Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami

Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami

last updateПоследнее обновление : 2025-06-22
От :  Desy Cichika Harish Updated just now
Язык: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Недостаточно отзывов
53Главы
794Кол-во прочтений
Читать
Добавить в мою библиотеку

Share:  

Report
Aннотация
Каталог
SCAN CODE TO READ ON APP

Nazharina dinikahi oleh Arian bukan karena cinta, tapi karena janji. Janji seorang anak pada ibunya yang sekarat. "Arian... tolong jaga Nazharina. Dan saat ia berumur 20 tahun, nikahilah dia." Tapi pernikahan mereka dingin dan hampa. Arian menjaga jarak, tak pernah menyentuh—seolah kehadiran Nazharina tak lebih dari beban. Hingga akhirnya, Nazharina memilih pergi. Beberapa bulan kemudian, takdir mempertemukan mereka lagi. Bukan sebagai suami-istri, tapi sebagai bos dan sekretaris. Arian, yang dulu begitu dingin, kini berubah menjadi pria posesif, protektif, dan tak segan menunjukkan ketertarikan—juga kecemburuan. Luka dan trauma masa lalu dalam diri Nazharina perlahan sembuh oleh perhatian, cinta, dan gairah dari pria yang dulu terlalu dingin untuk disentuh… tapi kini terlalu panas untuk dihindari.

Узнайте больше

Chapter 1

Nestapa Nazharina

Seorang lelaki paruh baya berdiri di depan pintu kelas. Wajahnya lelah, suaranya berat saat menyampaikan maksud pada guru wanita yang sedang mengajar.

“Tolong bujuk Nazharina untuk pulang sekarang juga. Kami akan memakamkan ibunya pagi ini.”

Alicia, sang guru, sontak menoleh ke belakang. Pandangannya tertuju pada seorang siswi yang sedang merebahkan kepala di atas meja sambil mencoret-coret kertas ujian. Satu tangan menggenggam pensil, tapi goresannya tak bermakna.

“Ibunya… meninggal?” tanya Alicia, tercekat. Ada keterkejutan yang sulit disembunyikan dari suaranya.

“Iya. Kecelakaan saat dalam perjalanan ke pasar pagi tadi, menjual sayuran seperti biasa.”

Alicia menggeleng pelan, hatinya nyeri. “Nazharina pasti sangat terkejut mendengar ini.”

“Dia sudah tahu,” jawab pria itu. “Jenazah ibunya kami antar ke rumah pagi ini. Tapi dia tetap berangkat ke sekolah. Katanya… hari ini ada ujian.”

Alicia menatap pria itu tak percaya. “Dia tahu ibunya meninggal, dan tetap masuk sekolah?”

Pria itu hanya mengangguk. Sorot matanya menyimpan duka yang tak kalah dalam.

Alicia menarik napas panjang. “Baik. Aku akan membujuknya.”

Ia melangkah pelan ke sisi meja Nazharina, lalu duduk di bangku kosong di sebelahnya. Wajah gadis itu tampak murung, tetapi tidak ada air mata. Tidak ada isak. Hanya hening yang mencekam.

“Nazh…” panggil Alicia lembut. “Kau boleh pulang sekarang. Ibumu… mereka sedang menunggu.”

Nazharina tetap menunduk. Tangannya terus mencorat-coret kertas ujian hingga tinta bolpoinnya pecah, membentuk noda hitam. Suaranya lirih saat menjawab.

“Aku tak mau pulang. Aku… hanya ingin menyelesaikan ini. Kalau aku berhenti sekarang… rasanya seperti aku benar-benar kehilangan semua.”

Suaranya nyaris tak terdengar.

Alicia melihat dengan mata berkaca. Gadis ini sedang berusaha keras menahan diri agar tidak runtuh.

“Nazharina,” bisiknya, “kau bisa mengerjakannya besok. Kami mengerti. Ini keadaan darurat. Tidak apa.”

Akhirnya, Nazharina menegakkan tubuh. Netranya mulai berkaca, tapi tetap belum meneteskan air mata. Ia menatap Alicia dengan suara yang bergetar.

“Miss Alicia… bolehkah aku tetap di sini? Tolong… jangan paksa aku pulang.”

“Kenapa, Sayang?” tanya Alicia, hatinya seperti diremas. “Ceritakan padaku.”

Nazharina menunduk. “Aku takut pulang…” bisiknya. “Rumah itu… terlalu sunyi.”

“Sunyi?” tanya Alicia, lembut.

Nazharina mengangguk. “Ayahku meninggal tahun lalu. Sekarang ibu juga pergi. Kalau aku pulang… tak ada siapa-siapa lagi. Tak akan ada yang menyambutku, atau memanggil namaku. Hanya tembok, kasur, dan baju-baju yang tak lagi punya pemilik.”

Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan suara yang makin tenggelam, “Aku takut sepi itu akan membunuhku pelan-pelan.”

Alicia tak bisa berkata apa-apa. Air matanya tumpah begitu saja.

