Seakan sudah diatur, saat aku bertanya-tanya tentang Maura, tiba-tiba Noni datang kembali menemuiku. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, yang benar-benar ditunggu datang jua. Kalau ditanya apa yang lebih bahagia dari itu? Maka aku akan jawab itulah hal yang paling membahagiakanku.
Noni terlihat begitu cantik dan sehat, wajahnya pun sangat ceria. Noni bilang kalau dia sangat rindu denganku, melebihi rindunya terhadap apa pun. Aku serasa melambung mendengar kerinduan Noni, dia tidak tahu kalau aku pun dimabuk rindu padanya. Hari itu Noni sangat manja dan selalu ingin di manja. Aku tanya pada Noni, “Sekarang kamu selalu sehat Non?” Tanyaku. Noni tersenyum mendengar pertanyaanku, “Sejak om tidak menolak tidur sama aku, aku jadi sehat om..” canda Noni. Saking penasarannya aku cecar terus Noni dengan pertanyaan, “Apa iya itu yang jadi obatnya Non?” tanyaku, Noni langsung jawab, “Ya iyalah om.. kan aku yang ngerasain, makanya akuSebelum Noni menceritakan tentang pengalamannya, Noni bertanya tentang nasib Maura, “Om gak tahu di mana keberadaan Maura? Gimana nasibnya yang mau melahirkan?” tanya Noni dengan mengucurkan airmata. “Itulah yang om sesali, Maura tidak mau memberikan nomor kontak yang bisa dihubungi, Non.” Jawabku.Lama Noni terdiam dalam keharuan, perasaannya sangat sedih mengingat tentang keadaan Maura. Dia merasakan kalau apa yang menimpa Maura menimpa dirinya, dia tidak sanggup membayangkannya. Dia begitu kesal dengan lelaki yang sudah membuat Maura menderita, dia mengambil pelajaran dari cerita Maura tersebut.“Itulah yang membuat aku gak mau berhubungan dengan lelaki yang seumuran dengan aku om.. mereka kurang bertanggung jawab.” Ucap Noni. Aku bilang sama dia bahwa tidak semua lelaki seumuran aku bertanggung jawab, ada juga yang brengsek.“Om mau dengar cerita aku gak? Om gak marah kan?” Tanya Noni sambil menatap
Masih sama-sama di bawah selimut dan bersimbah peluh, dalam posisi terlentang Noni kembali bertanya, “Om.. masih ada gak cerita yang om rahasiakan?” tanya Noni. Ada keraguan dalam hatiku untuk menceritakan kebersamaanku dengan Adriana, karena aku yakin kalau aku ceritakan Noni pasti cemburu.Tapi, karena aku terbiasa bicara apa adanya akhirnya aku ceritakan perkenalanku dengan Adriana. Mulai dari awal perkenalan sampai saat Adriana menantang kencan di hotel. Awalnya Noni hanya diam mendengarkan, tapi ketika aku cerita seperti apa perilaku Adriana, Noni bertanya padaku,“Om menikmati hubungan dengan Adriana?” tanya Noni. Karena aku memang tidak menikmati hubungan itu, maka aku cerita apa adanya. “Om gak bisa menikmatinya Non.. karena om gak bisa bercinta tanpa rasa.” Jawabku. Aku lanjutkan ceritaku sampai saat aku menceritakan bagaimana aku memperlakukan Noni pada Adriana.“Kenapa om menceritakan aku pada Adri
Aku dan Noni kembali bercumbu menghabiskan malam dan sisa-sisa kecemburuannya. Noni tidak bisa ditaklukkan hanya dengan keperkasaan jika hatinya tetap membantu. Aku taklukkan hati Noni dengan segala kelembutan, agar hatinya luluh dan tidak lagi berkeluh. Raut wajah Noni kembali senang, terlihat pias pertanda dia puas.Aku yang tadinya berencana untuk pulang akhirnya tidak jadi, aku ingin menemani Noni sampai pagi biar hatinya senang. Aku tidak berpikir kalau di rumah terus ditunggu isteriku. Sebelum pulang aku katakan pada Noni, “Non.. om pulang ya, nanti kamu check out gak usah tunggu om.” Kataku. Untungnya Noni mengerti.Begitu sampai di rumah pertengkaranku dengan isteri tidak bisa dihindari, karena aku sudah dianggap melampaui batas kesabarannya. Aku memang tidak pulang malam, tapi aku pulang pagi. Hal itulah penyulut pertengkaran, isteriku tidak bisa menerima alasan apa pun yang aku kemukakan.“Mas mau seperti ini seterusnya? K
Setelah dua bulan aku tidak pernah lagi kencan dengan ABG, aku bertemu dengan seorang pemain sinetron yang aku kenal enam bulan yang lalu. Sebut saja namanya Sinta yang berumur 20 tahun. Sinta peranannya di sinetron sebagai Extra Talent, tapi jam terbangnya cukup lumayan, karena sudah banyak sinetron yang di bintanginya.Hari itu dia terlihat sangat gelisah, aku juga tidak tahu apa yang membuatnya gelisah. Tiba-tiba dia minta aku temani ke spa yang menjadi langganannya. Tapi, sayangnya saat kami kesana spanya tutup, akhirnya kami cari spa yang lainnya dan ternyata sama saja.Sinta terlihat sangat gelisah, aku kasih saran gimana kalau cari spa di hotel aja, eh dia malah kasih penawaran yang menarik, "kalau di hotel mending om aja yang pijat aku.” ujar Sinta. Aku langsung jawab, " Okey, ide yang bagus, daripada kamu bayar orang lain, mending kamu bayar om." Aku godain Sinta."Waduh, kalau buat bayar om mana mampu aku.” Jawab Sinta. Akhirnya
