Share

Babak Baru di Rumah Lama

last update Dernière mise à jour: 2025-04-03 15:40:26

Di depan rumah megah itu, Nazharina berdiri dengan koper di tangannya. Arian, seperti biasa, hanya menatapnya tanpa ekspresi.

Siang hari ini matahari menyengat kulit, namun hati Nazharina seakan gelap kelabu. Ada mendung yang menciptakan awan hitam dalam jiwanya. Seakan ingin menjatuhkan hujan air mata, namun guruh di hati menahannya.

Ia tak tahu apakah tangisan itu perlu?

Haruskah ia bersedih saat ini?

Bagaimana kalau ternyata mulai hari ini ia bisa mencoba hidup yang sesuai dengan kemauannya?

“Terima kasih atas waktumu Arian. Akhirnya selesai juga. Bolehkah kita berjabat tangan karena mungkin tak akan ada lagi pertemuan setelah ini?” Nazharina menyodorkan tangan pada lelaki tampan namun beraura dingin di hadapannya.

Sedetik... dua detik... hingga beberapa detik Arian tak menyambut uluran tangan itu, hanya menatap Nazharina dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

“Ternyata tak boleh,” gumam Nazharina pelan, seraya menggenggam kembali jemari tangan dan memilih untuk menggaruk ujung hidung yang sebenarnya tidak gatal. Membuang rasa malu.

Tak apa, dia sudah terbiasa. Begitu pikirnya.

Nazharina sudah terbiasa diperlakukan seperti itu, sedingin itu. Seharusnya dia tahu kalau Arian yang telah ia kenal selama delapan belas tahun dan menjadi suaminya selama sepuluh tahun itu tak akan pernah mau menjabat tangannya.

Tidak dulu saat pertama kali mereka dikenalkan ketika ia berumur 12 tahun, tidak juga saat ini ketika ia sudah resmi bercerai dengan lelaki tanpa ekspresi itu.

“Aku pamit. Terima kasih karena telah menjagaku selama ini. Jaga dirimu baik-baik, Arian.”

Susah payah Nazharina membuat nada suaranya terdengar normal, tapi entah kenapa rasa sesak di dada membuat ia terdengar seperti ingin menangis.

Ah, sial. Ia tak boleh terlihat sedih di hadapan lelaki yang bahkan tak pernah menganggapnya ada.

Ia membalikkan badan, berjalan menuju SUV hitam yang menunggunya.

Sebelum naik, ia menoleh sekali lagi.

Menatap balkon tempat ia biasa termenung. Tempat di mana ia sempat memiliki sebuah keluarga.

Menatap Arian, yang masih berdiri di sana, diam seperti patung.

“Tak kusangka, hari ini terjadi juga. Akhirnya aku meninggalkan rumah yang telah memberiku tempat berteduh dan berlindung selama 18 tahun. Selamat tinggal,” ucapnya dalam hati dengan mata yang berembun.

Desahan napas sedih mengiringi geraknya yang langsung duduk di belakang sopir pribadi Arian. Pria itu yang akan mengantar untuk pulang ke rumah lamanya.

“Terima kasih Ernando, atas pelayananmu selama ini. Terima kasih karena mau mengantarkan aku ke mana-mana. Senang bisa mengenalmu.” Nazharina berusaha beramah-tamah dengan salah satu orang kepercayaan Arian itu.

“Sama-sama Nyonya. Saya juga merasa terhormat karena pernah melayani Anda,” sahut Ernando dengan senyum pahit.

Nazharina membuang pandangan keluar dengan tatapan kosong. Tak ada siapa pun yang memahami bagaimana perasaannya saat ini, kecuali dirinya sendiri.

“Kau tak perlu memanggilku lagi dengan sebutan Nyonya, Ernando. Aku dan Arian sudah resmi bercerai.”

Mobil melaju, meninggalkan rumah itu. Meninggalkan semua kenangan yang pernah terjadi. Dan meninggalkan seseorang yang selama ini tak pernah menyayanginya.

