Share

Pekerjaan Pertama

last update Huling Na-update: 2025-04-03 15:41:21

Langit masih kelabu ketika Nazharina melangkah keluar dari rumahnya pagi itu. Udara dingin sempat menggigit kulitnya, tetapi ia tidak membiarkan keraguan merayap ke dalam hati. Hari ini, ia memulai sesuatu yang baru—tanpa embel-embel sebagai istri seseorang, tanpa bayang-bayang nama besar yang pernah menaunginya.

Butik tempatnya bekerja terletak di pusat kota, di sebuah gedung megah dengan arsitektur modern yang dipenuhi kaca reflektif. Sebuah plakat elegan dengan huruf berwarna emas terpampang di atas pintu masuk, menyatakan nama butik yang selama ini hanya ia kenal dari majalah mode.

Ia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk.

Dari dalam, butik itu tampak lebih menawan. Lantainya berkilau, dipadukan dengan pencahayaan yang memancarkan kemewahan. Rak-rak pakaian tersusun rapi, menampilkan koleksi eksklusif dari berbagai desainer ternama. Tidak ada yang tampak biasa di tempat ini.

“Nazharina, bukan?”

Nazharina menoleh. Seorang wanita muda dengan seragam butik yang sama mendekatinya, senyumnya ramah, matanya berbinar penuh antusiasme. Rambut hitamnya dipotong pendek dengan gaya berantakan, memberi kesan ceroboh namun manis.

“Aku Kinoshita. Kau bisa memanggilku Kinos.” Gadis itu mengulurkan tangan dengan ceria. “Aku mendengar kau mulai bekerja hari ini. Selamat datang!”

Nazharina menyambut uluran tangannya. Kinoshita terasa seperti angin segar di tengah suasana butik yang begitu formal.

“Kau sudah bertemu supervisor?” tanya Kinoshita.

“Belum.”

“Oh, kalau begitu, ayo kutunjukkan.”

Dengan langkah ringan, Kinoshita membawanya melewati rak-rak pakaian menuju bagian belakang butik, di mana ruangan kantor kecil berada. Sepanjang perjalanan, ia berbicara dengan gaya yang penuh semangat, seolah mereka sudah berteman lama.

“Jangan tegang. Toko ini memang terasa kaku, tapi tidak semua orang di sini menakutkan,” ujarnya dengan nada bercanda.

Nazharina mengulas senyum tipis.

Begitu mereka sampai di ruangan supervisor, perkenalan berlangsung singkat. Supervisor butik, seorang wanita berkemeja rapi dengan ekspresi serius, menjelaskan tugas-tugas dasar yang akan Nazharina emban. Melayani pelanggan dengan ramah, memahami produk, menjaga kebersihan dan kerapian butik—semua hal yang bisa ia pahami dengan mudah.

Namun, ada satu hal yang tidak disebutkan.

Seseorang berdiri di ambang pintu, memperhatikannya dengan tatapan tajam. Seorang wanita muda berambut panjang bergelombang, mengenakan seragam yang sama, tetapi dengan aura yang berbeda. Sikapnya angkuh, bibirnya membentuk seringai kecil seakan menilai tanpa perlu berbicara.

“Ah, Shelby,” ujar supervisor. “Tolong bantu Nazharina menyesuaikan diri.”

Shelby mengangkat alis. “Tentu,” jawabnya, tetapi nada suaranya mengisyaratkan hal lain.

Nazharina tidak melewatkan kilatan di mata wanita itu—sesuatu yang samar, seperti ketidaksukaan yang sudah ada bahkan sebelum mereka sempat saling mengenal.

Namun, ia mengabaikannya.

Ia datang ke sini untuk bekerja, bukan untuk menciptakan musuh.

*

Hari berjalan lancar—setidaknya sampai siang menjelang.

Nazharina sudah mulai terbiasa dengan pekerjaannya. Ia melayani pelanggan dengan sopan, menjelaskan koleksi butik dengan tenang, dan menghafal detail produk dengan cepat.

Kinoshita sesekali datang untuk mengobrol atau membantunya, tetapi Shelby tetap menjaga jarak. Wanita itu lebih sering sibuk dengan pelanggannya sendiri, sesekali melirik ke arah Nazharina seakan menunggu sesuatu terjadi.

