Home / Rumah Tangga / Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam / Bab 2. Sikap yang Semakin Kejam

Share

Bab 2. Sikap yang Semakin Kejam

Author: Pwati
last update Last Updated: 2023-08-01 15:13:24

Aara berjalan lunglai melewati lorong sepi mansion milik Zayden.

Air matanya berderai deras, hatinya terasa begitu hancur. Dia tidak menyangka, jika mimpi buruk ini akan benar-benar terjadi dalam hidupnya.

Dia tidak tahu apa kesalahannya, kenapa Tuhan terus menghukumnya dengan begitu berat.

Satu tangannya tampak menempel pada dinding yang dia lewati, karena semua ini. Rasanya dia tidak sanggup lagi untuk berdiri.

Kakinya begitu lemas, tangannya begitu kaku. Air matanya bagaikan air sungai yang terus mengalir tanpa mau berhenti.

Aara berjongkok, dengan kedua tangannya dia menutupi wajahnya yang sudah begitu basah.

Seketika, suara tangisnya pun terdengar. Dia tidak tahu lagi, apa yang harus dia lakukan.

Pernikahan yang mulanya dia pikir akan merubah hidupnya ke arah yang lebih baik, justru tidak terjadi.

Hidupnya malah lebih hancur dari sebelumnya. Sekarang, dia merasa seperti berada di neraka lain dalam hidupnya, neraka yang akan membakar seluruh hati dan tubuhnya hingga tak bersisa lagi.

“Hiks, apa salahku sebenarnya. Kenapa semua ini terjadi padaku. Hiks, ibu.”

Suara tangis Aara begitu kencang, memenuhi lorong sepi dan dingin itu. Dia memeluk erat dirinya sendiri, sekarang. Dalam situasi ini, dia tidak tahu harus bersandar pada siapa. Dia hanya seorang diri, tidak ada siapa pun, hanya sendirian. Menerima rasa sakit dari kesalahan yang tidak pernah dia ketahui.

Sementara itu di sisi lain. Zayden tampak duduk di ruang kerjanya dengan santai, di depannya sudah ada Sam yang berdiri dan menjadi teman bicaranya saat ini.

“Tuan, apa Anda sudah merasa puas sekarang? Anda sudah mendapatkan apa yang Anda inginkan, saya yakin perasaan Anda pasti sudah tenang, bukan?”

Zayden melirik tajam pada Sam, mengartikan bahwa apa yang Sam katakan itu tidaklah benar.

“Kau pikir hanya dengan itu, bisa membuatku puas?” Zayden lalu menggeleng. “Kau salah, ini baru permulaan. Amarahku masih belum tersalurkan, wanita itu sudah membuat air mata mamaku jatuh. Karena itu, dia harus menerima balasan yang lebih dari ini. Karena itulah aku menikahinya, agar aku bisa membuat hidup wanita itu bagai di neraka!” lanjutnya.

“Tapi Tuan, sampai kapan Anda akan melakukan pernikahan ini?”

“Sampai aku puas melihat wanita itu menderita, walaupun aku tidak menjamin bahwa aku akan merasa puas.”

“Apa Anda akan mengorbankan kehidupan Anda? Bagaimana Anda bisa terus hidup bersamanya. Apakah Anda akan bisa bahagia?”

“Memangnya siapa bilang aku menikah untuk hidup bahagia?”

“Ya?”

“Seperti yang kau tahu Sam, wanita itu adalah selingkuhan dari papaku. Itu artinya, tidak akan ada kebahagiaan di pernikahan ini.”

“Lalu, bagaimana dengan nyonya besar. Bagaimana jika beliau mengetahuinya?”

“Dia tidak akan tahu jika tidak ada yang memberitahunya. Karena itu Sam, kau harus menutup mulutmu rapat-rapat. Karena jika mamaku atau orang lain tahu masalah ini, kaulah orang pertama yang aku salahkan.”

“Baik Tuan,” jawab Sam patuh.

Dimana jawabannya itu berhasil membuat Zayden puas. Dan membuat ekspresinya langsung berubah mengerikan.

“Aku akan pergi ke kamarku sekarang,” ujarnya kemudian seraya menunjukkan smirknya. Seakan dia siap untuk melakukan sesuatu pada mainan barunya itu.