Beberapa teman sekelas Nazharina berdiri. Satu per satu mereka mendekat, memeluknya. Hangat, erat. Hingga akhirnya, tangis itu pecah. Gadis dua belas tahun itu menggugurkan dindingnya, dan menangis di tengah pelukan para sahabatnya.

Tangis itu direkam. Bukan untuk dijadikan tontonan, tapi untuk dikenang. Tapi dunia maya tak pernah tahu batas. Video itu tersebar. Viral. Dan tak lama, sampai ke sebuah ruang keluarga yang hangat di seberang kota.

“Kasihan sekali anak ini. Matanya… seperti minta ditolong,” bisik Erina.

Sang suami, Marco, mengangguk perlahan. “Terlalu banyak luka untuk anak sekecil itu.”

"Bisakah kita mengadopsinya untuk menjadi teman bagi Arian?"

Marco menghela napas, menatap istrinya yang begitu menginginkan seorang anak perempuan. "Kamu yakin, Sayang? Mengadopsi anak itu bukan perkara mudah. Dia baru saja kehilangan ibunya. Akan ada banyak hal yang perlu kita pertimbangkan."

"Aku yakin." Erina menggenggam tangan Marco. "Aku selalu ingin memiliki anak perempuan. Lagipula, Arian sendirian. Dia butuh seseorang untuk menemaninya."

Setelah proses yang panjang dan melelahkan, Nazharina akhirnya resmi menjadi anggota keluarga mereka.

Saat pertama kali melangkah masuk ke rumah barunya, Nazharina terpana. Tapi bukan kemewahan rumah yang membuatnya terdiam, melainkan tatapan hangat Erina yang menyambutnya seperti putri kandung sendiri.

Erina memeluk erat, berjanji bahwa gadis itu tak akan pernah sendirian lagi.

Namun tak semua sambutan itu hangat.

“Arian, ini adikmu sekarang. Namanya Nazharina,” ucap Erina ceria, menggandeng tangan si gadis kecil.

Nazharina menyodorkan tangan, ragu. “Hai… senang bertemu denganmu, Kak Arian.”

Arian hanya menatap tangan itu datar. Tidak menjabat, tidak mengangguk. Sekian detik berlalu… tangan Nazharina masih menggantung di udara. Ia menariknya kembali, berpura-pura menggaruk hidung.

Sejak saat itu, ia tahu—Arian tidak menyukainya.

Tapi itu tak apa. Ia sudah terbiasa sendiri. Dan kali ini, meski tanpa cinta, setidaknya ia punya rumah.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama.

Suatu hari, telepon rumah berdering. Suara dari seberang membawa kabar duka yang menghancurkan segalanya.

Erina dan Marco mengalami kecelakaan.

Nazharina dan Arian bergegas ke rumah sakit, berharap mendapat keajaiban. Tapi kenyataan tak sebaik harapan.

Marco meninggal di tempat. Erina masih bertahan, namun kondisinya kritis.

Di ranjang rumah sakit, dengan suara lemah dan napas tersengal, Erina menggenggam tangan Arian.

“Arian…”

“Iya, Mama. Aku di sini.”

“Tolong… jaga Nazharina… Jangan biarkan dia sendirian.”

“Mama…”

“Dan saat dia berumur dua puluh tahun… nikahilah dia.”

Arian tertegun. “Mama, itu—”

“Janji…”

“Mama…” Arian menahan tangis. “Jangan paksa aku—”

“Tolong...”

Detik berikutnya, jantung itu berhenti berdetak.

Itulah kata terakhir Erina sebelum menutup mata untuk selamanya.

Dunia runtuh. Dan janji itu menjadi beban yang tak bisa Arian tolak.

Arian ingin protes, ingin berkata bahwa cinta tak bisa diwariskan seperti wasiat. Tapi mulutnya kelu—karena itu permintaan dari wanita yang sekarat, wanita yang telah menjadi ibunya sejak kecil.

Beberapa tahun kemudian, janji itu ditepati.

Pernikahan tanpa pesta. Tanpa cincin. Tanpa ciuman.

Hanya dua orang duduk bersebelahan di kantor catatan sipil, menandatangani kertas demi memenuhi kehendak seorang ibu.

Malam pertama itu… mereka tidur membelakangi satu sama lain. Tak saling menyentuh. Tak saling bicara.

Malam-malam setelahnya pun begitu.

Sepuluh tahun menikah, Arian belum pernah menyentuh Nazharina dengan cinta.

Nazharina menunggu. Setiap hari. Setiap ulang tahun pernikahan. Setiap malam di saat turun hujan.

Tapi yang datang bukan pelukan. Bukan kehangatan.

Yang datang hanya dingin… sunyi... dan harapan yang perlahan mati di dalam hatinya.

Hingga suatu malam, di usia 30 tahun, Nazharina berdiri di depan cermin. Menatap dirinya sendiri, lalu berbisik, “Cinta tak bisa dipaksa… tapi aku juga tak bisa terus menunggu.”

Saat itu, untuk pertama kali…

…ia ingin pergi.

Dan pada akhirnya, Nazharina memutuskan untuk menyerah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Комментарии

Комментариев нет
53
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status