Tangan Sinta tiba-tiba berada di pahaku, tapi Cuma sekadar memegang dan meremasnya dengan gregetan. Sementara aku terus menjelajah bukitnya dengan lembut, sehingga Sinta semakin bergairah. Ketika aku ambil posisi dari bagian kepalanya, untuk memijat bahunya, Sinta kembali meremas pahaku dengan gemas.Sinta sepertinya sudah tidak tahan, dia memintaku agar segera mengambil posisi diantara kedua pahanya. Seketika itu juga aku mengeksekusi Sinta dan berpacu dengan desah nafasnya yang semakin cepat. Sinta merasa kalau dia sudah hampir mencapai puncak pelepasan. Aku pun menuntaskannya secara bersamaan."Aku belum pernah om di pijat laki-laki, ternyata sensasinya luar biasa ya.” Puji Sinta dengan nafas yang masih belum teratur. "Aku jadi cepat sampai jadinya, padahal biasanya aku bisa lama baru pelepasan. Lanjut Sinta. Sinta terus bicara, sementara aku masih mengatur napas."Om Danu ternyata jago juga ya, jangan-jangan profesinya gigolo nih dulunya.&r
Berikut ini sebuah cerita yang cukup mengenaskan sebetulnya. Seperti yang diceritakan oleh Karina (bukan nama aslinya), saya baru kenal sebetulnya dengan Karina, hanya saja ada satu hal yang membuat sedikit penasaran tentang dirinya. Karina aku kenal dari pertemanan di media sosial.Karena pertemananku banyak dari kalangan film, sehingga dia meminta pertemanan. Anaknya baik dan lumayan cantik, profesinya instruktur kebugaran. Meskipun masih muda Karina memiliki usaha kebugaran, dan membuka cabang di beberapa wilayah.Secara ekonomi sebetulnya dia cukup mapan, kalaupun dia tertarik untuk ikut shooting bukan karena butuh uang, tapi sekedar untuk menyalurkan hobinya berakting dan punya ambisi dibidang akting untuk menambah relasinya.Suatu saat kami ketemuan, pada kesempatan itulah saya mencoba menelusuri banyak hal tentang kehidupannya. Mulai dari usahanya, sampai aktivitas shooting yang dia ikuti. Yang menjadi perhatian saya sebetulnya adalah siapa or
Hari ini aku agak kalut setelah dapat kabar dari Noni. Dia telepon aku untuk mengabarkan kalau dia sudah dua Hari terbaring sakit di rumah. Noni sempat kecewa karena tidak bisa berkomunikasi sama aku. Aku jelaskan pada dia bahwa aku sedang menenangkan kondosi di rumah dulu.Noni sangat ingin ketemu aku dan aku sendiri juga ingin menemui dia di Bandung. Aku katakan pada Noni kalau aku sedang mencari cara agar bisa ke Bandung. Situasi ini aku ceritakan pada pak Anggoro, aku menemui beliau di ruang kerjanya. Aku ceritakan masalah yang sedang aku hadapi pada pak Anggoro.“Kalau memang pak Danu sangat mendesak, saya bisa tugaskan pak Danu ke Bandung sore ini.” Ucap pak Anggoro. Beliau ikut prihatin mendengar ceritaku dan memberikan tugas selama 2 hari di Bandung. Kebetulan memang perusahaanku juga ada cabang di Bandung.“Pak Danu bisa pakai fasilitas mobil kantor kalau mau, bisa setir sendiri atau disupiri.” Pak Anggoro menawarkan fasilitas kantor. Hanya saia a
Aku minta izin pada nenek untuk melihat keadaan Noni di kamar, “Nek.. saya bisa lihat Noni di kamar?” tanyaku. Nenek memberiku izin, “Silahkan nak Danu..” ucap nenek. Perlahan-lahan aku dorong pintu kamar Noni dan aku masuk. Di kamar yang sempit itu aku melihat Noni terbaring di tempat tidur single bed. Aku hampir Noni yang sedang lelap tertidur, hatiku sangat terenyuh menatapnya.Aku raba keningnya dengan punggung tanganku, suhu tubuhnya sangat panas. Tiba-tiba Noni terbangun saat tahu ada yang merasa keningnya, dia tidak menyangka kalau aku datang, “Om Danu kapan datang.. “ Tanya Noni dengan lirih. “Baru aja sayang.. Om sengaja datang untuk kamu.” Ucapku. Noni tersenyum menatapku, tapi sejenak kemudian di bertanya, “Om kenapa menangis?” tanya Noni.Aku tatap Noni dengan perasaan iba, “Om sedih melihat keadaan kamu, kamu cepat sembuh ya sayang.” Ucapku. Karena sebelumnya aku tidak pernah panggil sayang pada Noni, kali ini dia merasa aneh dan dia tanyakan padaku, “