Share

2. Sunyinya Hati Noni

Hari ini adalah hari ketiga kegelisahan ku. Aku mulai merasa kehilangan Noni, aku cuma diam terpaku di depan Laptop. Sekali-kali mataku menatap ke ponsel, kalau-kalau ada telepon yang masuk. Tiba-tiba ponselku bergetar, segera aku raih dan aku lihat dilayar LCD-nya nama anakku, bukanlah nama Noni. Aku bicara sebentar dengan anakku, aku merasa anakku adalah juga Noni. Anakku menyadarkan ku kalau aku adalah seorang ayah, seorang kepala keluarga, dan aku sangat bangga dengan status itu. Tidak ingin aku mengubahnya menjadi orang tua yang tidak tahu akan umurnya.

***

Hari ketujuh setelah perkenalanku dengan Noni, tidak ada juga kabar dari Noni. Tapi aku tidaklah terlalu hirau, aku mulai terbiasa tanpa Noni. Seperti halnya dulu sebelum aku mengenalnya. Ponselku bergetar, ada pesan yang masuk, segera aku baca :

[Om… maaf ya kalo Noni gak kasih kabar.. Noni lagi terbaring di Rumah sakit.. Noni juga gak tahu sakit apa.. Noni kangen sama om, Noni pengen banget ketemu kalau nanti masih ada waktu… I love you om…] 

Tiba-tiba aku menjadi begitu sedih membaca pesan dari Noni itu, aku merasa Noni seperti halnya anakku, aku begitu kuatir sama keadaannya.

Aku mencoba telpon Noni, namun ponselnya tidak diangkat. Ada perasaan bersalah dengan Noni salama ini, aku seperti orang kebingungan. Aku mencoba berdoa agar Tuhan menyelamatkan Noni. Tiba-tiba aku merasa takut kehilangan dia. Aku mencoba video call, dan tersambung.

Mungkin seseorang yang menerima VC tersebut. dalam VC itu aku melihat Noni terbaring lunglai dengan selang oksigen dihidungnya.

"Noni.. ini om Danu.. bangun dong.. katanya mau ketemu om.." Aku mencoba membangunkannya. Meskipun dalam keadaan sakit, namun Noni masih terlihat cantik. Dugaanku salah ternyata Noni yang ada di VC adalah Noni seperti yang ada di F*, bukan Fake Akun. Tiba-tiba mata Noni pelan-pelan terbuka, dengan terbata-bata dia berbicara sambil melambaikan tangannya.

"Haaai.. Ommm.." Airmatanya mengembang dipelupuk matanya.

"Cepat sembuh ya sayang..." Aku pun tidak bisa menahan airmataku melihat keadaan Noni. Dia hanya membalas ucapanku dengan anggukan kepala.

Ingin rasanya aku menemui Noni di rumah sakit di Bandung, cuma kesibukanku di Jakarta tidak bisa ditinggal. Sering aku VC Noni, namun kondisinya belum berubah, Noni masih di rawat di ruang intensive care.

Hari ini aku besuk Noni di sebuah rumah sakit di Bandung, aku mencoba minta izin dari kantor untuk ke Bandung. Di rumah sakit aku minta izin untuk masuk, aku diizinkan untuk masuk ke ruang intensive care sesuai protokol kesehatan, aku melihat Noni begitu cantik meskipun dalam keadaan sakit. Aku coba genggam tangannya sambil berbisik di dekat telinganya

"Non.. ini om Danu datang, om janji akan sayang sama kamu kalau kamu sembuh, maafkan om sudah salah prasangka dengan kamu.." bisikku di telinganya. Noni tetap diam, tidak ada respon yang terlihat. Genggaman tanganku pun tidak direspon Noni. 

Tiba-tiba terlihat mata Noni membasuh, genangan air matanya turun ke pipinya. Aku mulai sedikit senang melihat reaksi tersebut. Ada gerakan tangan yang mulai menggenggam tanganku, meskipun hanya sedikit gerakan. Noni begitu tak berdaya melawan penyakitnya. 

Di rumah sakit, Noni hanya ditemani neneknya, Ayah dan Ibu Noni sudah berpisah sejak Noni masih bayi. Ibunya menikah lagi dengan orang asing dan tidak tahu di mana rimbanya. Begitu juga dengan ayahnya yang menjadi TKA tidak pernah kembali. 

Semua cerita itu aku ketahui dari neneknya yang selalu setiap menemani Noni. Selama ini Noni hanya bekerja sebagai SPG produk kecantikan sambil kuliah, sementara neneknya hidup dari hasil pensiun kakeknya yang bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Kakek Noni juga sudah almarhum, tinggalah hanya Noni dan neneknya. 

Ketika aku tanyakan sama dokter apa penyakit yang diderita Noni, dokter belum bisa kasih jawaban, karena hasil diagnosa penyakitnya belum selesai. Untungnya biaya perawatan Noni sudah ditanggung BPJS, sehingga tidak memberatkan neneknya. 

Aku masih terus menggenggam tangan Noni, sangat berharap Noni memberikan reaksi terhadap genggaman tersebut. Sebagai laki-laki aku sangat pantang menangis, tapi kali ini aku gak bisa menahan kesedihan ku. Airmataku mengembang tak tertahankan. Aku begitu terharu dengan cerita neneknya Noni. 

Tiba-tiba ada gerakan tangan Noni digenggamanku, dan perlahan-lahan Noni membuka matanya yang basah. 

"Oom.." Cuma itu kata-kata yang bisa diucapkan Noni, itupun sangat pelan sekali. 

"Ya Non.. om Danu sayang sama noni ya, Noni cepat sembuh.." Noni hanya membalas ucapanku dengan anggukan pelan. Setelah itu mata Noni kembali terpejam. 

Kemudian kondisi Noni drop, detak jantungnya melemah, semua terlihat dari monitor detak jantungnya. Aku segera memencet bel untuk memanggil suster. Tidak berapa lama dokter datang, dokter segera memeriksa Noni, aku diminta keluar dari ruangan.

Dari luar ruangan aku bisa melihat kesibukan dokter di dalam dari kaca ruangan intensive care, suster dan dokter begitu sibuk. Dokter mulai menggunakan alat kejut jantung, di luar aku dan nenek Noni terus berdoa untuk kesembuhan Noni. 

Dokter keluar ruangan untuk memberitahukan kalau kondisi Noni sedang kritis, dan dokter sedang melakukan penanganan. Aku dan nenek diminta untuk terus berdoa agar Tuhan menyembuhkan Noni. Lalu dokter kembali masuk dan sibuk dengan dua orang suster yang membantunya. 

Aku kembali teringat dengan percakapanku dengan Noni lewat telpon, dia begitu ingin pertemanannya denganku bisa aku terima dengan baik. Dia sangat mengagumi sosokku sebagai seorang ayah, dia begitu senang kalau aku panggil dengan kata sayang. 

Dia pernah bercerita kalau hatinya sangat sunyi, karena merindukan kasih sayang seorang ayah yang tidak pernah dia kenal sejak kecil. Aku salah prasangka sama Noni, aku pikir dia seperti gadis-gadis kebanyakan di dunia maya, yang hanya memanfaatkan pertemanan untuk kepentingan sesaat. 

Bersambung 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nini
Semangat sehat Noni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status