Share

Ingatan yang Samar

last update Last Updated: 2025-06-06 19:00:48

Nazharina memeluk lutut, duduk membisu di dekat jendela. Di kamar dalam, Arian telah terlelap di ranjang tamu. Wajahnya tenang, nyaris tak bersalah, seakan badai emosi yang meledak beberapa jam lalu tak pernah terjadi.

Namun di dada Nazharina, ada sesuatu yang menggumpal. Terasa sesak. Bibirnya masih menyimpan jejak hangat dari ciuman pertama itu—yang hadir tiba-tiba, begitu membingungkan, begitu... menyentuh.

Ia menghela napas panjang. Rintik hujan mulai mengecil. Malam menjadi lengang.

Ting-tong.

Suara bel membuyarkan lamunannya. Dengan langkah pelan, ia menuju pintu depan. Begitu dibuka, sosok Maxime berdiri di sana, membawa payung hitam yang meneteskan sisa hujan.

"Maaf, aku mengganggu larut malam begini," ucap Maxime seraya menurunkan payungnya. "Tadi kau kirim pesan singkat, aku langsung berangkat."

Nazharina tersenyum canggung. "Justru aku yang harus minta maaf. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Terima kasih, Max."

Maxime mengangg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Tak Bisa Membiarkanmu Pergi

    Nazharina berdiri di depan mesin kopi. Tangannya gemetar sedikit saat mengambil cangkir. Ketika Arian muncul dari balik pintu, bahunya refleks menegang.Arian berhenti di ambang pintu. Mereka saling menatap. Sunyi. Hanya terdengar suara mesin kopi dan detak jantung yang tak tentu arah."Selamat pagi," ucap Nazharina akhirnya, tanpa menatap langsung."Selamat pagi," jawab Arian pelan.Ia ingin bicara, tapi lidahnya kelu. Nazharina mengangguk singkat, hendak melangkah pergi, tapi Arian memanggil pelan, “Nazh.”Langkah wanita itu terhenti.“Aku... tidak ingat dengan jelas. Tapi... jika ada hal yang tidak pantas kulakukan semalam, aku minta maaf.”Nazharina tidak menoleh. “Tidak perlu minta maaf. Aku hanya... tidak mengira akan menjadi satu-satunya orang yang mengingat semua itu.”Arian terpaku. Sebuah perasaan aneh menyusup di dada.Nazharina berjalan keluar, meninggalkan Arian yang masih membeku di tempat. Jantungnya berdetak makin tak karu

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Ingatan yang Samar

    Nazharina memeluk lutut, duduk membisu di dekat jendela. Di kamar dalam, Arian telah terlelap di ranjang tamu. Wajahnya tenang, nyaris tak bersalah, seakan badai emosi yang meledak beberapa jam lalu tak pernah terjadi.Namun di dada Nazharina, ada sesuatu yang menggumpal. Terasa sesak. Bibirnya masih menyimpan jejak hangat dari ciuman pertama itu—yang hadir tiba-tiba, begitu membingungkan, begitu... menyentuh.Ia menghela napas panjang. Rintik hujan mulai mengecil. Malam menjadi lengang.Ting-tong.Suara bel membuyarkan lamunannya. Dengan langkah pelan, ia menuju pintu depan. Begitu dibuka, sosok Maxime berdiri di sana, membawa payung hitam yang meneteskan sisa hujan."Maaf, aku mengganggu larut malam begini," ucap Maxime seraya menurunkan payungnya. "Tadi kau kirim pesan singkat, aku langsung berangkat."Nazharina tersenyum canggung. "Justru aku yang harus minta maaf. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Terima kasih, Max."Maxime mengangg

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    First Kiss

    Nazharina duduk di bawah payung besar berwarna beige, ditemani secangkir teh hijau dan Kinoshita yang asyik mengaduk lemon tea-nya. Mereka baru saja menyelesaikan medical check-up, dan memutuskan untuk istirahat sebentar."Jadi, kenapa bercerai?" tanya Kinoshita pelan, sambil menatap lurus ke depan. Ia masih penasaran tentang cerita mantan suami sahabatnya itu meski Nazharina tak memberitahu siapa orangnya.Nazharina terdiam sejenak. "Dia orang baik. Nyaris sempurna. Tapi aku tetap menggugat cerai karena merasa... aku tak akan pernah menjadi bagian dari hidupnya."Kinoshita menoleh. "Kau serius?""Dia tak pernah peduli padaku. Aku tahu semua tentang dia, tapi dia tidak tahu apa-apa tentangku. Aku merasa seperti... perabot rumah. Ada, tapi tidak benar-benar dihargai. Dan... aku kasihan padanya jika harus terjebak seumur hidup dengan seseorang yang tidak bisa ia cintai. Aku melepasnya... karena aku harap dia bisa menemukan cinta sejatinya."Kinoshita diam, tak

