Home / Romansa / Terjebak Dalam Cinta Buta / 4. NYONYA BESAR DATANG

Share

4. NYONYA BESAR DATANG

last update Last Updated: 2024-01-16 00:45:47

Keesokan harinya Clara terbangun karena ada yang mengetuk pintu. Sejenak Clara memandang ke tempat tidurnya, tidak ada yang berubah. Syukurlah berarti tidak terjadi apa-apa selama Clara tertidur.

"Nona Clara. Apakah nona sudah bangun?" Suara Bi Imah terdengar dari balik pintu.

"Iya bi..." Clara beringsut dari tempat tidurnya. Melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

"Sarapan nona Clara" Bi Imah masuk ke dalam kamar.

"Bibi kenapa repot-repot. Tunjukkan saja di mana dapurnya,aku akan ke sana untuk makan. Diantar seperti ini seperti nyonya besar saja"

"Nona tidak usah sungkan. Bibi sudah terbiasa melayani orang. Lagipula tuan Rama yang menyuruh agar makanan nona Clara diantar ke kamar"

"Apakah semua tamu diistimewakan seperti ini bi?" Tanya Clara.

"Tidak pernah ada tamu di rumah ini nona Clara. Paling-paling ibunya tuan Rama yang datang. Itu pun sangat jarang karena beliau tinggal di luar negeri. Menikah lagi dengan orang sana dan menetap di sana setelah 5 tahun kematian ayah tuan Rama.Tuan Rama tidak suka keramaian. Jadi rumah ini selalu sepi" jawab Bi Imah.

"Begitu rupanya. Lalu kenapa dia membawaku ke rumahnya?" Clara berbisik pelan, bertanya pada dirinya sendiri. Masih heran dengan sikap Rama.

"Kalau nona bosan nona bisa pergi ke taman belakang rumah. Nanti bibi tunjukkan jalannya."

"Baik bi" balas Clara.

Tiga bulan sudah Clara berada di rumah Rama. Rama terlalu sibuk dan pulang larut malam saat Clara sudah tertidur. Jadi mereka jarang sekali bertemu. Entah kenapa Rama menahan Clara di rumahnya. Tidak diperbolehkan keluar dari rumahnya yang megah. Semua keperluan Clara dipenuhi tanpa kekurangan suatu apapun. Tapi terlalu lama di rumah itu membuat Clara seperti terpenjara dalam sangkar emas.

Perut Clara semakin terlihat membuncit. Semua orang yang bekerja di rumah Rama sudah tau bahwa Clara sedang hamil.

Sore itu Clara berjalan menikmati suasana di taman belakang. Terlihat Bi Imah sedang memberi makan ikan koi di kolam yang cukup besar yang entah ada berapa ratus ikan koi yang besar dan indah di dalamnya. Clara menghampiri Bi Imah.

"Boleh aku bantu Bi?" Tanyanya pada Bi Imah.

"Silahkan nona" Bi Imah menyerahkan makanan ikan pada Clara.

"Bagaimana kondisi kandungan nona Clara? Apakah baik-baik saja?" Tanya Bi Imah.

"Iya Bi. Setiap bulan tuan Rama mengirim dokter datang kemari untuk memeriksa kandunganku" jawab Clara.

"Tidak menyangka tuan Rama akhirnya akan punya seorang putra" Bi Imah tersenyum memandang Clara. Clara tersenyum kecut. Ini bukan anaknya, bisik Clara dalam hati. Sampai saat ini Clara tidak tau kenapa Rama memperlakukan dia seperti itu. Orang lain akan menyangka bahwa Clara adalah istrinya. Hanya saja Rama tak pernah sekalipun menyentuh Clara.

Clara melamun menatap ikan-ikan di kolam. Tidak tau dia harus senang atau sedih saat ini. Dia tidak punya siapa-siapa. Ayahnya benar-benar sudah tidak peduli. Dia telah dibuang. Satria mencampakkannya saat dia berada di titik terendah dalam hidupnya. Teman yang dianggap saudara justru menjebaknya. Lengkap sudah penderitaannya. Kemudian tiba-tiba Rama datang seperti memungut seekor kucing lusuh yang tersesat di jalanan. Membawanya ke rumahnya, merawat dan mengurungnya dalam sangkar emas.

Rama tidak mungkin mencintai Clara. Sikapnya begitu angkuh dan dingin saat berada di depan Clara.

"Bi...Bi Imah..." Tiba-tiba terdengar suara perempuan memanggil Bi Imah. Bi Imah segera beranjak hendak menghampiri asal suara tersebut. Belum sempat Bi Imah melangkahkan kakinya, seorang wanita paruh baya menghampiri mereka. Dia terlihat begitu anggun dan elegan. Wajahnya masih cantik dengan dandanan sederhana namun berkelas. Wanita itu memandang Clara dengan heran.