Dan akhirnya, itu terjadi.

Seorang wanita paruh baya dengan penampilan mewah melangkah masuk ke butik. Langkahnya anggun, tas tangan berlogo desainer tergantung di lengannya, dan parfum mahalnya memenuhi udara.

Shelby tidak bergerak. Ia hanya menatap, lalu tersenyum tipis.

“Coba kutebak, kau belum pernah menangani pelanggan VIP?” bisiknya pelan, tepat saat wanita itu melewati mereka.

Nazharina menoleh.

“Apa maksudmu?”

Shelby melipat tangan di depan dada. “Kalau begitu, ini kesempatanmu.”

Sebelum Nazharina bisa menjawab, pelanggan itu sudah berdiri di hadapannya.

“Permisi.” Suaranya lembut, tetapi memiliki nada otoritatif. “Aku mencari gaun untuk acara malam ini. Sesuatu yang elegan, tetapi tidak berlebihan.”

Nazharina menarik napas. Ini pertama kalinya ia menangani pelanggan sekelas ini, tetapi ia tidak ingin terlihat ragu. Dengan sopan, ia mulai menunjukkan beberapa pilihan yang menurutnya sesuai.

Wanita itu mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk. Percakapan mereka berjalan lancar, dan Nazharina mulai merasa percaya diri.

Namun, ketika wanita itu akhirnya menemukan gaun yang ia suka dan berjalan menuju kasir—Shelby melangkah maju.

“Oh, Madam Caroline,” ujarnya dengan senyum manis, seakan baru menyadari keberadaan wanita itu. “Senang bertemu Anda lagi! Aku ingat, terakhir kali Anda mencari sesuatu dengan warna yang lebih terang, bukan?”

Nazharina melihat bagaimana pelanggan itu langsung tersenyum akrab. “Oh, Shelby! Aku tidak tahu kau masih bekerja di sini.”

“Tentu saja. Aku tidak bisa meninggalkan butik ini begitu saja.” Shelby terkekeh, lalu menoleh ke arah gaun di tangan wanita itu. “Oh, pilihan yang bagus. Kau menyukai rekomendasiku terakhir kali, bukan? Aku yakin yang ini akan terlihat sempurna untukmu.”

Nazharina merasakan sesuatu yang tidak beres.

Dan benar saja—ketika transaksi selesai, komisi dari penjualan itu tidak tercatat atas namanya.

Melainkan atas nama Shelby.

Shelby menoleh dengan senyum puas. “Kau melakukan pekerjaan yang baik,” katanya, suaranya lembut tetapi menusuk. “Aku hanya memastikan pelanggan setia tetap merasa dihargai.”

Nazharina mengepalkan tangan di balik punggung. Ia tidak berkata apa-apa. Tapi ia merasa, ke depannya akan selalu ada hal tak menyenangkan seperti ini.

Namun, tepat ketika ia hendak melangkah pergi, suara lembut namun penuh wibawa memecah keheningan.

“Oh, sebelum aku pergi,” Madame Caroline menoleh dengan senyum ramah, “aku ingin berterima kasih pada nona Nazharina.”

Nazharina mengangkat wajahnya, begitu pula supervisor mereka yang kebetulan tengah berdiri di dekat meja kasir.

“Dia benar-benar melayani dengan sangat baik,” lanjut Madame Caroline. “Bantuannya luar biasa, dan dia memilihkan gaun ini dengan sempurna. Aku jarang bertemu staf baru dengan pemahaman mode sebaik dirinya.”

Supervisor mengerutkan kening, matanya segera beralih ke layar kasir, di mana nama Shelby tercatat sebagai penerima komisi penjualan.

Shelby berdiri kaku di tempatnya, ekspresi wajahnya seketika berubah.

Madame Caroline tersenyum tipis, lalu menambahkan, “Kuharap butik ini tahu bagaimana menghargai staf yang memang bekerja keras. Komisi untuk penjualan ini, pastikan diberikan pada orang yang tepat.”

Ruangan terasa lebih sunyi dari sebelumnya.

Supervisor menatap Shelby dengan tajam. “Shelby,” suaranya datar namun tegas. “Bisa kau jelaskan?”

Shelby membuka mulutnya, tetapi tidak ada kata yang keluar. Napasnya memburu, jemarinya yang terampil merapikan dress pelanggan kini menggenggam erat seragamnya sendiri.

