Share

Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan
Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan
Author: Safiiaa

Sebuah Foto

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2024-01-09 12:32:53

Sabrina berjalan dengan kaki yang masih sedikit gemetar. Sesekali ia melirik ke arah Elang untuk menghalau gelisah yang sedang menderanya. Tangan Sabrina memegang lengan kemeja polos yang melekat di badan laki-laki gagah di sebelahnya dengan erat.

"Itu dia! Usir saja dari kampung ini! Bikin malu saja," teriak sebuah suara yang membuat rasa gelisah dalam diri Sabrina kian meningkat.

Dahi Elang terlihat mengerut, tapi ia mencoba untuk tetap tenang agar Sabrina tak kembali dihampiri rasa cemas yang berlebihan.

"Jangan, Pak. Tolong jangan usir anak saya," teriak suara seorang perempuan. Pemilik suara itu langsung menghampiri Sabrina yang sedang berjalan menuju dirinya.

Perempuan paruh baya itu mengamati putrinya dengan seksama dari atas hingga bawah dengan tatapan khawatir. Ia harus memastikan bahwa anaknya tidak kenapa-kenapa.

"Rin, apa yang terjadi denganmu," teriak Bu Mila, pemilik suara itu.

"Sabrina ngga apa-apa, Bu." Sabrina menjawab sambil melirik laki-laki yang ada di sebelahnya. Ia harus memastikan bahwa Elang akan tutup mulut soal kejadian tadi.

Elang menyambut tatapan Sabrina. Ia seolah sedang berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

"Syukurlah, Nak," balas Bu Mila lega.

"Usir saja dari sini! Bikin malu aja!" teriak sebuah suara yang membuat Bu Mila makin ketakutan.

"Ada apa ini, Bu? Mengapa ramai sekali?" tanya Sabrina sambil memindai suasana sekitar dengan dua ekor matanya.

Bibir Bu Mila kelu hendak bertanya di depan umum. Sekilas matanya melirik laki-laki yang sedang berdiri di belakang Sabrina.

"Kawinin aja! Lalu usir dari sini! Kalau dibiarkan nanti berulah lagi!" Lagi, sebuah suara terdengar nyaring dan membuat Sabrina terusik.

"Ada apa ini, Bu?" sahut Sabrina tak sabaran.

Bu Mila mengabaikan sekitar. Ia menarik pergelangan tangan Sabrina untuk menuju ruang tamu di rumahnya.

"Tunggu sebentar, Bu," ujar Sabrina yang seketika menghentikan langkah ibunya.

"Mas Elang, makasih ya sudah antar aku," ujar Sabrina pada Elang.

"Iya. Saya balik dulu," jawab Elang sebelum berlalu meninggalkan kerumunan orang.

"Tunggu, jangan balik dulu! Sebaiknya ikut masuk ke dalam! Beri penjelasan di dalam sana!" teriak seseorang yang disambung dengan barisan beberapa warga untuk menghadang jalan agar Elang tidak pergi.

Elang tercengang. Kepalanya dipenuhi dengan tanda tanya yang ia sendiri tak paham dengan apa yang terjadi. Niatnya hanya datang untuk membantu Sabrina, lantas apa maksud mereka dengan memintanya masuk untuk memberi penjelasan.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Sabrina makin bingung. Ia menatap sekeliling, lalu matanya mendapati beberapa orang menatapnya dengan tatapan jijik. Sejak datang Sabrina tidak menyadari hal itu.

Pandangan Sabrina terarah pada Bu Mila. Tatapan penuh tanya pun terlontar untuk perempuan yang masih terisak itu.

"Katakan, Bu! Ada apa ini!" teriak Sabrina tak sabaran.

"Ada yang sebar fotomu sedang bersama laki-laki di sebuah bangunan tua. Pakaianmu terkoyak, lalu beberapa foto lagi kamu sedang berada dalam gendongan seorang pria," jawab Bu Mila terpaksa. Sebenarnya lidahnya kelu, tapi mendapati wajah penuh tanya sang putri membuatnya tak punya pilihan lain selain memberi jawaban langsung.

"Astaghfirullah," lirih Sabrina. Seluruh persendian dalam tubuhnya seakan kehilangan tenaga untuk menopang berat tubuhnya.

Tangan Sabrina menutup mulutnya tak percaya. Bibirnya terisak, dadanya berdebar hebat. Bayang-bayang kejadian tadi kembali berputar dalam kepalanya bak roll film yang sedang menyala.

"Rin, katakan pada Ibu, sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Katakan bahwa semua itu tidak benar!" lirih Bu Mila ragu. Melihat respon putrinya, seketika hatinya berdebar penuh rasa khawatir.

"Saya tidak melakukan apapun, Bu," ucap Elang membela diri.

"Halah, setelah menikmati tubuh Sabrina sekarang kamu bilang tidak melakukan apapun? Enak saja kamu!" teriak seseorang tanpa tedeng aling-aling.

"Benar, Pak. Saya tidak melakukan apapun!" sergah Elang cepat. "Ini salah paham!"

