Share

4. Masih Satu Malam

Serba salah aku menjawab pertanyaan Noni, aku takut dia salah menfasirkan sikapku, "Om laki-laki yang normal non.. cuma om tahu diri, dan tahu memantaskan apa yang tidak pantas.." Jawabku. 

"Aku pantas gak buat om?" Dia mendesakku. Aku bingung menjawabnya. 

Aku katakan pada Noni, "Kamu pantas jadi anak om..." Jawabku. 

"Kalau aku gak mau jadi anak om gimana?” tanya Noni lagi. "Maunya kamu apa dong?" Aku balik bertanya. 

"Aku maunya jadi kesayangan om.. orang yang om sayangi.." Jawabnya. 

"Kan kamu sudah jadi orang yang om sayangi? makanya om tidak mau memperlakukan kamu seperti wanita murahan.. " Aku jelaskan pada Noni. 

Hari mulai larut malam, di luar hujan masih terus turun. Noni masih terus menggodaku dengan berbagai pertanyaan. Aku mulai merasa perutku masuk angin, karena pakaian dalam yang aku kenakan masih basah. Noni juga masih memakai pakaian dalamnya yang basah. 

"Kamu itu baru sembuh Non.. belum boleh terlalu capek, gak boleh melakukan aktivitas yang menguras tenaga..." Aku mengingatkan Noni. 

"Sesuatu yang kita lakukan dengan senang, gak akan membuat kita capek om." bantah Noni. 

Susah sekali memberikan alasan pada Noni, dia selalu mempunyai jawaban yang cerdas untuk membalikkan ucapanku. 

"Suatu saat kita lakukan Non.. kalau sudah waktunya.." Ujarku. 

"Noni gak tahu om.. apakah waktu Noni nanti masih ada, karena penyakit Noni ini susah diduga, makanya sebelum waktu Noni habis, Noni ingin menikmatinya.." Mata Noni basah oleh airmata, aku sangat tersentuh dengan ucapannya.

Noni tubuhnya menggigil, tapi suhu tubuhnya sangat panas. Aku mulai agak panik sementara di luar hujan masih sangat deras. Aku bopong Noni ke kamar, aku selimuti seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Bibir Noni terlihat sangat pucat. Aku mencoba membuatkan teh hangat untuk menghangatkan perutnya. 

Malam semakin larut, hujan masih belum reda, kilat dan petirpun terus saling menyambar. Aku genggam kedua tangan Noni agar dia merasa hangat. Noni menarikku untuk masuk dalam selimut bersamanya, aku mencoba menuruti keinginan Noni. 

"Om.. peluk aku dong, gak kuat Noni om.. dingin sekali.." Ucap Noni dengan memelas. 

Aku masuk ke dalam selimut Noni, ternyata Noni sudah tidak mengenakan sehelai pakaian pun yang menutupi tubuhnya. Sehingga seluruh tubuhnya yang hangat menyatu dengan tubuhku.

"Non.. badan kamu panas sekali.. om jadi khawatir kamu kurang sehat.." Ujarku sambil meraba bagian leher dan keningnya. 

"Gak papa om.. ntar juga akan turun panasnya, makanya om peluk aku dong.” Pintanya. “Om... pliis lakukan sesuatu dong, Noni lagi kepengen banget.." Noni sangat menginginkan aku menghangatkan tubuhnya. 

"Jangan Non.. cukup om peluk kamu, om gak mau nanti sakit kamu tambah parah.." Aku menolak keinginannya. 

Noni berusaha mengambil inisiatif, dia mencoba memancing gairahku dengan cumbuannya menyusuri sekujur tubuhku. begitu juga tangannya berusaha menjelajah lembah bawah tubuhku. Aku berusaha untuk menahannya, namun Noni semakin agresif. 

Noni mengambil posisi berada di atas tubuhku melakukan atraksi dengan sangat atraktif. Di luar ekspektasiku ternyata Noni tidak sepolos yang aku kira, dia menguasai tekhnik untuk memancing hasrat lawan jenisnya. Noni melucuti bokserku dengan kakinya, aku sangat serba salah menghadapi noni. 

Suhu tubuh Noni yang panas karena menahan hasrat dan gairah yang sedang membuncah, Noni bergerak begitu liar, sehingga suasana yang sangat dingin membuat kami begitu panas. Tidak terlihat sama sekali kalau Noni sedang sakit seperti dugaanku. 

Sebagai laki-laki yang normal, aku terpancing dan aku mulai membalas serangan Noni, tubuh kami begitu panas. Cuaca yang dingin tidak lagi terasa dingin karena aku dan Noni semakin memanas. Aku mengubah posisi agar Noni tidak lagi di atas, agar aku bisa mengendalikannya. 

Aku berusaha untuk menahan diri untuk tidak melakukan penetrasi, aku hanya mencumbu keringat disekujur tubuh Noni,  Noni cukup menikmatinya. Noni menginginkkan aku langsung penetrasi, namun aku tetap tidak ingin memenuhi keinginannya. 

"Noni.. maafkan om, om tidak bisa melakukannya.. om tidak ingin kamu kecewa.." Ucapku. 

Noni sepertinya memaklumi apa yang aku ucapkan, aku benar-benar tidak sampai hati melakukan apa yang tidak pantas aku lakukan. Meskipun Noni mengikhlaskan aku untuk melakukannya. Mungkin aku munafik, mangsa sudah di depan mata tapi aku tidak melahapnya. Hati nuraniku tidak bisa menerima kenyataan tersebut. 

Noni hanya diam, dia berbalik memunggungiku, aku merasa dia begitu kecewa karena aku sudah melewatkan kesempatan yang sudah dia berikan. Padahal dia sangat mengharapkan aku melakukannya. Entahlah mungkin aku yang terlalu polos dalam menerima kenyataan. Aku memang sayang sama Noni, aku tidak ingin menyayanginya berbalut nafsu. 

Tubuh Noni berguncang, dia menangis sesegukan, ada perasaan bersalah menghinggap dihatiku, namun aku berpikir bahwa pilihanku untuk tidak melakukannya adalah pilihan yang tidak salah. 

"Om merasakan gak sih? apa yang aku rasakan?” Tanya Noni dengan terisak sambil tetap memunggungiku. 

Bersambung 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
cewek perlu memilih cowok seperti malaikat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status