Home / Romansa / Terjebak Gairah ABG / 5. Kemelut Pikiran

Share

5. Kemelut Pikiran

Author: Nathanegara
last update Last Updated: 2022-03-24 12:57:29

"Om sangat merasakan Non..  om terima salah untuk hal ini, tolong kamu juga maklumi perasaan om.." Jawabku. "Om takut karma.. om punya anak seumuran kamu. Om gak sanggup membayangkan kalau anak om ada diposisi kamu sekarang ini.” Aku katakan semua itu sambil menatap punggungnya. 

Noni terus terdiam, tubuhnya masih berguncang menahan isak tangisnya. Aku katakan pada Noni, "Sekarang saja om sudah merasa sangat bersalah, karena sudah tidur bersama kamu.." 

Noni hanya diam mendengar semua ucapanku, aku berusaha mengatakan apa yang aku takutkan dan apa yang menghantui pikiranku. Aku berusaha untuk tidak cuma mengedepankan nafsuku, melepaskan syahwatku. Aku tidak lagi peduli Noni bisa menerima atau tidak apa yang aku ucapkan. 

"Terus om mau tinggalkan Noni gitu?" Tanya Noni. Aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan, aku cuma jawab, "Seperti yang om bilang, om sayang kamu, bahkan sangat menyayangi kamu. Tapi, apa yang kita lakukan ini sudah kebablasan Non.. itu salah om.. bukan salah kamu.."

"Aku yang salah om.. yang tidak tahu menempatkan cinta.." ujar Noni. 

"Kamu tidak salah Non.. cinta datang memang tidak mengenal tempatnya. Setiap orang bisa jatuh cinta pada siapa saja tanpa bisa memilih.." Ucapku. 

"Om tidak punya perasaan cinta pada Noni kan?" Tanya Noni. 

Begitu sulit aku menjelaskan pada Noni tentang cinta, dia terlalu terbawa perasaannya, sehingga rasionalitasnya tidak dia pakai. Aku maklum karena dia masih sangat muda, kesenjangan berpikir antara kami begitu jauh. 

"Kan om sudah bilang.. kalau om gak sayang kamu ngapain om jauh-jauh datang mau menemui kamu?" bisikku di telinganya. 

Dengan posisi masih memunggungiku, Noni mengatakan, 

"Aku kan bilang.. aku ingin om membalas cinta aku bukan anggap aku sebagai anak.." Ucap Noni. Aku merasa serba salah ingin menjelaskannya pada Noni. Akhirnya aku hanya bilang pada Noni, 

"Om gak bisa katakan seperti itu Noni, kalau suatu saat om mencintai kamu seperti itu, om gak akan menolaknya.." jelasku. 

"Kenapa harus nunggu suatu saat? Sekarang om saatnya.. om bisa luapkan perasaan om. Aku ingin menikmatinya om.. sudah lama aku tunggu saat seperti ini..” ucap Noni dengan lirih. 

Noni membalikkan tubuhnya, tangannya sambil melepas selimut yang menutup tubuhnya, “Om lihat!! tidak ada sehelai benang pun yang melekat ditubuhku!!” lanjut Noni, pandangannya menatap langit-langit kamar dengan bercucuran airmata. 

Belum sempat aku bicara, Noni kembali katakan, “Aku benar-benar sudah siap om untuk itu, Aku takut.. aku gak ada waktu lagi untuk menikmatinya om..” kata Noni. 

"Semestinya kamu bersyukur non.. karena kita sudah terhindar dari perbuatan dosa.." Ucapku sambil membelai rambutnya.

Tiba-tiba Noni menatapku, dia mengatakan, "Om... apa yang sudah kita lakukan sekarang ini sudah dosa om..." matanya menatap tajam ke arah mataku. 

Aku benar-benar kehabisan kata-kata menghadapi Noni. Noni benar, kami sudah melakukan dosa dan apa yang sudah kami lakukan adalah perbuatan dosa. Aku benar-benar dilematis, aku gak tahu lagi harus berbuat apa. Hubunganku sama Noni sudah terlalu jauh, kami melakukan hubungan cinta yang terlarang.

"Non kamu benar, yang sudah kita lakukanlah adalah dosa. Tapi, sebaiknya kita tidak menambah dosa, om takut karma ini diterima anak om"

Noni hanya diam, mungkin semua di luar bayangannya. Dengan menyewa cottage dia pikir aku ingin mempersiapkan diri untuk semua itu, padahal aku sama sekali tidak berpikir seperti itu. 