Supervisor tidak menunggu jawaban. Ia langsung memberikan instruksi kepada kasir untuk memperbaiki transaksi tersebut—membatalkan pencatatan atas nama Shelby dan mengalihkannya pada Nazharina.

“Dan ini bukan pertama kalinya aku mendengar keluhan seperti ini,” lanjut supervisor, tatapannya masih terarah pada Shelby. “Kita tidak mentoleransi tindakan semacam ini di butik ini.”

Shelby menunduk, wajahnya pucat pasi.

Sementara itu, Madame Caroline melirik Nazharina dan mengedipkan sebelah mata, seolah mengatakan bahwa semuanya sudah beres.

Nazharina tersenyum tipis, tetapi dalam hati ia tahu—ini bukan sekadar kebetulan.

Di luar butik, angin sore bertiup lembut ketika Madame Caroline melangkah menuju mobil hitam yang telah menunggunya. Begitu pintu terbuka, ia masuk dengan anggun, duduk di kursi belakang, dan menyilangkan kakinya.

Seorang pria sudah ada di sana.

Arian.

Tatapannya tajam saat ia menatap keluar jendela, matanya masih terarah pada butik tempat mantan istrinya bekerja.

“Sudah beres,” Madame Caroline berbicara lebih dulu. “Wanita licik itu ketahuan, dan Nazharina mendapatkan haknya.”

Arian mengangguk pelan, ekspresinya tetap tak terbaca. “Bagus,” gumamnya. “Aku tidak bisa membiarkan siapa pun menyusahkan dia.”

Madame Caroline tersenyum, lalu menoleh ke arah amplop coklat yang kini tergeletak di atas pangkuannya. Isinya tebal, lebih dari cukup untuk ‘pekerjaan kecil’ yang baru saja ia lakukan.

“Aku tidak keberatan jika lain kali kau butuh bantuanku lagi,” ujarnya santai, memasukkan amplop itu ke dalam tasnya.

Arian hanya menatap lurus ke depan.

“Aku membayarmu mahal,” katanya, suaranya rendah tetapi penuh ketegasan. “Bukan untuk memberi komisi besar kepada orang lain selain dia.” Ia menoleh, menatap Madame Caroline dengan dingin. “Apalagi kalau dengan cara licik seperti itu.”

Madame Caroline terkekeh kecil, tetapi tidak membantah.

Mobil pun melaju, meninggalkan butik di belakang.

Dan Nazharina, tanpa ia sadari, tetap dalam perlindungan Arian—meski dari balik bayang-bayang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Permainan Licik

    Nazharina sedang sibuk merapikan deretan gaun di rak ketika suara tinggi seorang wanita menggelegar di seluruh butik. "Ini tidak bisa diterima! Kalian pikir aku bodoh?" Seluruh butik mendadak hening. Beberapa staf langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang wanita dengan pakaian mahal dan tas bermerek berdiri di depan kasir dengan ekspresi marah. Ia mengacungkan secarik struk belanja ke arah Shelby, yang berdiri di belakang meja kasir dengan ekspresi pura-pura terkejut. Nazharina merasa jantungnya berdebar saat menyadari siapa pelanggan itu. Nyonya Dee. Salah satu pelanggan VIP yang terkenal perfeksionis dan tidak segan-segan mengkritik jika ada sedikit saja kesalahan dalam pelayanannya. Shelby menoleh ke arah Nazharina dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. "Oh, Nyonya Dee, mungkin ada sedikit kesalahan. Tapi saya yakin bukan niat staf kami untuk membuat Anda merasa tidak nyaman," katanya manis. Nyonya Dee tidak terpengaruh. "Aku mau jawaban! Bagaimana bisa gaun yang ha

    Huling Na-update : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Bahaya di Balik Senyuman

