Share

7. Gaun hitam dan dosa

Author: QueenShe
last update Last Updated: 2025-07-18 12:15:58
Riri berjalan cepat, tumit stilettonya menjejak lantai marmer. Di balik pintu toilet hotel yang sepi, ia menopang kedua tangannya di atas wastafel. Ia menatap bayangannya di cermin. Hatinya bergejolak. Detik demi detik berlalu. Tapi tiba-tiba, sepasang tangan melingkar dari belakang, menariknya lembut.

"Damian?" bisik Riri tercekat. Tubuhnya diputar, dan di sanalah pria itu berdiri, menariknya masuk ke salah satu bilik. Matanya gelap. Penuh kerinduan dan hasrat.

“Kamu terlihat luar biasa malam ini,” gumam Damian. “Aku nyaris gila menahan diri untuk tidak menyentuhmu sejak kamu masuk ballroom.”

Tanpa aba-aba Damian langsung mencium kasar bibir Riri. Kerinduan Riri pada sentuhan Damian membawanya membalas ciuman itu lebih dalam. Keduanya saling menghisap, melumat, bertukar saliva tanpa peduli mereka berada di ruang sempit.

Tangan Damian mengusap turun naik punggung Riri yang tak tertutup benang, sebelah tangannya meremas dada Riri dengan sedikit kasar, membuat Riri melenguh.

"Damian
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Kenapa harus kamu

    ​Bukan hanya Pevita. ​Di sebelahnya, duduklah seorang remaja laki-laki, wajahnya mirip dengan Pevita, juga diikat. ​Dua dari lima kurir itu adalah Pevita, dan adik laki-lakinya. ​Aldrich memejamkan mata, kepalanya berputar. Bau debu, beton, dan kengerian menyelimutinya. ​Pevita. Tiga hari dia di Bali. Dia bilang mengurus adiknya. ​"Noble," bisik Aldrich, suaranya hampir tidak terdengar, namun sangat mematikan. "Jelaskan. Sekarang!" ​Noble, yang berdiri di belakang Aldrich, segera melihat dan terkejut. "Saya... saya tidak tahu, Tuan! Mereka tertangkap di lapangan. Mereka kurir. Tidak ada yang tahu identitas mereka selain kode. Tapi wanita itu... dia salah satu dari tiga kurir perempuan!" ​Aldrich mendekati Pevita. Gadis itu mendongak, matanya yang biasa polos kini dipenuhi rasa takut yang teramat sangat, bercampur dengan pengkhianatan dan keputusasaan. ​"Pevita," desis Aldrich, memanggil namanya dengan suara yang menyakitkan. "Apa yang kamu lakukan di sini?!" ​Pevita tidak bi

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Menyelundup

    Aldrich menatap Pevita, senyum kecil di wajahnya perlahan memudar. "Saya hanya mau memberitahu, besok saya pulang ke Bali. Harus ada yang di urus," kata Pevita, sedikit ragu. Dia terdiam, merasa tak nyaman dengan tatapan Aldrich yang tak bisa dibacanya. "Saya kasih tahu ini karena untuk jaga-jaga seumpama Tuan perlu lagi untuk pura-pura kencan. Dan saya gak ada di sini." Aldrich terdiam sebentar. Memproses informasi itu. Kepergian Olivia dan Pevita, berbarengan. "Tak perlu khawatir," jawab Aldrich, nadanya kembali tenang dan profesional, memasang kembali topengnya. "Besok Olivia akan pulang ke Swiss. Jadi sandiwara kita sudah selesai sampai sini. Tak akan ada lagi," katanya, berusaha terdengar lega. Entah kenapa, jawaban Aldrich yang terlalu tenang itu justru membuat Pevita sedikit tak nyaman. Sandiwara itu mungkin berakhir, tetapi ikatan emosional yang tercipta di antara ciuman dan tawa konyol tidak. Pevita mengangguk lemah, menerima keputusan itu, dan undur diri ke kamar tamu.