"Om, kalau saja kita tidak ke tempat ini, ke cottage ini, kita tidak akan melakukan dosa ini. Tadinya aku senang, om sudah sewa cottage ini, aku berharap, aku bisa menikmati malam yang dingin bersama om, ternyata aku salah, aku terlalu polos mikirnya, aku pikir om seperti yang lain nya" ucapnya dengan sedih. 

Noni kembali menangis sesenggukan, dia begitu sedih melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan bayangannya. Aku juga memang bukanlah lelaki yang baik, tapi aku tidak ingin melakukannya pada Noni, aku sangat mengerti penderitaan Noni. 

Malam semakin larut, hujan masih belum mereda, waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Aku kehilangan akal harus gimana menghadapi Noni, yang begitu membutuhkan pelepasan hasratnya. 

"Om, aku bisa saja melakukannya dengan laki-laki seumuranku, tapi itu pasti beda om. Mereka pasti melakukannya sebatas pelampiasan nafsu, itulah makanya aku tidak terlalu suka dengan lelaki sebaya denganku"

Ucap Noni dengan posisi masih menatap langit-langit kamar. Aku mencoba memahami pemikirannya, namun tetap berusaha berpikir bahwa memenuhi keinginan Noni adalah sebuah kesalahan. 

Mungkin terkesan sangat munafik, bagaimana tidak dihadapanku tersaji wanita yang masih muda, cantik dengan tubuh yang begitu indah. Aku tidak menikmatinya. Aku tetap menganggap ini godaan yang bisa membuat aku terus terjebak pada cinta terlarang. 

Bersambung 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Gairah ABG   197. Ending

    196. EndingTiga bulan kemudian Noni yang pada awalnya tidak tertarik dengan Nara, menjalin hubungan hanya untuk menyenangkan hati orang tuanya. Lambat laun cintanya berlabuh juga pada Nara, “Mas.. Kok kamu sabar sekali menghadapi aku?” itu dikatakan Noni satu hari sebelum akad nikahnya dengan Nara padaku. “Non, aku sangat yakin dengan kekuatan cinta, mencintai itu seperti titik air di atas batu. Harus intens dan serius, itulah yang akhirnya aku dapatkan.” jawab Nara penuh keyakinan Noni memeluk Nara sangat erat, “Kamu hebat, mas, kesabaran kamulah yang membuat aku jatuh cinta pada akhirnya.” bisik Noni. Nara jelaskan pada Noni, bukan hanya dalam mencintai harus yakin pada perasaan. Tapi, dalam segala hal manusia harus serius pada tujuan hidupnya. Bagi Nara, cukuplah penderitaan sudah menjadi bagian hidupnya. Sekarang dia ingin menghiasi cintanya pada Noni penuh dengan kebahagiaan. “Aku sangat berharap Papa besok hadir pada pernikahanku, tanpa ada Papa hidupku belumlah lengkap.

  • Terjebak Gairah ABG   196. Pernikahan Adriana

    Satu bulan kemudianPernikahan pak Anggoro dan Adriana tidaklah dirayakan secara meriah, mengingat isteri pak Anggoro juga belum lama meninggal. Sebuah pernikahan yang sangat sederhana, yang dirayakan di villa pak Anggoro di puncak. Aku hadir bersama isteriku, sengaja aku minta Sri untuk menemaniku. Tadinya Sri tidak ingin pergi, karena dia tahu di acara itu pasti ada Widarti Mama Noni, yang merupakan mantanku sebelum menikahi Sri. “Mas.. biarlah aku di rumah saja, aku tidak ingin nanti Widarti malah tidak menerima kehadiranku.” ucap Sri saat itu“Sri.. mas justeru ingin perlihatkan pada Widarti, bahwa aku bahagia bersama kamu. Aku ingin semua orang tahu, bahwa aku bangga sama kamu, Sri.”Akhirnya Sri bersedia menemaniku malam itu. Sri terlihat cantik sekali, karena memang dia tidak pernah berdandan seperti itu. Kami berangkat dari rumah dengan menggunakan mobil kantor yang dipinjamkan pak Anggoro. Sampai di Villa kami agak terlambat, sehingga kedatangan kami menjadi perhatian bany