    Shelby menunduk sedikit, bibirnya bergetar seolah sedang menahan rasa malu. “Saya... mungkin telah melakukan kesalahan saat memperbarui harga di sistem. Tetapi saya sama sekali tidak berniat buruk.”Pria yang tadi membela Nazharina tersenyum tipis. “Lucu sekali. Saat semua orang menuduh staf baru ini, kau langsung percaya diri menyalahkannya. Tapi sekarang, begitu terbukti bahwa hanya kau yang bisa mengubah harga, tiba-tiba ini jadi ‘kesalahan kecil’?”Shelby menoleh tajam ke arahnya. “Saya tidak bermaksud seperti itu!”“Tapi kau terdengar seperti itu.”Shelby menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Nyonya Dee dengan wajah memelas. “Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Ini hanya kesalahan teknis. Saya janji akan lebih berhati-hati ke depannya. Tolong jangan biarkan kesalahan ini mencoreng reputasi butik kami.”Nyonya Dee menatapnya lama.Suasana begitu tegang hingga Nazharina bisa mendengar suara napasnya sendiri.Saat itulah suara lain menyela.“Cukup.”Semua orang menoleh ke arah s

    Huling Na-update : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Dijaga Dalam Diam

    “Apa... apa yang kau lakukan?” Darren tersenyum miring. “Aku hanya ingin bersenang-senang, sayang. Masuklah.” Nazharina menggigil, tetapi dengan tangan gemetar, ia membuka pintu rumahnya. Begitu masuk, Darren menutup pintu dan menguncinya. Ia memandang sekeliling. “Tempat yang nyaman. Sepertinya cocok untuk sedikit... permainan.” Nazharina mundur perlahan. “Darren, tolong. Jangan lakukan ini.” Darren mendekat, jemarinya yang dingin menyentuh wajahnya. “Sayang sekali kalau wajah cantik ini harus rusak. Tapi aku suka meninggalkan kenangan.” Ia mencengkeram bahu Nazharina dan mendorongnya ke sofa. Pisau itu masih di tangannya, tetapi sekarang ia mulai menarik kasar pakaian Nazharina. Nazharina menjerit, meronta, tetapi Darren lebih kuat. “Kau tahu,” gumamnya sambil merobek kancing blus Nazharina, “Aku suka melihat ketakutan di mata wanita. Mereka selalu terlihat lebih hidup saat ketakutan.” Nazharina menangis. Ia memukul, menendang, tetapi setiap perlawanan hany

    Huling Na-update : 2025-05-06
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pergolakan Batin Arian

    "Kau beruntung," gumam Arian akhirnya. "Aku bisa saja membunuhmu di sini dan menghilangkan jejakmu tanpa ada yang tahu."Darren menahan napas, ngeri dengan ketenangan yang menyelimuti suara itu."Tapi aku tidak akan melakukannya," lanjut Arian. "Karena kau tidak sebanding dengan risikonya. Aku tidak akan mengotori tanganku untuk sampah sepertimu."Arian berjongkok, menyamakan tinggi mereka, lalu menepuk pipi Darren dengan ringan—hampir seperti seorang teman lama yang sedang berbincang."Tapi dengarkan aku baik-baik, Darren," katanya, suaranya lebih pelan, lebih dingin. "Jika kau berani muncul lagi dalam hidup Nazharina… jika kau bahkan mencoba mendekatinya satu langkah saja… aku akan menemukanmu."Darren merasakan bulu kuduknya berdiri."Aku akan menghancurkan hidupmu," lanjut Arian, tatapannya gelap dan tanpa belas kasihan. "Aku akan memastikan kau tidak bisa melarikan diri ke mana pun. Dan kalau itu belum cukup…" Ia menyeringai kecil, ekspresi yang le

    Huling Na-update : 2025-05-07
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Fitnah Menyakitkan

    Butik mewah itu tak pernah sepi dari perbincangan, terlebih jika ada sesuatu yang menarik untuk digunjingkan.Pagi ini, di sudut ruang staf, beberapa karyawan berkumpul dengan wajah penuh antusiasme. Bisikan mereka terdengar samar, namun sesekali diiringi tawa cekikikan."Aku melihatnya kemarin sore," ujar seorang wanita berambut sebahu, Nadya, dengan nada penuh arti. "Dia duduk berdua dengan pria itu di kafe dekat butik. Ngobrol intens setelah pulang kerja. Aku yakin, salah satu dari mereka akan diajak singgah ke rumah."Shelby, yang sedang merapikan kuku dengan ekspresi malas, menoleh dengan ketertarikan. "Dia? Maksudmu, si wajah polos itu? Nazharina?""Iya." Nadya mengangguk, matanya berbinar penuh gosip. "Yang lebih menarik, dia bahkan tak masuk kerja hari ini. Sakit, katanya. Tapi siapa yang percaya?"Seorang lagi, Emma, menimpali dengan suara dramatis, "Aku yakin dia tak bisa bangun dari tempat tidur."Tawa cekikikan pecah di antara mereka."