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Kencan Palsu

    Aldrich kembali ke mansion pada sore hari, berpura-pura lelah dari urusan kantor. Dia segera menuju ruang keluarga. Dia tahu, dia harus segera memulai sandiwara yang meyakinkan jika ingin Olivia menghentikan penyelidikan diam-diamnya mengenai hubungannya bersama Olivia. Dia menemukan Olivia sedang duduk di kursi santai dekat taman samping mansion, mengawasi Ariel yang bermain dengan kucing keluarga. Suasana tampak damai, tetapi Aldrich merasakan ketegangan yang tersembunyi. Aldrich menghampirinya. "Liv." Olivia mendongak, tersenyum kecil. "Baru pulang, Al? Kenapa kamu tidak langsung mandi? Bau kantor menempel." "Aku baru bicara sebentar dengan Bu Lasmi," kata Aldrich. Dia kemudian memanggil salah satu pelayan. Olivia mengangkat alisnya, tertarik. "Urusan mendesak, ya?" "Hanya urusan pribadi," jawab Aldrich berusaha tidak mencurigakan. Tak lama kemudian, Pevita muncul dengan mengenakan dress kasual yang modis, hasil belanja pagi itu, dan rambutnya diikat longgar. Namun, wajahny

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Menghancurkan Bisnis Gelap

    Dua hari setelah insiden pengakuan Pevita, Aldrich meninggalkan kemewahan mansion dan sandiwara romantis yang ia ciptakan. Ia menuju sebuah gudang industri tua di kawasan pinggiran Jakarta, salah satu markas logistik Candra yang kini dikuasai Noble. Tempat ini, jauh dari kilau Recon Group dan intrik keluarga, adalah tempat di mana Aldrich Wira kembali menjadi bayangan Rayzen. Di dalam gudang yang luas, hanya ada sedikit cahaya remang-remang. Udara dipenuhi aroma debu dan karat. Beberapa anak buah Noble berjaga di sudut, tetapi suasana kini jauh lebih tenang daripada masa Candra berkuasa. Noble, pria bertubuh besar dengan bekas luka di pelipisnya, berdiri di depan meja kayu usang. Di sampingnya, tumpukan berkas ditata rapi semua laporan yang diminta Aldrich. "Selamat datang, Tuan Aldrich," sapa Noble, suaranya dalam dan penuh penghormatan. Aldrich mengenakan kemeja gelap dan celana bahan, penampilannya jauh lebih santai, tetapi sorot matanya tajam dan tanpa emosi. "Langsung ke int

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Kekasih pura-pura

    Melihat keterkejutan di wajah Olivia, Aldrich semakin menguatkan perannya. Ini adalah pelarian terbaik, meskipun paling impulsif, yang pernah ia lakukan. "Ya, kekasihku," ulang Aldrich, nadanya tegas, tangannya menekan bahu Pevita. "Kenapa, Liv? Ada masalah dengan itu?" Pevita, yang terperangkap dalam pelukan Aldrich, hanya bisa gemetar. Dia merasakan tatapan tajam Olivia yang menyelimuti dirinya, berusaha mencari celah atau kebohongan. Dia takut, sangat takut, tetapi dia juga memahami dari genggaman Aldrich bahwa dia harus memainkan peran ini. Ini bukan lagi soal move on dari Rayzen; ini adalah pengumuman kepemilikan. Olivia tersenyum canggung, berusaha menutupi keterkejutannya. "Tentu saja tidak, Al. Hanya saja... aku tidak menyangka kamu akan merahasiakannya begitu rapat. Aku bahkan tidak pernah melihat Pevita di ruang makan." "Pevita bekerja di sini," jawab Aldrich dingin. "Kami lebih memilih menjaga hubungan kami dari sorotan. Dia adalah pekerja keras, dan dia membuatku bahag

  • Terjebak Dendam dan Gairah   S3 - Dia kekasihku

    Aldrich duduk di kursinya, mencoba membenamkan diri dalam laporan merger dan akuisisi yang disiapkan Damian. Namun, konsentrasinya nihil. Matanya terus melirik ke luar jendela, pikirannya kembali ke kamarnya, ke ciuman yang dipaksakan. Tangannya terus menyentuh bibirnya, rasa whiskey dan sentuhan lembut bibir Pevita bercampur menjadi sensasi yang tak terhindarkan. Wajah Pevita terus membayangi dengan wajahnya yang panik, mata memohon, dan kemudian, penerimaan yang mengejutkan. Yang paling mengganggunya adalah tangannya terasa masih meremas dada Pevita, mengingat betapa lembut dan rapuhnya tubuh gadis itu di bawah cengkeramannya. Rasa bersalahnya sangat besar, tetapi bercampur dengan gelora hasrat yang sama sekali tidak ia harapkan. Di hadapannya, Arkana dan Damian heran melihat Aldrich yang sangat tidak fokus. "Al, kamu dengar aku?" tanya Arkana, nadanya sedikit kesal. "Aku bilang, jaringan logistics Adiwangsa Balian adalah kunci untuk membersihkan semua aset properti. Kita harus t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status