Arian masih berdiri di tempatnya. Memandang mobil yang membawa Nazharina semakin menjauh. Kakinya berat untuk melangkah, seperti hatinya yang berat untuk mencegah Nazharina agar tak pergi, meski ia sangat ingin berkata demikian.

 

Ia tak bisa melarang Nazharina untuk pergi.

Dan untuk pertama kali dalam hidup…

Ia bertanya-tanya apakah ia telah kehilangan sesuatu yang sebenarnya sangat berharga?

*

Nazharina berdiri di depan pagar besi tua yang sudah mulai berkarat. Rumah itu masih seperti yang ia ingat—kusam, sedikit terbengkalai, tetapi tetap memberikan rasa akrab yang membawanya kembali ke masa lalu. Aroma kayu basah bercampur dengan tanah yang mengering setelah hujan pagi tadi. Ia menarik napas dalam, mencoba mengisi paru-parunya dengan keberanian sebelum akhirnya mendorong pintu pagar dan melangkah masuk.

Hening.

Tidak ada suara langkah kaki pelayan, tidak ada suara mobil mewah yang masuk ke garasi, tidak ada denting gelas kristal dari ruang makan seperti di rumah tempatnya tinggal selama ini. Yang ada hanyalah keheningan yang menggema, seakan menyambut kepulangan yang tertunda bertahun-tahun lamanya.

Meletakkan koper di dekat sofa, Nazharina menyapu pandang ke seluruh ruangan. Debu menumpuk di beberapa sudut, perabotan masih sama seperti yang ia tinggalkan belasan tahun lalu. Ada kehangatan samar di tempat ini, meskipun sepi.

Kini, ia sendiri lagi.

Namun, belum sempat menikmati momen tersebut, suara ketukan di pagar depan membuyarkan lamunannya.

"Nazharina?"

Suaranya melengking, penuh rasa ingin tahu yang tidak terselubung.

Nazharina menoleh. Seorang wanita berusia sekitar empat puluhan berdiri di sana dengan kedua tangan bertumpu di pinggangnya, seakan siap melancarkan interogasi. Ia mengenakan long dress longgar dengan corak bunga-bunga yang sudah pudar warnanya, rambutnya disanggul tinggi, dan matanya menyorotkan sesuatu yang sulit diartikan—antara terkejut, skeptis, dan puas.

"Jadi kau benar-benar kembali," lanjutnya, tanpa menunggu jawaban. "Aku pikir hanya desas-desus belaka."

Nazharina menahan napas sejenak sebelum melangkah mendekat. "Selamat sore, Aunty."

Aunty Ersa—tetangganya sejak kecil, yang selalu memiliki kebiasaan untuk tahu segalanya tentang semua orang.

Ia memiringkan kepala, menyipitkan mata seakan meneliti setiap inci dari Nazharina. "Kudengar kau sudah bercerai," ujarnya begitu saja, tanpa basa-basi. "Sungguh mengejutkan. Kukira kau sudah terbiasa hidup nyaman di rumah suamimu yang kaya itu."

Nazharina tersenyum tipis. Ia sudah mengantisipasi ini.

"Aku hanya ingin menjalani hidup yang lebih sederhana, Aunty."

Aunty Ersa tertawa kecil, geli. "Oh, tentu. Tapi berapa lama kau akan bertahan? Hidup di lingkungan ini tidak seperti di rumah mewah yang penuh dengan pelayan. Kau harus belanja sendiri, memasak sendiri, bahkan membersihkan rumah sendiri. Aku penasaran... apakah kau bisa?"

Nada suaranya terdengar manis, tetapi setiap katanya membawa tantangan terselubung.

Nazharina tetap tenang. "Aku akan mencobanya," jawabnya tanpa ragu.

Aunty Ersa mengangkat alis, lalu tersenyum miring, seakan menunggu kapan Nazharina akan menyerah. "Baiklah. Kita lihat saja nanti," ujarnya sebelum berbalik, meninggalkan Nazharina dengan keheningan sore yang kembali menyelimuti.