"Mana ada maling ngaku! Langsung kawinkan saja!" teriak sebuah suara lagi. "Dia anak gadis orang, jangan dibuat mainan!"

Elang membelalakkan matanya, niatnya hanya untuk menolong karena merasa kasihan tapi berujung petaka seperti ini.

Tak hanya Elang, Sabrina pun kaget dengan apa yang mereka teriakkan. Perlahan timbul rasa takut dalam dirinya jika ia dinikahkan dengan salah satu dari dua laki-laki yang mencelakainya di gedung tadi.

"Sudah-sudah. Jangan main hakim sendiri. Sebaiknya kita bicarakan di dalam rumah saja." Suara milik ketua RT menengahi pertikaian.

Ketua RT masuk ke dalam rumah Sabrina bersama Elang. Ia tak bisa diam saja mengenai hal ini. Minimal harus mendapatkan penjelasan dari kedua belah pihak.

Sabrina duduk termenung sambil menatap Elang dengan tatapan dalam. Ada sebuah rasa yang muncul saat pertama kali melihat laki-laki di depannya itu mulai menuntut untuk dimiliki dan Sabrina tak mau kehilangan kesempatan. Biarlah, laki-laki di depannya itu yang akan menanggung semua yang sudah terjadi padanya.

"Mbak Sabrina, ada foto yang beredar tentang Mbak Sabrina yang menurut kami kurang pantas. Beberapa foto lainnya juga Mbak Sabrina sedang berada dalam pose yang menurut saya kurang sopan jika dilakukan oleh orang yang hanya sekedar pacaran, apalagi belum menikah. Apa yang Mbak lakukan itu menurut kami sudah diluar batas."

Sabrina terisak. Rasa takut yang tadi menghampirinya ketika berada dalam posisi terdesak kembali memenuhi kepalanya.

"Nak, kamu kenapa?" ujar Bu Mila khawatir melihat respon putrinya.

"Kamu apakan anak saya!" hardik Bu Mila pada Elang. "Pasti kamu sudah mencelakai anak saya! Kamu menodainya!" teriak Bu Mila lantang. Ia berdiri sambil menunjuk Elang dengan jari telunjuknya.

Namun setelah berteriak, kepala Bu Mila mendadak berputar. Ia hilang kesadaran setelahnya.

"Mas, tolong ibu, Mas! Tolong!" teriak Sabrina histeris. Ia mendekap badan ibunya yang limbung di lantai.

Elang yang sigap segera membawa tubuh lemah Bu Mila ke dalam mobilnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Tamat

    Bab 70Hari-hari baru telah dilalui oleh Sabrina dan Elang di rumahnya yang sebelumnya ia tempati. Kehidupan baru dengan status baru, yaitu sebagai satu-satunya istri dari Elang Hastanta.Pernikahan mereka baru saja di sahkan setelah satu bulan kepergian Kayla. Hal itu membuat Sabrina merasa lega sebab statusnya telah sah dimata hukum. "Terima kasih atas hadiah ini, Mas," ucap Sabrina setelah kembali ke rumah. Buku nikah telah ia dapatkan ditangan. Ia bukan lagi menjadi wanita simpanan, melainkan sebagai satu-satunya istri sah yang dimiliki Elang.Bibir Elang mengulum senyuman. Ia mengusap pipi Sabrina menggunakan ibu jarinya dengan halus dan lembut."Sama-sama, Sayang. Tidak ada lagi alasan untukku tidak menjadikanmu sebagai satu-satunya istri sah. Mas janji akan selalu menjaga diri agar tidak lagi melakukan kecerobohan yang menyebabkan hidup Mas jadi berantakan seperti kemarin. Mas juga janji akan membahagiakan kamu dan anak kita nanti," ucap Elang sambil mengusap perut Sabrina yan

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Penyesalan

    Bab 69Elang menuntun Sabrina berjalan di jalan setapak di antara makam yang berjajar. Dadanya kebak akan rasa haru atas apa yang sudah terjadi. "Hati-hati, Sayang," ujar Elang saat Sabrina berusaha menghindari makam yang ada di samping jalanan.Tangan Sabrina menggenggam erat lengan Elang yang ada di sampingnya. Kondisinya yang baru saja pulih membuat badannya masih terasa lemas dan sesekali harus menyandarkan badannya agar tidak roboh. Seharusnya Sabrina banyak beristirahat, tapi rasa bersalahnya tak lagi dapat menahan langkah kakinya untuk berjumpa dengan Kayla sekalipun sudah berbeda alam."Ini makamnya," ucap Elang seraya menunjuk satu makam yang masih tinggi gundukannya. Kembang setaman yang ditaburkan kemarin masih banyak berjajar di atas makam itu. Bahkan aromanya sesekali masih terhirup oleh hidung Sabrina juga Elang.Sabrina menatap makam itu dengan hawa panas yang mulai merambat ke sekujur tubuhnya. Kepergian Kayla setelah apa yang dilakukannya pada Sabrina membuat Sabrina