"Selamat datang nyonya besar" Bi Imah sedikit membungkukkan badan memberi hormat. Clara melihat Bi Imah dan mengikuti gerakannya meski tak tau siapa orang yang ada di depannya.

"Ini siapa bi?" Tanya wanita yang dipanggil nyonya besar itu sambil terus memperhatikan Clara. Dia adalah ibu Rama, Nyonya Triana.

"Ini nona Clara, Nyonya. Istri tuan Rama. Dia sedang mengandung anaknya tuan Rama" jelas Bi Imah. Clara tercekat. Jantungnya berdegup kencang.

"Nyonya...saya..." Clara gugup.

"Kenapa Rama tidak pernah bilang kalau dia sudah menikah? Apalagi aku akan punya cucu. Dasar anak tidak tau diri." Alih-alih marah, Nyonya Triana justru menunjukkan rasa senang. Matanya bersinar dan dia tersenyum bahagia. Clara masih kebingungan. Nyonya Triana menghampiri Clara memeluknya kemudian mengelus perut Clara.

"Lihat saja aku akan buat perhitungan dengan suamimu. Bisa-bisanya hal besar begini tidak memberitahuku" wajahnya cemberut tapi masih meninggalkan senyum bahagia. Clara tidak tau harus mengatakan apa. Dirinya merasa bahwa selama ini dia dikendalikan oleh Rama. Tidak boleh berbuat atau berbicara sesuka hati. Apalagi hal yang menyangkut ibunya dia harus berhati-hati. Jangan sampai salah bicara atau dia akan mati.

"Nyonya besar baru saja sampai. Barangkali ingin beristirahat lebih dulu. Nanti kita bisa bicara lagi setelah tuan Rama pulang." Clara tersenyum. Sebisa mungkin dia berhati-hati menjaga ucapannya.

"Iya..iya...aku memang sedikit lelah. Aku akan beristirahat dulu. Oh ya, karena kamu adalah istrinya Rama, maka kamu tidak boleh memanggilku nyonya. Panggil aku ibu" kata nyonya Triana.

"Baik Nyonya...maaf, ii...ibu" Clara masih canggung.

"Biar saya antarkan Nyonya besar ke kamar." Bi Imah mengambil koper Nyonya Triana dan mengantarkan wanita itu ke dalam kamarnya. Clara menghembuskan napasnya yang seakan tertahan sejak tadi.

Apalagi ini? Kenapa bisa makin runyam begini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   16. RAMA MABUK

    Claudia keluar dari kamar kedua. Dia melihat Clara sedang menggendong Bintang di ruangan depan. Claudia tertegun sejenak. Apakah itu anaknya Rama yang dimaksud bi Imah? Rama benar-benar sudah memiliki anak dengan Clara. Claudia sama sekali tidak menyangka.Claudia berjalan menghampiri Clara."Bagaimana mungkin Rama bisa menikahi mu? Dia mungkin sedang mabuk." Claudia menatap Clara dengan sinis."Nona Claudia, kau melupakan teh mu. Aku meletakkannya di dapur. Mungkin sudah dingin." Kata Clara seolah tidak peduli dengan ucapan Claudia."Meski kau sudah menikah dengannya, tapi aku tidak yakin Rama mencintaimu. Pasti ada sesuatu yang Rama sembunyikan dariku."Clara tercekat. Memang ada sesuatu dibalik pernikahannya. Rama memang tidak mencintainya. Tapi Clara berpikir itu tidak ada hubungannya dengan Claudia. Claudia sudah putus dengan Rama. Jadi terserah dia mau berpikir seperti apa. Yang terpenting saat ini dia adalah nyonya di rumah itu. Istri sahnya Rama."Claudia, jika urusanmu sudah

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   15. CLARA CEMBURU

    "Jangan bercanda, Bi. Kapan Rama punya istri?""Bahkan Tuan Rama sudah memiliki seorang putra." lanjut bi Imah. Claudia semakin terbelalak. Namun sesaat kemudian dia tertawa."Bibi, ini tidak lucu! Hei, cepat buatkan aku minuman!" Claudia kembali menyuruh Clara."Biar aku yang buatkan, Nona." Sahut bi Imah."Aku ingin dia yang membuatkan untukku, Bi!" Claudia menunjuk Clara. "Sudah, Bi. Tidak apa-apa. Biar aku buatkan." Kata Clara saat bi Imah ingin menyela ucapan Claudia. Dia tidak ingin berdebat seperti waktu itu.Clara bergegas ke dapur diikuti oleh bi Imah."Nona Claudia itu terlalu angkuh. Bibi benar-benar tidak menyukainya." kata Bi Imah setelah mereka berada di dapur. Clara tersenyum mendengar keluhan bi Imah."Apa dia kekasih tuan Rama, Bi?" tanya Clara."Itu dulu, nona. Sebelumnya tuan Rama sudah bertunangan dengan nona Claudia."Clara tertarik dengan cerita bi Imah. "Lalu?" Dia mendengar bi imah dengan serius."Nona Claudia bersama laki-laki lain saat tuan Rama ada pekerja