    Huling Na-update : 2025-05-08
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Nestapa Nazharina

    “Tolong bujuk Nazharina untuk pulang sekarang juga. Kami akan memakamkan ibunya pagi ini,” ucapnya pilu. Alicia menoleh ke belakang, tepat di mana siswi yang dimaksud sedang mencoret-coret kertas ujian sambil merebahkan kepala di atas meja. “Ibunya meninggal?” tanyanya memastikan. Antara terkejut dan ikut berduka. “Iya, kecelakaan tadi pagi saat pergi ke pasar untuk bekerja menjual sayuran,” jawab pria itu. “Nazharina pasti akan sangat terkejut mendengar berita ini.” “Dia sudah tahu. Jenazah ibunya kami antar ke rumah, tepat sebelum ia berangkat ke sekolah pagi ini,” jawab pria itu dengan yakin. Alicia terkejut. “Dia tahu ibunya meninggal, tapi tetap pergi ke sekolah?!” suaranya nyaris terdengar seperti sebuah teriakan tertahan. “Kami sudah berusaha menahannya, tapi dia bilang hari ini ada ujian.” Alicia menggelengkan kepala. Tak mengerti akan jalan pikiran salah satu siswinya itu. “Tunggu sebentar. Aku akan menyuruhnya bersiap untuk pulang.” Sang guru masuk. Men

    Huling Na-update : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Babak Baru di Rumah Lama

    Di depan rumah megah itu, Nazharina berdiri dengan koper di tangannya. Arian, seperti biasa, hanya menatapnya tanpa ekspresi.Siang hari ini matahari menyengat kulit, namun hati Nazharina seakan gelap kelabu. Ada mendung yang menciptakan awan hitam dalam jiwanya. Seakan ingin menjatuhkan hujan air mata, namun guruh di hati menahannya.Ia tak tahu apakah tangisan itu perlu?Haruskah ia bersedih saat ini?Bagaimana kalau ternyata mulai hari ini ia bisa mencoba hidup yang sesuai dengan kemauannya?“Terima kasih atas waktumu Arian. Akhirnya selesai juga. Bolehkah kita berjabat tangan karena mungkin tak akan ada lagi pertemuan setelah ini?” Nazharina menyodorkan tangan pada lelaki tampan namun beraura dingin di hadapannya.Sedetik... dua detik... hingga beberapa detik Arian tak menyambut uluran tangan itu, hanya menatap Nazharina dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.“Ternyata tak boleh,” gumam Nazharina pelan, seraya menggenggam kembali jemari tangan dan memilih untuk menggaruk uju

    Huling Na-update : 2025-04-03

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Fitnah Menyakitkan

    Butik mewah itu tak pernah sepi dari perbincangan, terlebih jika ada sesuatu yang menarik untuk digunjingkan.Pagi ini, di sudut ruang staf, beberapa karyawan berkumpul dengan wajah penuh antusiasme. Bisikan mereka terdengar samar, namun sesekali diiringi tawa cekikikan."Aku melihatnya kemarin sore," ujar seorang wanita berambut sebahu, Nadya, dengan nada penuh arti. "Dia duduk berdua dengan pria itu di kafe dekat butik. Ngobrol intens setelah pulang kerja. Aku yakin, salah satu dari mereka akan diajak singgah ke rumah."Shelby, yang sedang merapikan kuku dengan ekspresi malas, menoleh dengan ketertarikan. "Dia? Maksudmu, si wajah polos itu? Nazharina?""Iya." Nadya mengangguk, matanya berbinar penuh gosip. "Yang lebih menarik, dia bahkan tak masuk kerja hari ini. Sakit, katanya. Tapi siapa yang percaya?"Seorang lagi, Emma, menimpali dengan suara dramatis, "Aku yakin dia tak bisa bangun dari tempat tidur."Tawa cekikikan pecah di antara mereka."