Nazharina merapatkan pagar dengan perlahan, kembali masuk ke dalam rumah. Ia tahu bahwa kepulangannya tidak akan luput dari perhatian, dan ia tahu bahwa Aunty Ersa tidak akan menjadi satu-satunya orang yang mengawasi setiap langkahnya.

Saat Nazharina hendak menutup tirai, sesuatu membuatnya berhenti. Perasaan aneh menjalar di tengkuknya, seolah ada mata yang mengawasi.

Naluri membawanya menoleh ke arah rumah sebelah. Jendela di lantai atas sedikit terbuka, dan di baliknya—di tengah kegelapan—ada siluet seseorang berdiri diam.

Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri di sana, seperti bayangan tanpa suara.

Nazharina menelan ludah. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan dorongan untuk segera menutup tirai dan berpura-pura tidak melihat apa pun.

Tetapi nalarnya menolak. Dari yang ia dengar sebelum pulang kemari, rumah itu kosong. Tidak ada yang menempatinya selama bertahun-tahun.

Jadi, siapa yang berdiri di sana?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pekerjaan Pertama

    Langit masih kelabu ketika Nazharina melangkah keluar dari rumahnya pagi itu. Udara dingin sempat menggigit kulitnya, tetapi ia tidak membiarkan keraguan merayap ke dalam hati. Hari ini, ia memulai sesuatu yang baru—tanpa embel-embel sebagai istri seseorang, tanpa bayang-bayang nama besar yang pernah menaunginya.Butik tempatnya bekerja terletak di pusat kota, di sebuah gedung megah dengan arsitektur modern yang dipenuhi kaca reflektif. Sebuah plakat elegan dengan huruf berwarna emas terpampang di atas pintu masuk, menyatakan nama butik yang selama ini hanya ia kenal dari majalah mode.Ia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk.Dari dalam, butik itu tampak lebih menawan. Lantainya berkilau, dipadukan dengan pencahayaan yang memancarkan kemewahan. Rak-rak pakaian tersusun rapi, menampilkan koleksi eksklusif dari berbagai desainer ternama. Tidak ada yang tampak biasa di tempat ini.“Nazharina, bukan?”Nazharina menoleh. Seorang wanita muda dengan seragam butik yang sama mendekatinya,

    Dernière mise à jour : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Permainan Licik

    Nazharina sedang sibuk merapikan deretan gaun di rak ketika suara tinggi seorang wanita menggelegar di seluruh butik. "Ini tidak bisa diterima! Kalian pikir aku bodoh?" Seluruh butik mendadak hening. Beberapa staf langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang wanita dengan pakaian mahal dan tas bermerek berdiri di depan kasir dengan ekspresi marah. Ia mengacungkan secarik struk belanja ke arah Shelby, yang berdiri di belakang meja kasir dengan ekspresi pura-pura terkejut. Nazharina merasa jantungnya berdebar saat menyadari siapa pelanggan itu. Nyonya Dee. Salah satu pelanggan VIP yang terkenal perfeksionis dan tidak segan-segan mengkritik jika ada sedikit saja kesalahan dalam pelayanannya. Shelby menoleh ke arah Nazharina dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. "Oh, Nyonya Dee, mungkin ada sedikit kesalahan. Tapi saya yakin bukan niat staf kami untuk membuat Anda merasa tidak nyaman," katanya manis. Nyonya Dee tidak terpengaruh. "Aku mau jawaban! Bagaimana bisa gaun yang ha

    Dernière mise à jour : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Bahaya di Balik Senyuman

