureen menyebutkan nama laki-laki lain di hadapannya.

"Kau!"

"Apa kau, kau? Kau, pikir aku takut denganmu, hah!" gadis itu tak mau kalah masalah persaingan adu mulut dengan siapapun.

Meski dia selalu dicap pendiam dan penurut oleh keluarga. Jika, dia ditindas seperti ini, Maureen pun akan melawan.

Dia merasa sudah belajar cukup untuk membalas ketika seseorang mulai menindas atau menyakitinya.

Dia juga harus menjadi lebih kuat. Apalagi bayangan yang terlintas di pelupuk mata, ibunya masih terbaring dengan sangat lemah.

"Berani sekali kau menyebutkan nama laki-laki lain saat kau berada di atas tubuhku!" cetus Max.

Akhirnya dia berang. Dia tidak sabar mengutamakan isi hati yang terpendam.

"Argh! Sakit. Lepas!" pekik Maureen.

Tangan besar laki-laki itu menambah cengkraman di mulutnya.

"Cepat makan! Aku sudah sangat kelaparan denganmu!"

Max tidak sampai hati dan melepaskan cengkraman tangannya. Dia, merasa sudah benar-benar tertarik oleh gadis itu.

“Sudah tahu kelaparan. Kenapa tidak makan saja. Malah komplain padaku.” Dengus Maureen mencibir di dalam hati.

Maureen tak mau mendengarkan lagi ucapan Max.

Dia hanya fokus menghabiskan makanannya.

Dan, Max menatap wajah gadis itu lekat-lekat sambil sesekali tersenyum dan mencubiti pipi gadis itu.

"Jangan ganggu, aku sedang makan!" pekik Maureen kesal dengan laki-laki yang mencoba akrab dengannya.

"Uhm!" Max menjadi patuh. Dan menuruti semua ucapan Maureen.

Maureen meletakkan sendok dan garpunya. Dia sudah tidak nyaman duduk dalam pangkuan.

"Aku sudah selesai makan, bolehkah aku turun," ucapnya, tapi Maureen sangat hati-hati saat menggerakkan tubuhnya.

Dia tidak ingin terlampau mengusik sesuatu dibawah sana. Kalau sampai terusik, pasti kacau.

"Aku masih sangat ingin seperti tadi!" Max berbisik lirih di telinga.

Maureen membalikkan wajah dan tepat saat wajah mereka saling berhadapan.

"Arrrggghhh, aku kan tadi bilang. Kalau kau berani menyentuhku lagi, akan kupatahkan tanganmu!" delik Maureen.

Matanya membulat dengan lebar saat menatap Max.

"Kau lupa ucapanku tadi, aku sudah bilang akan membayarmu double. Jadi, service aku hingga puas, heum!" dia tak mau kalah dengan gadis itu.

Apalagi jiwanya mulai kembali membara saat melihat tingkah Maureen yang menurutnya menggemaskan.

Maureen bangkit dari pangkuan, dia mendorong kasar tubuh Max.

Martin dan semua orang yang menyaksikan membulatkan mata dengan lebar.

"Ayolah, Tuan, antarkan aku pulang!" kakinya menghentak di lantai seperti anak kecil yang sedang meminta permen.

Maureen terkejut saat Max menggebrak meja dan berdiri.

"Ahh, kau benar-benar membuatku gila!"

Max yang sudah kembali dihinggapi rasa panasi mengangkat tubuh Maureen.

"Berto, siapkan lagi hidangan yang baru dan bawa ke kamarku! Aku akan mandi dulu!" dia membawa tubuh Maureen secara paksa.

Walaupun, dia meronta tetap tidak diindahkan oleh Max.

"Kau gila, Tuan!" pekiknya saat tubuhnya di turunkan dalam bathtub berukuran besar.

Max langsung menyalahkan airnya.

Tidak lupa Max meraih sabun dan menuangkan di dalamnya, bahkan aromaterapi sudah dinyalakan membuat pikiran mereka relex.

"Temani aku mandi, oke? Aku berjanji hanya menemani!" pintanya tanpa ragu melepaskan semua kembali atribut yang dipakai lalu melemparkan sembarang di lantai.

"Ti-tidak! Aku tidak mau! Aku mohon, Tuan! Kau pasti berbohong padaku!" tubuh Maureen bergetar. Dia benar-benar ketakutan.