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Kehilanganmu

    Bab 68Elang berjalan dengan langkah tergesa menuju ruang ICU, tempat di mana Kayla sedang dirawat. Matanya hanya fokus pada jalanan di depannya agar bisa lekas sampai di ruangan tersebut. Pikirannya sudah lebih tenang sebab Sabrina sudah ditemukan.Beberapa kali ponselnya berdering dari sang mama, bertanya di mana posisinya sekarang. Dan itu membuat Elang makin cemas dengan kondisi Kayla.Biasanya, Bu Laras dan Pak Rahardjo cukup bisa diandalkan dalam hal apapun. Tapi dering ponsel yang terus berbunyi itu membuat Elang merasa bahwa orang tuanya tak bisa mengatasi keadaan itu dan mengharuskannya berada di sisi Kayla secara langsung.Elang pun makin mempercepat langkahnya."El," sapa Bu Laras kala matanya melihat Elang mendekatinya. Tangannya terangkat untuk memeluk sang putra. Ketika berada dalam rengkuhan putranya, air mata Bu Laras tumpah seketika."Kayla, El. Kondisinya mengkhawatirkan," ucap Bu Laras dalam isakan. Ia begitu cemas melihat busa yang keluar dari mulut Kayla secara la

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Pergi Dari Sini!

    Bab 67"Mas tolong aku," racau Sabrina lagi. Matanya memandang sang suami dengan tatapan mengiba. Bayangan laki-laki semalam yang memaksanya masuk ke dalam mobil kembali terbayang dalam ingatan. Wajah mengerikan lelaki itu, membuat Sabrina terus meracau karena rasa takut.Elang makin merasa bersalah melihat Sabrina yang tampak trauma. Ia menggenggam erat tangan Sabrina untuk menyalurkan rasa tenang dan nyaman. "Tenanglah, ada Mas di sini." Elang mengusap punggung tangan Sabrina dengan ibu jarinya. Elang mendekatkan wajahnya ke dahi Sabrina, lalu menciumnya dengan penuh kelembutan. Ia cemas bercampur lega bisa melihat Sabrina ada di dekatnya. Meskipun kondisinya mengkhawatirkan tapi Elang merasa bahagia bisa berjumpa kembali dengan istri yang sudah lama meninggalkan dirinya tanpa pamit.Sabrina mengerjapkan matanya. Ia menatap Elang beberapa saat, kemudian menghentakkan tangan Elang yang sejak tadi menggenggam tangannya."Pergi kamu, Mas! Pergi dari sini! Aku benci kamu!" desis Sabr

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Aku Takut, Mas!

    Bab 66Ponsel Elang terus berdering selama perjalanan. Ia tak peduli, kabar yang baru saja ia terima membuat Elang harus segera sampa di lokasi.Sementara di ujung panggilan, Kayla sedang menangis. Ia tak terima jika Elang pergi meninggalkannya walau hanya sebentar. Rasa takut kehilangannya sudah mengakar dalam hati dan semakin membuatnya nekat melakukan hal apapun agar sang suami mau kembali. Akan tetapi, sikap abai milik Elang itu malah membuat Kayla tak bisa menunggu. Kayla bangkit dari tidurnya. Ia memaksa tubuhnya yang lemah itu untuk berjalan menuju balkon kamarnya. Pikiran dan hati Kayla sudah buntu. Wanita itu sudah gelap mata dan pikiran."Aku tidak rela jika kamu kembali pada perempuan itu, Mas. Kamu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh wanita lain selain aku. Jika kamu berbagi, maka biarkan anak ini kubawa pergi." Kayla berjalan dengan tertatih menuju pintu kaca yang menampakkan sinar bulan purnama. Sayangnya keindahan bulan purnama itu tidak membuat Kayla merasa ka

  • Terjebak Dalam Pesona CEO Tampan    Rindu Yang Menggebu

    Bab 65Kayla sedang membaca pesan dari seseorang saat pintu kamarnya terbuka. Ia merasa lega karena misinya berhasil, sekalipun itu harus mengorbankan kesehatannya demi janin yang ia kandung. Usahanya berhasil untuk membuat Elang bertahan di sisinya untuk sementara ini. Bayi itu harus selamat jika Kayla ingin dirinya kembali menjadi ratu dalam pernikahannya. Ponsel yang dipegang Kayla segera diletakkannya begitu Elang sudah ada di bibir ranjang tempatnya berbaring. Ia tak mau sang suami melihatnyaa berbalas pesan dengan orang lain, terlebih itu adalah seorang laki-laki. "Sayang, makan dulu ya?" ucap Elang sambil membawa senampan makanan untuk Kayla. Nampan itu ia letakkan di nakas sebelum menyiapkan meja di atas tempat tidur Kayla.Sejak keluar dari rumah sakit, Kayla tidak pernah keluar dari kamar. Ia lebih banyak bedrest karena kondisinya yang lemah. sesekali mertuanya datang menjenguknya ke dalam kamar, untuk sekedar berbincang atau menanyakan keadaan Kayla hari itu."Hemm wangi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status