Share

2. BERTEMU LELAKI KAYA RAYA

Clara melangkahkan kakinya keluar dari tempat kost. Menyeret koper yang berisi pakaian dan perlengkapannya. Dia berjalan dengan linglung. Tiada tujuan karena dia hidup sebatang kara di dunia ini. ibunya meninggal karena kecelakaan. Ayahnya menikah lagi dan dia tidak tahan tinggal bersama ibu tiri yang setiap hari menyiksanya, memanfaatkannya melakukan semua pekerjaan rumah. Sampai akhirnya ia memutuskan pergi dari rumah. Bekerja part time untuk membiayai kuliahnya sendiri. Lebih menyakitkan lagi karena ayahnya lebih memilih ibu tirinya dari pada anaknya sendiri.

Clara duduk di sebuah halte. Hidupnya sudah hancur. Dia tidak bisa meneruskan kuliahnya dengan kondisinya yang sedang hamil saat ini, tidak ingin semua teman-temannya tau akan aibnya. Menyesal tapi semua sudah terjadi. Bagaimanapun hidup harus tetap berjalan. Harus menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Bus berhenti di depan Clara. Dia menaiki bus dan pergi ke luar kota.

Sudah hampir satu bulan Clara berada di kota B. Sulit sekali mencari pekerjaan apalagi dia belum lulus kuliah. Uang tabungannya sudah hampir habis. Dan dia tidak tau lagi harus bagaimana.

Clara berjalan dengan pikiran kacau dan tanpa sadar dia menyeberang jalan begitu saja tanpa memperhatikan kiri kanan. Tiba-tiba sebuah mobil melaju dan menabrak Clara.

Bruukk! Clara jatuh tersungkur. Koper yang dia seret terpental. Sedetik kemudian semua terasa begitu gelap.

Clara membuka matanya perlahan. Dia memegang kepalanya yang terasa pusing. Pandangannya beredar ke seluruh ruangan. Dia kini berada di sebuah kamar rumah sakit. Terakhir kali dia tertabrak sebuah mobil dan kemudian dia tidak ingat apa-apa lagi.

Sorang laki-laki dengan setelan jas hitam terlihat memandang keluar jendela. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Badannya yang tinggi dan tegap terlihat sangat berwibawa meski yang terlihat hanya punggungnya.

Clara beringsut berusaha duduk bersandar di atas tempat tidurnya sehingga menimbulkan suara. Lelaki itu menoleh. Wajahnya tampan, garis muka dan rahangnya yang besar semakin membuat penampilannya penuh kharisma, serta tatapannya yang tajam dan dingin.

"Akhirnya kau bangun juga" katanya dengan menatap dingin Clara.

"Sebenarnya kau punya mata atau tidak? Menyeberang jalan seenaknya. Menyusahkan orang!" Lanjutnya dengan kilatan mata yang menahan amarah.

Clara tertunduk ketakutan melihat tatapan tajam laki-laki itu. Dia menyadari itu memang kesalahannya.

"Ma..maafkan saya tuan" Clara berkata lirih.masih terus menundukkan kepalanya.

"Tunggu di sini! Aku panggil dokter agar urusan kita segera selesai" Lelaki itu pergi meninggalkan Clara yang masih ketakutan.

Tidak lama dokter datang bersamanya. Dokter mendekati Clara. Memeriksa detak jantung dan tekanan darah Clara.

"Dia sudah tidak apa-apa tuan. Sudah diperbolehkan pulang. Syukurlah bayi yang dikandungnya baik-baik saja." Kata dokter sambil membereskan peralatan yang dibawanya. Lelaki itu terkejut mendengar perkataan dokter.

"Hamil??" Tanyanya

"Iya tuan. Apa anda belum tau istri anda ini sedang hamil? Lain kali jagalah dia dengan baik. Hamil muda masih terlalu rentan."

"Baiklah kalau begitu saya pergi dulu" dokter meninggalkan mereka berdua.

"Terimakasih dokter" jawab lelaki itu sedikit membungkukkan badannya. Sedetik kemudian dia kembali menatap Clara dengan tajam.

"Bangun! Aku akan mengantarmu pulang!"

Clara perlahan bangun dari tempat tidurnya. Sekuat tenaga berdiri dan menahan rasa sakit di badannya.

Mereka berdua masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Lelaki itu menyalakan mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah sakit.

"Dimana rumahmu?" Tanyanya pada Clara.

"Saya...saya...tidak punya rumah" jawab Clara perlahan dengan pandangan tertunduk. Lelaki itu menoleh geram.

"Lalu kemana aku harus mengantarmu?" bentaknya

"Antarkan saja saya ke tempat tadi" jawab Clara.

Mobil melaju ke tempat di mana Clara tertabrak. Sesampainya di sana Clara turun dari mobil.

"Tunggu! Ambil ini untuk mengobati lukamu sampai sembuh" lelaki itu menyodorkan amplop coklat.

"Terimakasih tuan. Dalam hal ini saya yang salah jadi tidak berhak menerima ini. Maaf sudah merepotkan" Clara menepiskan amplop itu kemudian membungkukkan badannya. Berjalan sedikit pincang dan meninggalkan laki-laki bernama Rama itu.

Mobil Rama melaju melewati Clara. Namun beberapa saat kemudian mobil itu kembali dan berhenti di samping Clara. Kaca mobil terbuka perlahan.

"Masuk!" Kata Rama tanpa menoleh pada Clara.

"Ada apa tuan? Saya..." Clara bingung.

"Cepat masuk!" Bentak Rama kemudian menatap Clara dengan matanya yang tajam. Sepertinya dia bukan laki-laki biasa. Tampangnya berkharisma dan penuh wibawa. Setiap perkataannya siapa yang berani menolak. Setiap perintahnya seperti hipnotis yang memaksa lawan bicaranya untuk tunduk.

Clara membuka pintu mobil dengan ragu. 'Dia pasti orang baik' bisiknya dalam hati mencoba menenangkan diri. Duduk di sebelah Rama sembari melirik dengan sedikit takut.

Rama melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sampailah mereka di sebuah rumah besar dan mewah bak istana. Seorang satpam membuka pintu gerbang yang begitu besar dan Kokoh.

"Selamat sore tuan!" Sapanya pada Rama.

Mobil memasuki halaman depan rumah yang begitu luas. Taman-taman membuat halaman itu terlihat sangat sejuk. Clara masih ternganga melihat pemandangan itu. Seumur hidup dia tidak pernah melihat rumah semewah itu.

"Selamat datang tuan" seorang wanita keluar rumah menyambut kedatangan Rama. Dia menoleh ke arah Clara dengan pandangan penasaran.

"Bi Imah, antarkan nona ini ke kamar tamu dan ambilkan dia makanan" Rama masuk ke dalam rumah dengan langkahnya yang tegap dan angkuh.

"Baik tuan! "

"Silahkan nona" Bi Imah mempersilahkan Clara masuk dan mengantarnya ke dalam sebuah kamar.

"Kalau mau membersihkan diri, di dalam ada kamar mandi lengkap dengan peralatannya. Nona bisa mandi dulu, saya akan kembali untuk ambilkan nona makanan" Mungkin Bi Imah melihat Clara yang terlihat lusuh dan kotor akibat terjatuh saat tertabrak mobil tadi sehingga mempersilahkan Clara untuk membersihkan diri.

"Terimakasih Bi" jawab Clara.

Clara masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Melihat sekeliling ruangan.

"Bahkan kamar yang aku tempati sebelumnya tidak ada yang seluas ini" gumamnya.

Dia segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status