Namun, Max tak memperdulikannya, dia malah melucuti semua pakaian Maureen yang sudah basah tersiram air diatas kepalanya.

Dia menarik paksa Maureen agar duduk diantara pangkal pahanya, "Ssstt, diamlah sebentar. Semakin kau banyak bergerak kau sendiri yang akan menanggung akibatnya!"

Max menyibakkan rambut dan berbisik penuh penekanan. Kali ini dia benar-benar serius dengan ucapannya.

"Sungguh kau benar-benar harus berjanji tidak akan melakukannya lagi. Aku mohon, Tuan!" dia menoleh dan lagi saling bertatapan kembali.

"Tergantung usahamu! Jika kau terus menggodaku sambil menunjukkan wajahmu itu, aku pun tidak akan tahan!" goda Max.

Dia memang hanya ingin menggoda gadis itu. Max berharap gadis itu mengerti kemauannya dan tak membuatnya semakin marah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Gigitan Terakhir

    Maureen tidak ingin memberikan harapan sedikitpun. Karena dia berpikir Nathan juga pantas mendapatkan kebahagiaan dengan orang terbaik. Maureen membenarkan posisinya agar duduknya bisa berhadapan langsung dengan wajah Nathan.“Aku yakin,” Maureen menyentuh pipinya dengan lembut hingga mereka benar-benar bertatapan, “kau bisa menemukan seseorang selain aku. Pasti dia akan lebih baik dariku. Jangan karena hal apapun, maaf, aku memang tidak tahu alasanmu melakukan semua itu,” yang dimaksud Maureen adalah sikap Nathan yang tidak ingin berbicara dan duduk di kursi roda, padahal dia laki-laki normal yang bisa melakukan hal apapun.“Apalagi kau sangat tampan dan kaya. Wanita manapun pasti akan menyukaimu. Kau hanya perlu membuka hati dengan apapun yang terjadi. Biarkan masa lalu berlalu dan kau harus bisa melanjutkan hidup. Hidup terlalu sempit kalau kau hanya melakukan hal-hal seperti itu, uhm?!”Maureen mencoba berbicara dan hati ke hati.“Sebagai teman, aku pasti akan selalu membantu, ta

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Manahan Godaan

    Wilson, Carlos dan Benny saling melirik. Mereka tidak menyangka bahkan seorang Mollary pun bisa patuh terhadap seorang gadis kecil itu.“Auranya benar-benar luar biasa, dia tidak menjadi menantuku pun tidak apa-apa. Asalkan ada yang mengontrol kelakuan bodoh anak itu,” Wilson berpikir, melihat sikap Max terhadap Maureen seperti itu bisa dipastikan Max sangat mencintainya.“Cih, jangan terlalu banyak berpikir Pak Tua, dia itu istriku, satu-satunya. Dia tidak akan pernah tergoyahkan untuk hal apapun. Dia sangat setia padaku,” Max sudah dapat membaca apa yang tersirat pada pandangan mata mereka.“Hehehehe, aku memang tidak pernah meragukan itu. Tapi, kita akan lihat hasilnya. Apakah dia akan tetap tidak tergoyahkan,” cetus Wilson, menyikut lengan Carlos dan Benny meminta dukungan.“Betul, apalagi Tuan Nathan kami juga tidak kalah tampan dan gagah. Untuk masalah memuaskan, saya yakin, Tuan Nathan pasti tidak kalah jauh dari Anda,” tambah Benny sepertinya ingin memprovokasi, menyiram bensi

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Raja Iblis

    “Dasar Mollary, dia benar-benar memakannya disini,” dengus Nathan, dia pun sudah tidak tahan mendengar suara yang membuatnya bangkit.Dia tidak ingin lagi berpura-pura karena Nathan juga menginginkan hal tersebut. Walaupun itu tidak mungkin.“Max ah shh ah sudah Max emm!” erang Maureen saat itu pintu terbuka dan dia segera memeluk tubuh Max. Keringat dan panik mulai membuat jantungnya berdebar.“Kau cih sungguh tidak mau rugi!” celetuk Carlos saat melihat posisi Max membelakangi saat membenarkan celananya dan dia segera menutupi agar istrinya juga menarik celananya.“Ini semua kan karena dia yang menahan istriku terlalu lama. Ini adalah sarapan pagi dan biasanya aku akan berhenti setelah aku keluar,” Max pamer. Kalau dia benar-benar ingin menunjukkan sikap romantisnya.“Max!” Maureen menepuk dadanya, dia masih bersembunyi dibalik tubuh besar Max.Sikapnya yang seperti itu semakin membuat Max percaya diri. Istrinya tidak akan tergoda oleh bujuk rayu Nathan nanti. Dia yakin, Maureen pas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Menempelnya