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pergolakan Batin Arian

    "Kau beruntung," gumam Arian akhirnya. "Aku bisa saja membunuhmu di sini dan menghilangkan jejakmu tanpa ada yang tahu."Darren menahan napas, ngeri dengan ketenangan yang menyelimuti suara itu."Tapi aku tidak akan melakukannya," lanjut Arian. "Karena kau tidak sebanding dengan risikonya. Aku tidak akan mengotori tanganku untuk sampah sepertimu."Arian berjongkok, menyamakan tinggi mereka, lalu menepuk pipi Darren dengan ringan—hampir seperti seorang teman lama yang sedang berbincang."Tapi dengarkan aku baik-baik, Darren," katanya, suaranya lebih pelan, lebih dingin. "Jika kau berani muncul lagi dalam hidup Nazharina… jika kau bahkan mencoba mendekatinya satu langkah saja… aku akan menemukanmu."Darren merasakan bulu kuduknya berdiri."Aku akan menghancurkan hidupmu," lanjut Arian, tatapannya gelap dan tanpa belas kasihan. "Aku akan memastikan kau tidak bisa melarikan diri ke mana pun. Dan kalau itu belum cukup…" Ia menyeringai kecil, ekspresi yang le

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Dijaga Dalam Diam

    “Apa... apa yang kau lakukan?” Darren tersenyum miring. “Aku hanya ingin bersenang-senang, sayang. Masuklah.” Nazharina menggigil, tetapi dengan tangan gemetar, ia membuka pintu rumahnya. Begitu masuk, Darren menutup pintu dan menguncinya. Ia memandang sekeliling. “Tempat yang nyaman. Sepertinya cocok untuk sedikit... permainan.” Nazharina mundur perlahan. “Darren, tolong. Jangan lakukan ini.” Darren mendekat, jemarinya yang dingin menyentuh wajahnya. “Sayang sekali kalau wajah cantik ini harus rusak. Tapi aku suka meninggalkan kenangan.” Ia mencengkeram bahu Nazharina dan mendorongnya ke sofa. Pisau itu masih di tangannya, tetapi sekarang ia mulai menarik kasar pakaian Nazharina. Nazharina menjerit, meronta, tetapi Darren lebih kuat. “Kau tahu,” gumamnya sambil merobek kancing blus Nazharina, “Aku suka melihat ketakutan di mata wanita. Mereka selalu terlihat lebih hidup saat ketakutan.” Nazharina menangis. Ia memukul, menendang, tetapi setiap perlawanan hany

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Bahaya di Balik Senyuman

    Shelby menunduk sedikit, bibirnya bergetar seolah sedang menahan rasa malu. “Saya... mungkin telah melakukan kesalahan saat memperbarui harga di sistem. Tetapi saya sama sekali tidak berniat buruk.”Pria yang tadi membela Nazharina tersenyum tipis. “Lucu sekali. Saat semua orang menuduh staf baru ini, kau langsung percaya diri menyalahkannya. Tapi sekarang, begitu terbukti bahwa hanya kau yang bisa mengubah harga, tiba-tiba ini jadi ‘kesalahan kecil’?”Shelby menoleh tajam ke arahnya. “Saya tidak bermaksud seperti itu!”“Tapi kau terdengar seperti itu.”Shelby menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Nyonya Dee dengan wajah memelas. “Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Ini hanya kesalahan teknis. Saya janji akan lebih berhati-hati ke depannya. Tolong jangan biarkan kesalahan ini mencoreng reputasi butik kami.”Nyonya Dee menatapnya lama.Suasana begitu tegang hingga Nazharina bisa mendengar suara napasnya sendiri.Saat itulah suara lain menyela.“Cukup.”Semua orang menoleh ke arah s

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Permainan Licik

    Nazharina sedang sibuk merapikan deretan gaun di rak ketika suara tinggi seorang wanita menggelegar di seluruh butik. "Ini tidak bisa diterima! Kalian pikir aku bodoh?" Seluruh butik mendadak hening. Beberapa staf langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang wanita dengan pakaian mahal dan tas bermerek berdiri di depan kasir dengan ekspresi marah. Ia mengacungkan secarik struk belanja ke arah Shelby, yang berdiri di belakang meja kasir dengan ekspresi pura-pura terkejut. Nazharina merasa jantungnya berdebar saat menyadari siapa pelanggan itu. Nyonya Dee. Salah satu pelanggan VIP yang terkenal perfeksionis dan tidak segan-segan mengkritik jika ada sedikit saja kesalahan dalam pelayanannya. Shelby menoleh ke arah Nazharina dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. "Oh, Nyonya Dee, mungkin ada sedikit kesalahan. Tapi saya yakin bukan niat staf kami untuk membuat Anda merasa tidak nyaman," katanya manis. Nyonya Dee tidak terpengaruh. "Aku mau jawaban! Bagaimana bisa gaun yang ha