  • Terjebak Gairah ABG   195. Pujian Virna

    “Dalam keadaan habis sakit aja stamina om masih okey, gimana sebelumnya ya?” puji Virna “Om cuma bisanya seperti tadi itu, Virna, maaf ya performa om kurang bagus.” aku sedikit merendahkan diriVirna memelukku, “Om.. apa yang aku rasakan tadi sudah lebih dari cukup. Makanya aku membayangkan om saat masih sehat.”Aku jelaskan pada Virna, bahwa sesuai dengan usiaku saat ini performaku sudah jauh menurun. Namun, Virna menganggap kalau aku masih mampu mengimbangi durasinya dalam bercinta. Selama ini Virna bisa merasakan seperti itu jika berhubungan dengan lelaki seusianya. Baginya apa yang aku suguhkan padanya sudah lebih dari cukup. “Ada yang istimewa dari om, cara om memperlakukan aku. Om benar-benar pakai perasaan saat melakukannya.”“Kalau itu soal kebiasaan aja, Vir, om selalu menganggap pasangan bercinta itu adalah kekasih. Om tidak akan bercinta dengan wanita yang tidak om sukai.”Virna mempererat pelukannya, “Terima kasih om sudah perlakukan aku dengan penuh cinta.” ucap Virna

  • Terjebak Gairah ABG   194. Kencan dengan Virna

    Keesokan harinya Pulang dari Bandung aku semakin percaya diri, terlebih lagi setelah kencan dengan Noni. Ternyata aku memang harus membebaskan diri dari berbagai ketakutan, aku harus lebih santai menghadapi keadaan. Virna memang tidak mungkin telepon aku, karena dia hanya memasukkan nomor ponselnya di daftar kontakku. Aku sangat yakin kalau dia mau menguji aku, apakah aku bersedia untuk meneleponnya. Saat aku berada di taman perumahan aku telepon Virna, “Hai Vir.. kok kamu gak kelihatan di taman?” tanyaku Virna katakan pagi itu dia tidak di rumah, dia sedang berada di luar rumah. Virna mengajakku untuk bertemu, “Di mana Virna?” tanyaku lagiVirna katakan kalau dia sedang staycation di sebuah hotel dan dia memberikan nama hotelnya, juga nomor kamarnya. Aku tidak buang kesempatan itu, aku segera pulang ke rumah untuk segera mandi. Saat aku sedang berpakaian, Sri masuk ke kamar, “Tuh kan! Kalau sudah sehat aja gak betah di rumah, mas mau kemana rapi gitu?” tanya Sri penuh kecurig

  • Terjebak Gairah ABG   193. Rencana Pernikahan

    Di kantor, aku, Nara dan Noni membicarakan rencana pernikahan Noni dan Nara. Keluarga Noni menginginkan pernikahan dilaksanakan enam bulan lagi. Berbeda dengan keinginan Noni dan Nara, yang menginginkan pernikahan dilaksanakan tahun depan. Noni dan Nara butuh masukan dariku, “Pernikahan itu bisa dilaksanakan tergantung kesiapan kalian, karena yang akan menikah adalah kalian,” itu yang bisa aku katakan“Iya Pa, aku dan mas Nara siapnya tahun depan, tapi Papa dan Mama maunya lebih cepat dari itu.” ujar NoniNara pun menjelaskan, secara finansial dia baru bisa melaksanakan tahun depan. Namun, menurut Nara Jatimin menyanggupi untuk menutupi seluruh biaya. Alasan Jatimin, karena Noni anaknya satu-satunya. “Jadi, sebetulnya alasan kalian menunda juga terlalu prinsip, ya. Ikuti saja keinginan Papa kamu, Non, itulah yang paling baik. Aku jelaskan juga alasan Nara menunda bisa ditanggulangi Jatimin, jadi alasan Nara tidaklah menjadi halangan bagi keluarga Noni. Keluarga Noni tidak terlalu

  • Terjebak Gairah ABG   192. Berdua Noni

    Satu minggu kemudian Aku dijemput Noni dan Nara, alasannya Noni dan Nara banyak yang ingin dibicarakan di Bandung terkait rencana pernikahan mereka. Di Bandung aku nginap di rumah Nara, rumah yang pernah aku tempati sebagai kepala cabang. Saat aku di kantor menemani Nara dan bertemu dengan karyawan, Noni mengajakku keluar. Alasannya, dia ingin memberikan kejutan padaku. Aku minta izin pada Nara, “Nara.. om izin jalan sama Noni ya, Noni mau kasih kejutan pada om.”“Iya mas.. gak lama kok, aku mau perlihatkan sesuatu pada Papa.”“Okey.. Gak apa-apa kok, silahkan aja Pa.. saya belum bisa menemani karena lagi padat hari ini.” ucap Nara. Noni menyetir mobilnya, aku mendampinginya di depan. Noni cerita, bahwa rumah nenek sudah di renovasi, itulah yang ingin diperlihatkannya padaku. “Rumahnya sudah bagus Pa, yang renovasi Papa Jatimin.”“Jadi kamu mau kasih lihat rumah nenek sama Papa?”“Iya Pa, biar gimanapun rumah itu banyak kenangan kita, Pa. Papa senang gak aku ajak ke sana?”Aku me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status