    “Kau tidak perlu mencemaskan itu. Aku tahu bagaimana caraku bersikap nanti. Asalkan kau tidak mencampuri lagi seperti yang barusan kau lakukan. Aku bisa jamin, kita bisa adil secara bersama-sama tanpa melukai dan membuatnya merasa bersalah.”Nathan sepertinya sudah bulat dengan keputusan yang akan dibuatnya. Meraih apa yang di hasratkan.“Bagaimanapun aku tetap tidak akan setuju, dia itu hanya bisa menjadi milikku. Sebaiknya lupakan angan-angan tidak nyata mu itu!”Max tetap bersikeras dengan apa yang diputuskan. Tadi sesaat dia sempat tergiur oleh tawaran gila Nathan. Max tidak akan tega melakukannya.Apalagi dia tahu kehidupan Maureen dulu bersama keluarganya. Orang tuanya saja rela menjualnya. Sekarang apakah pantas Max bersikap pengecut seperti mereka. Merelakan istrinya dibagi-bagi.Dia saja, makan sendirian tidak pernah cukup dan kenyang. Sekarang, makan pun harus dibagi dengan Nathan. Dia tidak akan rela.Nathan mengepalkan tangan. Dia merasa sedikit kesal karena provokasinya t

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Menyerah Sendiri

    Carlos sudah masuk kembali, “Cepat periksa, lukanya berdarah lagi!” ucap Maureen khawatir. Max terusik pun percuma. Dia sepertinya menyesali tindakannya.“Hah, sial. Rupanya dia benar-benar sudah memasang jebakan ini secara matang!” dengus Max di hati. Merasa dirinya kalah strategi.“Aku benar-benar salah perhitungan. Kalau seperti ini terus, dia pasti bisa merebut Maureen ku,” eratan giginya terdengar dan Max terus memperhatikan sikap Maureen yang begitu khawatir.Pertama kali dia melihat sikapnya saja sudah terasa nyess. Max bahkan belum sempat terluka seperti itu, meski dulu Maureen pernah menyelamatkannya, saat itu dia belum seperti sekarang ini.Penampilannya pun bukan seperti sosok sekarang. Agak pesimis, tapi dia tidak ingin mengakui dulu kekalahannya.“Aku sudah mengganti perban dan menambahkan obat. Ini seperti terkena tekanan jadi lukanya terbuka,” penjelasan Carlos hanya diterima dengan anggukan oleh Maureen.Maureen semakin merasa bersalah. Saat tadi dia membuka mata, Max

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan    Rayuan Gombal

    Maureen benar-benar mengabaikan.Meskipun, hatinya sedikit merasa bersalah. Seharusnya dia tidak bersikap terlalu kejam pada Nathan. Namun, detik kemudian dia malah merasa ada seseorang yang mendekati.Maureen memejamkan mata, dia mencoba bernapas bebas agar tidak merasa dicurigai.Sebaiknya dia pura-pura sudah tidur.Dia merasakan tubuh seseorang duduk di pinggir sofa. Dan mendengar seperti seorang sedang mengetik pesan.Pesan masuk ke ponsel Maureen, dia tetap mengabaikan. Tapi, sepertinya usahanya tidak berakhir disana.Kembali dia mendengar ponselnya berbunyi. Tapi, tetap diabaikan. Lalu, akhirnya gangguan itu berhenti.Maureen baru bisa mengambil napasnya.Tiba-tiba saja matanya terbuka, tubuhnya mendadak melayang di udara.“Arghh!” jerit Maureen pelan dan berbalik, Nathan sedang mengangkat tubuhnya.“Ka–kau!” ingin rasanya Maureen melompat, dia benar-benar ketakutan. Perasaan tidak terkendali mulai keluar. Dia berpikir keras, apa yang akan dilakukan Nathan sebenarnya.Nathan mel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status