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pekerjaan Pertama

    Langit masih kelabu ketika Nazharina melangkah keluar dari rumahnya pagi itu. Udara dingin sempat menggigit kulitnya, tetapi ia tidak membiarkan keraguan merayap ke dalam hati. Hari ini, ia memulai sesuatu yang baru—tanpa embel-embel sebagai istri seseorang, tanpa bayang-bayang nama besar yang pernah menaunginya.Butik tempatnya bekerja terletak di pusat kota, di sebuah gedung megah dengan arsitektur modern yang dipenuhi kaca reflektif. Sebuah plakat elegan dengan huruf berwarna emas terpampang di atas pintu masuk, menyatakan nama butik yang selama ini hanya ia kenal dari majalah mode.Ia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk.Dari dalam, butik itu tampak lebih menawan. Lantainya berkilau, dipadukan dengan pencahayaan yang memancarkan kemewahan. Rak-rak pakaian tersusun rapi, menampilkan koleksi eksklusif dari berbagai desainer ternama. Tidak ada yang tampak biasa di tempat ini.“Nazharina, bukan?”Nazharina menoleh. Seorang wanita muda dengan seragam butik yang sama mendekatinya,

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Babak Baru di Rumah Lama

    Di depan rumah megah itu, Nazharina berdiri dengan koper di tangannya. Arian, seperti biasa, hanya menatapnya tanpa ekspresi.Siang hari ini matahari menyengat kulit, namun hati Nazharina seakan gelap kelabu. Ada mendung yang menciptakan awan hitam dalam jiwanya. Seakan ingin menjatuhkan hujan air mata, namun guruh di hati menahannya.Ia tak tahu apakah tangisan itu perlu?Haruskah ia bersedih saat ini?Bagaimana kalau ternyata mulai hari ini ia bisa mencoba hidup yang sesuai dengan kemauannya?“Terima kasih atas waktumu Arian. Akhirnya selesai juga. Bolehkah kita berjabat tangan karena mungkin tak akan ada lagi pertemuan setelah ini?” Nazharina menyodorkan tangan pada lelaki tampan namun beraura dingin di hadapannya.Sedetik... dua detik... hingga beberapa detik Arian tak menyambut uluran tangan itu, hanya menatap Nazharina dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.“Ternyata tak boleh,” gumam Nazharina pelan, seraya menggenggam kembali jemari tangan dan memilih untuk menggaruk uju

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Nestapa Nazharina

    “Tolong bujuk Nazharina untuk pulang sekarang juga. Kami akan memakamkan ibunya pagi ini,” ucapnya pilu. Alicia menoleh ke belakang, tepat di mana siswi yang dimaksud sedang mencoret-coret kertas ujian sambil merebahkan kepala di atas meja. “Ibunya meninggal?” tanyanya memastikan. Antara terkejut dan ikut berduka. “Iya, kecelakaan tadi pagi saat pergi ke pasar untuk bekerja menjual sayuran,” jawab pria itu. “Nazharina pasti akan sangat terkejut mendengar berita ini.” “Dia sudah tahu. Jenazah ibunya kami antar ke rumah, tepat sebelum ia berangkat ke sekolah pagi ini,” jawab pria itu dengan yakin. Alicia terkejut. “Dia tahu ibunya meninggal, tapi tetap pergi ke sekolah?!” suaranya nyaris terdengar seperti sebuah teriakan tertahan. “Kami sudah berusaha menahannya, tapi dia bilang hari ini ada ujian.” Alicia menggelengkan kepala. Tak mengerti akan jalan pikiran salah satu siswinya itu. “Tunggu sebentar. Aku akan menyuruhnya bersiap untuk pulang.” Sang guru masuk. Men

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status