Di sebuah lounge khusus staf di hotel mewah itu, Arian sedang duduk santai bersama Maxime. Mereka menikmati jeda makan siang yang langka, sesuatu yang jarang bisa dilakukan mengingat betapa sibuknya posisi mereka di hotel ini. Arian, dengan kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku, duduk dengan ekspresi tenang, menyesap kopinya perlahan. Di sebelahnya, Maxime yang lebih santai, bersandar di sofa dengan satu kaki disilangkan, menikmati minuman dinginnya. “Jadi,” kata Maxime sambil memainkan sedotan di gelasnya, “bagaimana rasanya bekerja satu tempat dengan—” Arian meliriknya tajam. “Jangan mulai.” Maxime mendengus geli. “Oh, aku harus mulai. Kau tahu kenapa? Karena ekspresimu tiap kali melihatnya seperti pria yang kembali ke masa SMA dan baru sadar kalau dia masih naksir mantannya.” Arian tetap menyesap kopinya dengan tenang, tapi Maxime tidak menyerah. “Sungguh, aku belum pernah melihatmu se-salah tingkah ini. Kau itu Arian Laurent, seorang Chairman sekaligus CEO dengan seg
Terakhir Diperbarui : 2025-05-08 Baca selengkapnya