    Shelby menunduk sedikit, bibirnya bergetar seolah sedang menahan rasa malu. “Saya... mungkin telah melakukan kesalahan saat memperbarui harga di sistem. Tetapi saya sama sekali tidak berniat buruk.”Pria yang tadi membela Nazharina tersenyum tipis. “Lucu sekali. Saat semua orang menuduh staf baru ini, kau langsung percaya diri menyalahkannya. Tapi sekarang, begitu terbukti bahwa hanya kau yang bisa mengubah harga, tiba-tiba ini jadi ‘kesalahan kecil’?”Shelby menoleh tajam ke arahnya. “Saya tidak bermaksud seperti itu!”“Tapi kau terdengar seperti itu.”Shelby menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Nyonya Dee dengan wajah memelas. “Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Ini hanya kesalahan teknis. Saya janji akan lebih berhati-hati ke depannya. Tolong jangan biarkan kesalahan ini mencoreng reputasi butik kami.”Nyonya Dee menatapnya lama.Suasana begitu tegang hingga Nazharina bisa mendengar suara napasnya sendiri.Saat itulah suara lain menyela.“Cukup.”Semua orang menoleh ke arah s

    Dernière mise à jour : 2025-04-03
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Dijaga Dalam Diam

    “Apa... apa yang kau lakukan?” Darren tersenyum miring. “Aku hanya ingin bersenang-senang, sayang. Masuklah.” Nazharina menggigil, tetapi dengan tangan gemetar, ia membuka pintu rumahnya. Begitu masuk, Darren menutup pintu dan menguncinya. Ia memandang sekeliling. “Tempat yang nyaman. Sepertinya cocok untuk sedikit... permainan.” Nazharina mundur perlahan. “Darren, tolong. Jangan lakukan ini.” Darren mendekat, jemarinya yang dingin menyentuh wajahnya. “Sayang sekali kalau wajah cantik ini harus rusak. Tapi aku suka meninggalkan kenangan.” Ia mencengkeram bahu Nazharina dan mendorongnya ke sofa. Pisau itu masih di tangannya, tetapi sekarang ia mulai menarik kasar pakaian Nazharina. Nazharina menjerit, meronta, tetapi Darren lebih kuat. “Kau tahu,” gumamnya sambil merobek kancing blus Nazharina, “Aku suka melihat ketakutan di mata wanita. Mereka selalu terlihat lebih hidup saat ketakutan.” Nazharina menangis. Ia memukul, menendang, tetapi setiap perlawanan hany

    Dernière mise à jour : 2025-05-06
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pergolakan Batin Arian

    "Kau beruntung," gumam Arian akhirnya. "Aku bisa saja membunuhmu di sini dan menghilangkan jejakmu tanpa ada yang tahu."Darren menahan napas, ngeri dengan ketenangan yang menyelimuti suara itu."Tapi aku tidak akan melakukannya," lanjut Arian. "Karena kau tidak sebanding dengan risikonya. Aku tidak akan mengotori tanganku untuk sampah sepertimu."Arian berjongkok, menyamakan tinggi mereka, lalu menepuk pipi Darren dengan ringan—hampir seperti seorang teman lama yang sedang berbincang."Tapi dengarkan aku baik-baik, Darren," katanya, suaranya lebih pelan, lebih dingin. "Jika kau berani muncul lagi dalam hidup Nazharina… jika kau bahkan mencoba mendekatinya satu langkah saja… aku akan menemukanmu."Darren merasakan bulu kuduknya berdiri."Aku akan menghancurkan hidupmu," lanjut Arian, tatapannya gelap dan tanpa belas kasihan. "Aku akan memastikan kau tidak bisa melarikan diri ke mana pun. Dan kalau itu belum cukup…" Ia menyeringai kecil, ekspresi yang le

    Dernière mise à jour : 2025-05-07
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Fitnah Menyakitkan