Sam pun membungkuk, lalu melihat kepergian tuannya itu yang kembali menunjukkan tatapan bengisnya.

Dia berjalan santai menuju kamarnya yang memang memiliki jarak tidak terlalu jauh dari ruang kerjanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari saat ini. Sudah cukup terlambat bagi orang yang akan beristirahat dari waktu lelahnya.

Namun bagi Zayden, di waktu ini pun juga adalah waktu yang bagus untuk melihat air mata dari wanita itu.

Dia memberhentikan langkahnya tepat di depan kamarnya, tanpa ragu tangannya itu lalu membuka pintu di depannya.

Dia pun masuk, arah pandangnya langsung tertuju pada sosok wanita yang baru saja dinikahinya itu.

Wanita itu berdiri di pojok kamar, dengan ekspresi ketakutan yang menghiasi wajahnya.

Bukannya merasa iba, Zayden yang melihat itu justru merasa puas. Dia bahkan ingin melihat lebih lagi, agar kepuasan di dalam hatinya ini semakin dia rasakan.

Seraya menunjukkan tatapannya yang tajam, Zayden melangkah mendekat pada posisi Aara berada saat ini.

Melihat itu, tentu saja Aara refleks melangkah mundur.

Tubuhnya bergetar, terlebih ekspresi Zayden saat ini begitu mengerikan di matanya.

Langkah Zayden berhenti tepat di depan Aara, dia menundukkan wajahnya. Menatap Aara dalam jarak yang begitu dekat.

Dimana apa yang dia lakukan itu berhasil membuat perasaan takut yang memang sudah Aara rasakan semakin besar.

Aara mengalihkan wajahnya, berusaha untuk menghindari tatapan Zayden yang begitu mengintimidasi.

“Aku tidak menyangka, bahkan setelah apa yang terjadi. Kau masih berani datang kemari dan melihatku,” ujarnya dingin. “Apa kau sama sekali tidak takut padaku? Atau, nyalimu yang terlalu besar?” lanjutnya.

Glek!

Aara menelan salivanya dengan begitu susah payah. Dia mengepalkan tangannya, berusaha untuk menguatkan mentalnya.

“I-itu, itu karena kita sudah menikah,” jawabnya.

Zayden menunjukkan ekspresi tidak percayanya, jika setelah apa yang dilakukannya tadi. Wanita di depannya ini justru masih berani berbicara seperti itu. Bukankah, dia wanita yang sama yang mengatakan akan membatalkan pernikahan ini.

“Benarkah, apa itu artinya kau berpikir untuk tidur di ranjang yang sama denganku?”

Aara terdiam, dia hanya terus mengepalkan tangannya dengan begitu erat.

“Kau masih berpikir untuk melakukan malam pertama denganku? Apa kau sangat haus dengan belaian seorang pria?”

Zayden lalu menyondongkan tubuhnya pada Aara, sedangkan Aara yang menyadari itu langsung menggerakkan wajahnya ke belakang, mencoba menghindari Zayden.

Namun, usahanya itu tidak berlangsung lama. Karena Zayden sudah berhasil mengurungnya. Dan membuat Aara semakin ketakutan.

Dia menutup matanya, jaraknya dan Zayden sangat dekat. Dia bahkan bisa merasakan hangat nafas Zayden yang mengenai sisi lehernya.

Dengan smirk yang dia tunjukkan, Zayden mendekatkan bibirnya itu pada telinga Aara.

“Kau pikir aku akan sudi?” bisiknya kemudian.

Brugh!

Aara tersentak, ketika mendapat dorongan kasar dari Zayden, hingga membuatnya jatuh tersungkur dan refleks mengeluarkan ringisan sakit.

“Tidur di lantai, karena tempat itu lebih cocok untukmu! Jangan berpikir untuk menyentuh sofaku, dengan tubuh kotormu itu!”ujarnya kasar.

Zayden lalu berbalik, naik ke atas ranjangnya.

Dia berbaring, menarik selimut hangatnya dan mulai memejamkan matanya.

Sementara Aara, dia berbaring di lantai tepat di bawah ranjang king size milik Zayden.

