Share

39. Kalah karena Salah

Saat sarapan pagi, aku seperti menghadapi sebuah mahkamah peradilan. Anakku Rani bertanya, “Pa.. kapan kita bisa quality time? Kok jarang sekali kita sarapan pagi bersama?” Tanya Rani anakku yang paling tua. Melihat Rani, aku jadi teringat dengan Grace sahabatnya yang aku kencani. 

“Mungkin suatu saat nanti kita akan bisa quality time, tidak lama lagi Papa pensiun.” Jawabku. Anakku yang paling kecil Priska tidak bisa menerima jawabanku, “Kok harus tunggu pensiun dulu? Emang gak bisa Papa cuti satu atau dua hari?” Pertanyaan Priska sangat menohok. 

Isteriku menimpali, “Kalau mas bisa meluangkan waktu untuk orang lain, harusnya mas juga bisa meluangkan waktu untuk keluarga.” Timpal isteriku. Ucapan isteriku serasa menampar wajahku, aku merasa kalau isteriku sudah tahu apa yang aku lakukan di luar rumah. Hanya saja dia masih menunggu aku menceritakannya. 

Selera makanku tiba-tiba hilang, namun aku tetap paksakan untuk menghabisi sisa makanan yang ada dipiringku.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status