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   14. KEDATANGAN CLAUDIA

    Terdengar keributan di ruangan depan. Clara keluar dari kamar untuk mengetahui apa yang terjadi. "Lepaskan aku. Beraninya kalian!" Seorang wanita muda tengah berusaha melepaskan diri dari pegawai satpam Rama."Anda tidak boleh masuk, Nona." kata Satpam terus menghalangi wanita itu."Nona Claudia...?" Bi Imah keluar dari dapur karena mendengar keributan."Dimana Rama?" tanya Claudia terus berusaha melepaskan diri.Rama yang sedang berada di ruang kerja keluar."Kenapa membuat keributan?!" suara baritonnya menggema ke seluruh ruangan, dingin dan tegas. Satpam yang semula menghalangi Claudia segera membungkukkan badan ke arah Rama."Maafkan kami, Tuan. Nona Claudia tiba-tiba memaksa masuk dan kami tidak bisa mencegahnya." terang satpam. "Kalian pergilah." kata Rama kepada satpam. Merekapun meninggalkan tempat itu."Awas saja kalian. Aku akan buat kalian dipecat!" Claudia melirik satpam dengan kesal.Rama berdiri tanpa sepatah kata. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali."Rama.

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   13. KEMARAHAN RAMA

    Dokter keluar dari ruang perawatan."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Clara segera menghampirinya."Air susu masuk ke paru-parunya. Sebelumnya dia kesulitan bernapas. Untunglah segera ditangani." kata dokter."Sekarang bagaimana, Dokter?" tanya Clara dengan cemas."Sudah tidak apa-apa. Tidak perlu menjalani rawat inap. Tapi Nona, lain kali berhati-hatilah saat memberikan susu. Bayi mudah tersedak karena sistem pencernaannya belum sempurna." Dokter menjelaskan.Akhirnya Clara bisa merasa lega. Dia menyandarkan tubuhnya yang lunglai pada dinding dan menghela napas " Syukurlah.""Terimakasih, Dokter." Rama sedikit membungkukkan badan. Dokter membalasnya dan kemudian pergi meninggalkan mereka."Dasar ceroboh!!" Rama masih menahan marah.Clara sudah pasrah. Terserah Rama mau berbuat apa padanya. Yang terpenting saat ini dia bisa bernapas lega.Mereka keluar dari rumah sakit dan menaiki mobil. Sebelum menjalankan mobilnya Rama menatap Clara tajam."Ku peringatkan kau, lain kali jangan

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   12. TERSEDAK

    "Apa ibu benar-benar mau pergi sekarang?" Rama masuk ke dalam kamar ibunya. Terlihat Nyonya triana sedang berkemas."Iya. Tuan Smith sudah meminta ibu segera kembali."Rama membuang muka acuh tak acuh. Nyonya Triana tersenyum menatap anaknya."Apa kamu masih ingin ditemani ibu seperti saat kamu masih berumur lima tahun?""Aku hanya tidak ingin ibu kenapa-napa. Jika ibu ada di dekatku, aku bisa menjaga dan melindungi ibu.""Rama, ibu bisa menjaga diri. Kamu tidak perlu khawatir.""Berhati-hatilah dengan tuan Smith." Rama mengingatkan ibunya."Kenapa kau selalu berpikiran buruk pada tuan Smith? Berhentilah membencinya, Rama.""Apa ibu begitu mencintainya?""Rama, kamu bukan anak kecil lagi. Bahkan sekarang kamu sudah berkeluarga. Seharusnya kamu tau apa itu tanggung jawab dalam keluarga. Baik suami maupun istri semuanya harus punya tanggung jawab." Nyonya Triana menggenggam tangan anaknya."Jika kamu ingin bertemu ibu, kamu bisa datang kapan saja. Ini bukan perpisahan selamanya." Lanjut

  • Terjebak Dalam Cinta Buta   Kata penulis

    Ini adalah novel Perdana saya. Berawal dari hobi menulis dan akhirnya mencoba untuk membuat novel di platform. Terimakasih kepada editor yang sudah memberi masukan dan sudah membantu saya. Saya masih butuh banyak belajar lagi. Mohon dukungannya untuk para pembaca yang Budiman. Jangan lupa untuk memberi masukan yang membangun untuk saya agar bisa berkarya lebih baik lagi. Kritik dan saran saya terima dengan senang hati. Saya berharap bisa menjadi penulis profesional seperti para senior-senior di sini. Terimakasih kepada para pembaca yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel saya. Novel ini hanya fiksi semata. Jika ada kesamaan nama tokoh ataupun kejadian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status