Dia meringkuk, dengan posisi tidurnya yang miring. Tanpa benda apa pun yang akan melindungi tubuhnya dari dinginnya malam.

Air matanya menetes. Kehidupan ini memang benar-benar kejam padanya.

Bahkan ayahnya sendiri tega menukarnya dengan jaminan hutang, tanpa berpikir jika putrinya akan hidup menderita akibat dari ulah yang diperbuatnya. Penyesalan ayahnya itu tidak berguna, karena pada akhirnya. Dia tetap akan hidup terpenjara di sini.

‘Aku lelah, rasanya aku ingin menutup mataku dan tidak ingin bangun lagi. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan ibu yang masih membutuhkanku. Demi ibu, aku harus kuat. Dan menghadapi rintangan apa pun yang menghalangiku. Karena aku yakin, suatu hari nanti kami bisa bersama lagi,’ batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
kuatnya wanita ketika harus bisa melewati Tantangannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 186. Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan (The End)

    Aara sudah berada di ruang perawatan VVIP sekarang. Di sana juga sudah ada Zayden, Alya dan Zion yang menemaninya. Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Aara membuka matanya. Dan sekarang dia tengah memakan makanan yang disiapkan rumah sakit untuknya.Tampak Zayden dengan telatennya menyuapi makanan itu pada Aara. Walaupun Aara terus menolaknya, namun Zayden tetap memaksanya untuk memakan makanan itu.Aara terus menolak karena makanan rumah sakit itu tidak enak menurutnya. Rasanya hambar dan membuatnya mual.“Sayang sudah cukup, aku tidak mau makan lagi,” ucap Aara.“Sedikit lagi, lihat. Sebentar lagi makanannya habis. Ayo paksakan sedikit lagi ya,” jawab Zayden.Dengan bibir cemberutnya, Aara pun membuka mulutnya dan memakan yang terus Zayden sodorkan ke bibirnya itu.“Kamu memang anak yang baik,” puji Zayden.“Besok kita sudah bisa pulang, kan?“ tanya Aara.“Iya sayang, sekarang kau perlu dirawat dulu karena kelelahan.”“Apa putra dan putri kita baik-baik saja? Aku belum melihat

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 185. Melahirkan dengan Selamat

    Ketika sampai di rumah sakit, Zayden langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang persalinan. Hingga sampai di ruang persalinan itu, mereka melihat Alya dan juga Zion yang sudah berada di sana dengan raut gelisah yang terlihat jelas di wajah mereka. “Mama, Papa,” panggilnya.Sontak, Alya dan juga Zion langsung melihat ke asal suara. “Zay,” jawab Alya.Tampak Zayden terus berlari menghampiri Alya dengan keringat yang sudah bercucuran di keningnya. “Bagaimana hah hah keadaannya, Ma? Apa hah bayinya sudah lahir?” tanyanya dengan nafasnya yang terengah-engah.“Belum sayang, dari tadi Aara terus memanggil-manggil kamu. Tapi kamu masih belum datang. Masuklah, dia membutuhkanmu,” ujar Alya.Zayden pun mengangguk, dia berjalan ke arah pintu ruang persalinan. Glek! Zayden menelan salivanya, tidak bisa dia ungkiri saat ini dia merasa gugup dan juga takut. Menemani istrinya melahirkan adalah suatu impiannya. Tapi, saat hari

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 184. Detik-detik Melahirkan

    Sejak Aara memaafkan Zayden dan melupakan semua perbuatan yang telah Zayden lakukan padanya, kehidupan mereka berubah. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi perasaan tertekan. Mereka seperti mendapatkan kehidupan baru dan memulai semuanya dari awal.Zayden semakin memperhatikan Aara, begitu pun dengan Alya dan Zion. Mereka juga sangat menyayangi Aara layaknya putri mereka sendiri, saat ini mereka semua sangat menantikan lahirnya penerus keluarga Tan yang tak lain adalah Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan, yang tak lama lagi akan segera hadir ke dunia ini.Waktu terus berjalan, kebahagiaan demi kebahagiaan terus Aara dan keluarga Tan rasakan. Seperti semuanya berjalan dengan lancarnya tanpa hambatan apa pun. Sepertinya saat ini Tuhan sedang berbaik hati kepada mereka, setelah banyak cobaan dan ujian yang diberikannya, akhirnya semua itu bisa mereka lewati dan mereka bisa menikmati yang namanya kebahagiaan. Hingga 1 bulan pun berlalu, kandungan Aara sudah menginjak 9 bulan se