    Butik mewah itu tak pernah sepi dari perbincangan, terlebih jika ada sesuatu yang menarik untuk digunjingkan.Pagi ini, di sudut ruang staf, beberapa karyawan berkumpul dengan wajah penuh antusiasme. Bisikan mereka terdengar samar, namun sesekali diiringi tawa cekikikan."Aku melihatnya kemarin sore," ujar seorang wanita berambut sebahu, Nadya, dengan nada penuh arti. "Dia duduk berdua dengan pria itu di kafe dekat butik. Ngobrol intens setelah pulang kerja. Aku yakin, salah satu dari mereka akan diajak singgah ke rumah."Shelby, yang sedang merapikan kuku dengan ekspresi malas, menoleh dengan ketertarikan. "Dia? Maksudmu, si wajah polos itu? Nazharina?""Iya." Nadya mengangguk, matanya berbinar penuh gosip. "Yang lebih menarik, dia bahkan tak masuk kerja hari ini. Sakit, katanya. Tapi siapa yang percaya?"Seorang lagi, Emma, menimpali dengan suara dramatis, "Aku yakin dia tak bisa bangun dari tempat tidur."Tawa cekikikan pecah di antara mereka."

    Dernière mise à jour : 2025-05-08
  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Nestapa Nazharina

    “Tolong bujuk Nazharina untuk pulang sekarang juga. Kami akan memakamkan ibunya pagi ini,” ucapnya pilu. Alicia menoleh ke belakang, tepat di mana siswi yang dimaksud sedang mencoret-coret kertas ujian sambil merebahkan kepala di atas meja. “Ibunya meninggal?” tanyanya memastikan. Antara terkejut dan ikut berduka. “Iya, kecelakaan tadi pagi saat pergi ke pasar untuk bekerja menjual sayuran,” jawab pria itu. “Nazharina pasti akan sangat terkejut mendengar berita ini.” “Dia sudah tahu. Jenazah ibunya kami antar ke rumah, tepat sebelum ia berangkat ke sekolah pagi ini,” jawab pria itu dengan yakin. Alicia terkejut. “Dia tahu ibunya meninggal, tapi tetap pergi ke sekolah?!” suaranya nyaris terdengar seperti sebuah teriakan tertahan. “Kami sudah berusaha menahannya, tapi dia bilang hari ini ada ujian.” Alicia menggelengkan kepala. Tak mengerti akan jalan pikiran salah satu siswinya itu. “Tunggu sebentar. Aku akan menyuruhnya bersiap untuk pulang.” Sang guru masuk. Men

    Dernière mise à jour : 2025-04-03

Latest chapter

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Fitnah Menyakitkan

    Butik mewah itu tak pernah sepi dari perbincangan, terlebih jika ada sesuatu yang menarik untuk digunjingkan.Pagi ini, di sudut ruang staf, beberapa karyawan berkumpul dengan wajah penuh antusiasme. Bisikan mereka terdengar samar, namun sesekali diiringi tawa cekikikan."Aku melihatnya kemarin sore," ujar seorang wanita berambut sebahu, Nadya, dengan nada penuh arti. "Dia duduk berdua dengan pria itu di kafe dekat butik. Ngobrol intens setelah pulang kerja. Aku yakin, salah satu dari mereka akan diajak singgah ke rumah."Shelby, yang sedang merapikan kuku dengan ekspresi malas, menoleh dengan ketertarikan. "Dia? Maksudmu, si wajah polos itu? Nazharina?""Iya." Nadya mengangguk, matanya berbinar penuh gosip. "Yang lebih menarik, dia bahkan tak masuk kerja hari ini. Sakit, katanya. Tapi siapa yang percaya?"Seorang lagi, Emma, menimpali dengan suara dramatis, "Aku yakin dia tak bisa bangun dari tempat tidur."Tawa cekikikan pecah di antara mereka."

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pergolakan Batin Arian

    "Kau beruntung," gumam Arian akhirnya. "Aku bisa saja membunuhmu di sini dan menghilangkan jejakmu tanpa ada yang tahu."Darren menahan napas, ngeri dengan ketenangan yang menyelimuti suara itu."Tapi aku tidak akan melakukannya," lanjut Arian. "Karena kau tidak sebanding dengan risikonya. Aku tidak akan mengotori tanganku untuk sampah sepertimu."Arian berjongkok, menyamakan tinggi mereka, lalu menepuk pipi Darren dengan ringan—hampir seperti seorang teman lama yang sedang berbincang."Tapi dengarkan aku baik-baik, Darren," katanya, suaranya lebih pelan, lebih dingin. "Jika kau berani muncul lagi dalam hidup Nazharina… jika kau bahkan mencoba mendekatinya satu langkah saja… aku akan menemukanmu."Darren merasakan bulu kuduknya berdiri."Aku akan menghancurkan hidupmu," lanjut Arian, tatapannya gelap dan tanpa belas kasihan. "Aku akan memastikan kau tidak bisa melarikan diri ke mana pun. Dan kalau itu belum cukup…" Ia menyeringai kecil, ekspresi yang le