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Jangan Bilang Itu Lagi

    Nazharina baru saja kembali ke lantai dua. Langkahnya ringan, senyumnya belum sempat luruh. Tapi begitu pintu kaca otomatis terbuka, hawa kantor mengembuskan realitas—dan aroma parfum mahal yang terlalu menyengat.“Akhirnya balik juga.”Shelby sudah berdiri di depan meja Nazharina, tangan menyilang di dada, bibirnya mengerucut dengan ekspresi yang seperti mau tertawa—atau menertawakan.Nazharina menurunkan tas kerjanya perlahan. “Ada yang bisa kubantu, Shelby?”“Oh, aku cuma... penasaran. Makan siangnya sangat lama, ya? Apa antrean makan di resto sekarang sampai perlu reservasi dari kemarin?”Shelby menyengir. Nadanya ringan, tapi tusukannya terasa.Nazharina menoleh pelan, matanya tetap tenang. “Memang agak ramai tadi. Tapi pelayanannya cepat. Mungkin kamu bisa coba sesekali... asal jangan salah dandan. Mereka bisa tolak tamu kalau bajunya terlalu banyak motif.”Shelby mendelik. “Excuse me?”Nazharina mengangkat alis, mengisyaratkan ke gaun b

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Masih Ada Rasa

    Keesokan hari, Nazharina melangkah masuk ke kantor dengan jam tangan itu di genggamannya. Bukan di pergelangan tangan, bukan di dalam tas, tapi digenggam—karena rasanya terlalu penting untuk dipakai begitu saja. Seolah barang itu bukan sekadar benda, melainkan bagian dari hati seseorang yang dulu pernah ia kenal sebagai rumah.Nazharina berdiri di depan pintu ruangan Arian, menggenggam kotak kecil beludru hitam dengan hati yang sedikit berdebar. Ia sudah menyusun kalimat dalam pikirannya, tapi semua terasa canggung begitu ia mengetuk dan mendengar suara Arian dari dalam.“Masuk.”Ia membuka pintu perlahan dan melangkah masuk. Arian sedang duduk di balik meja, membolak-balik dokumen, tapi matanya langsung terangkat saat melihatnya.“Ya?” tanyanya, nada suaranya lembut, tapi jelas terjaga.Nazharina maju beberapa langkah dan meletakkan kotak itu di atas mejanya. “Aku… mengembalikan ini.”Arian menatap kotak itu sejenak, lalu mengangguk pelan. Tangannya me

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Kenangan yang Tertinggal

    Arian menatap layar ponselnya yang gelap. Sudah tiga kali ia coba menghubungi Nazharina. Tidak aktif."Aneh," gumamnya. "Biasanya dia selalu balas cepat."Rasa cemas menyelinap. Ia langsung bangkit dari kursi kerjanya dan meraih jaket.Tak sampai setengah jam, ia sudah berdiri di depan rumah tua berwarna putih pudar itu—rumah lama Nazharina sebelum ia diadopsi keluarganya. Rumah itu masih berdiri, walau sudah usang. Seperti menyimpan semua kenangan masa kecil perempuan itu.Arian mengetuk pintu berkali-kali. Tak ada sahutan.“Nazh?” panggilnya keras. Tak ada jawaban.Ia mendorong pintu pelan. Tidak dikunci.Begitu masuk, ia mendapati tubuh Nazharina terbaring di sofa. Kulitnya pucat, rambutnya kusut, dan tubuhnya menggigil di balik selimut tipis.“Nazh?” Arian bergegas mendekat, menepuk pipinya lembut. “Nazh, bangun. Dengar aku?”Nazharina hanya mengerang pelan.Arian mengeluarkan ponsel dan menelepon dokter pribadinya tanpa pikir pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status