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 183. Sebuah Permohonan dan Suasana Penuh Canda Tawa

    Zayden saat ini telah dipindahkan ke atas ranjangnya, tampak di sana sudah ada Alya, Zion, Aara dan juga dokter David.Ekspresi wajah Alya dan Zion tampak begitu tegang, karena sudah 2 jam berlalu tapi Zayden tak kunjung sadar.“David sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Zayden bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Katamu kondisinya sudah semakin membaik, tapi apa ini?” tanya Zion.“Sepertinya ini memang disebabkan oleh luka di kepalanya, mungkin ada sesuatu yang membuat luka itu kembali terasa sakit,” jawabnya.“Apa itu berbahaya, apa Zayden akan baik-baik saja?” kali ini giliran Alya yang bertanya. Suaranya begitu bergetar, karena rasa kekhawatiran yang begitu besar pada putranya itu.“Saya rasa ini tidak akan berdampak buruk, wajar bagi pasien yang memiliki luka cukup parah di kepala untuk sesekali merasakan sakit kepala. Tapi, jika hal ini terus berlanjut di kemudian hari. Tentu saja harus ada penanganan,” jawab David.Mendengar semua penjelasan David, Aara semakin merasa bersa

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 182. Kau Akan Pergi?

    Zayden kembali melepaskan paksa pelukan yang Naura lakukan padanya. Dia lalu memegang kedua bahu Naura, dan menatapnya dengan begitu dingin.“Tidak ada, aku tidak merasakan apa pun lagi. Karena seperti yang kubilang, itu hanyalah masa lalu. Jadi tolong pergilah!”Air mata Naura turun semakin deras, dia sungguh tidak menyangka jika Zayden akan melupakan seperti ini.Dia menunduk. “Baiklah, maafkan aku Zay. Karena aku telah menggangguku, dan membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku merasa senang karena kita bisa bertemu lagi. Karena dengan begitu, aku bisa meminta maaf padamu.” Naura tersenyum, dan senyum itu tampak tulus.“Aku akan pergi, semoga kau selalu bahagia,” lanjutnya. Seraya menyeka air matanya, Naura pun melangkah keluar.Tampak Zayden yang langsung menarik nafasnya, dia lalu memegangi keningnya. Tapi syukurlah, masalah ini sudah selesai. Dan Naura tidak akan menemuinya lagi.Ya, ini semua sudah selesai. ‘Sekarang fokusku hanya kepada Aara dan calon anak kami. Aku akan berusah

  • Terjebak Dendam sang Pewaris Kejam   Bab 181. Tidak Sanggup Lagi

    “Zay,” ucap Naura yang baru saja dipersilakan masuk ke ruangan Zayden setelah mendapat izin darinya.Zayden pun mengangkat wajahnya, dia melihat Naura yang berdiri di depan pintu ruangannya.Entah kenapa, penampilan Naura saat ini mengingatkannya pada 10 tahun lalu. Dia tidak menyangka setelah selama itu, mereka akan bertemu lagi.Zayden lalu berdiri, keluar dari meja kerjanya menuju sofa. “Masuk dan duduklah,” ucapnya.“Silakan Nona,” ucap Sam yang kemudian memandu Naura untuk masuk dan duduk di sana.Sam kemudian membungkuk, dia keluar dari sana, memberi ruang untuk tuannya berbicara dengan tamunya ini.Tampak Zayden kemudian duduk, dia menatap Naura sebentar sebelum akhirnya dia pun membuka mulutnya.“Apa yang ingin kau sampaikan?” tanyanya.Naura yang tadi hanya menunduk, akhirnya mengangkat wajahnya itu. Kedua tangannya tampak saling meremas satu sama lain. Dia menelan salivanya, dengan air matanya yang tampak menetes.“Aku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status