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Dijaga Dalam Diam

    “Apa... apa yang kau lakukan?” Darren tersenyum miring. “Aku hanya ingin bersenang-senang, sayang. Masuklah.” Nazharina menggigil, tetapi dengan tangan gemetar, ia membuka pintu rumahnya. Begitu masuk, Darren menutup pintu dan menguncinya. Ia memandang sekeliling. “Tempat yang nyaman. Sepertinya cocok untuk sedikit... permainan.” Nazharina mundur perlahan. “Darren, tolong. Jangan lakukan ini.” Darren mendekat, jemarinya yang dingin menyentuh wajahnya. “Sayang sekali kalau wajah cantik ini harus rusak. Tapi aku suka meninggalkan kenangan.” Ia mencengkeram bahu Nazharina dan mendorongnya ke sofa. Pisau itu masih di tangannya, tetapi sekarang ia mulai menarik kasar pakaian Nazharina. Nazharina menjerit, meronta, tetapi Darren lebih kuat. “Kau tahu,” gumamnya sambil merobek kancing blus Nazharina, “Aku suka melihat ketakutan di mata wanita. Mereka selalu terlihat lebih hidup saat ketakutan.” Nazharina menangis. Ia memukul, menendang, tetapi setiap perlawanan hany

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Bahaya di Balik Senyuman

    Shelby menunduk sedikit, bibirnya bergetar seolah sedang menahan rasa malu. “Saya... mungkin telah melakukan kesalahan saat memperbarui harga di sistem. Tetapi saya sama sekali tidak berniat buruk.”Pria yang tadi membela Nazharina tersenyum tipis. “Lucu sekali. Saat semua orang menuduh staf baru ini, kau langsung percaya diri menyalahkannya. Tapi sekarang, begitu terbukti bahwa hanya kau yang bisa mengubah harga, tiba-tiba ini jadi ‘kesalahan kecil’?”Shelby menoleh tajam ke arahnya. “Saya tidak bermaksud seperti itu!”“Tapi kau terdengar seperti itu.”Shelby menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Nyonya Dee dengan wajah memelas. “Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Ini hanya kesalahan teknis. Saya janji akan lebih berhati-hati ke depannya. Tolong jangan biarkan kesalahan ini mencoreng reputasi butik kami.”Nyonya Dee menatapnya lama.Suasana begitu tegang hingga Nazharina bisa mendengar suara napasnya sendiri.Saat itulah suara lain menyela.“Cukup.”Semua orang menoleh ke arah s

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Permainan Licik

    Nazharina sedang sibuk merapikan deretan gaun di rak ketika suara tinggi seorang wanita menggelegar di seluruh butik. "Ini tidak bisa diterima! Kalian pikir aku bodoh?" Seluruh butik mendadak hening. Beberapa staf langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang wanita dengan pakaian mahal dan tas bermerek berdiri di depan kasir dengan ekspresi marah. Ia mengacungkan secarik struk belanja ke arah Shelby, yang berdiri di belakang meja kasir dengan ekspresi pura-pura terkejut. Nazharina merasa jantungnya berdebar saat menyadari siapa pelanggan itu. Nyonya Dee. Salah satu pelanggan VIP yang terkenal perfeksionis dan tidak segan-segan mengkritik jika ada sedikit saja kesalahan dalam pelayanannya. Shelby menoleh ke arah Nazharina dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. "Oh, Nyonya Dee, mungkin ada sedikit kesalahan. Tapi saya yakin bukan niat staf kami untuk membuat Anda merasa tidak nyaman," katanya manis. Nyonya Dee tidak terpengaruh. "Aku mau jawaban! Bagaimana bisa gaun yang ha

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Pekerjaan Pertama

    Langit masih kelabu ketika Nazharina melangkah keluar dari rumahnya pagi itu. Udara dingin sempat menggigit kulitnya, tetapi ia tidak membiarkan keraguan merayap ke dalam hati. Hari ini, ia memulai sesuatu yang baru—tanpa embel-embel sebagai istri seseorang, tanpa bayang-bayang nama besar yang pernah menaunginya.Butik tempatnya bekerja terletak di pusat kota, di sebuah gedung megah dengan arsitektur modern yang dipenuhi kaca reflektif. Sebuah plakat elegan dengan huruf berwarna emas terpampang di atas pintu masuk, menyatakan nama butik yang selama ini hanya ia kenal dari majalah mode.Ia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk.Dari dalam, butik itu tampak lebih menawan. Lantainya berkilau, dipadukan dengan pencahayaan yang memancarkan kemewahan. Rak-rak pakaian tersusun rapi, menampilkan koleksi eksklusif dari berbagai desainer ternama. Tidak ada yang tampak biasa di tempat ini.“Nazharina, bukan?”Nazharina menoleh. Seorang wanita muda dengan seragam butik yang sama mendekatinya,

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Babak Baru di Rumah Lama

    Di depan rumah megah itu, Nazharina berdiri dengan koper di tangannya. Arian, seperti biasa, hanya menatapnya tanpa ekspresi.Siang hari ini matahari menyengat kulit, namun hati Nazharina seakan gelap kelabu. Ada mendung yang menciptakan awan hitam dalam jiwanya. Seakan ingin menjatuhkan hujan air mata, namun guruh di hati menahannya.Ia tak tahu apakah tangisan itu perlu?Haruskah ia bersedih saat ini?Bagaimana kalau ternyata mulai hari ini ia bisa mencoba hidup yang sesuai dengan kemauannya?“Terima kasih atas waktumu Arian. Akhirnya selesai juga. Bolehkah kita berjabat tangan karena mungkin tak akan ada lagi pertemuan setelah ini?” Nazharina menyodorkan tangan pada lelaki tampan namun beraura dingin di hadapannya.Sedetik... dua detik... hingga beberapa detik Arian tak menyambut uluran tangan itu, hanya menatap Nazharina dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.“Ternyata tak boleh,” gumam Nazharina pelan, seraya menggenggam kembali jemari tangan dan memilih untuk menggaruk uju

  • Terjebak Cinta dan Gairah Mantan Suami    Nestapa Nazharina

    “Tolong bujuk Nazharina untuk pulang sekarang juga. Kami akan memakamkan ibunya pagi ini,” ucapnya pilu. Alicia menoleh ke belakang, tepat di mana siswi yang dimaksud sedang mencoret-coret kertas ujian sambil merebahkan kepala di atas meja. “Ibunya meninggal?” tanyanya memastikan. Antara terkejut dan ikut berduka. “Iya, kecelakaan tadi pagi saat pergi ke pasar untuk bekerja menjual sayuran,” jawab pria itu. “Nazharina pasti akan sangat terkejut mendengar berita ini.” “Dia sudah tahu. Jenazah ibunya kami antar ke rumah, tepat sebelum ia berangkat ke sekolah pagi ini,” jawab pria itu dengan yakin. Alicia terkejut. “Dia tahu ibunya meninggal, tapi tetap pergi ke sekolah?!” suaranya nyaris terdengar seperti sebuah teriakan tertahan. “Kami sudah berusaha menahannya, tapi dia bilang hari ini ada ujian.” Alicia menggelengkan kepala. Tak mengerti akan jalan pikiran salah satu siswinya itu. “Tunggu sebentar. Aku akan menyuruhnya bersiap untuk pulang.” Sang guru masuk. Men

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status