"Om sangat merasakan Non.. om terima salah untuk hal ini, tolong kamu juga maklumi perasaan om.." Jawabku. "Om takut karma.. om punya anak seumuran kamu. Om gak sanggup membayangkan kalau anak om ada diposisi kamu sekarang ini.” Aku katakan semua itu sambil menatap punggungnya.
Noni terus terdiam, tubuhnya masih berguncang menahan isak tangisnya. Aku katakan pada Noni, "Sekarang saja om sudah merasa sangat bersalah, karena sudah tidur bersama kamu.."
Noni hanya diam mendengar semua ucapanku, aku berusaha mengatakan apa yang aku takutkan dan apa yang menghantui pikiranku. Aku berusaha untuk tidak cuma mengedepankan nafsuku, melepaskan syahwatku. Aku tidak lagi peduli Noni bisa menerima atau tidak apa yang aku ucapkan.
"Terus om mau tinggalkan Noni gitu?" Tanya Noni. Aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan, aku cuma jawab, "Seperti yang om bilang, om sayang kamu, bahkan sangat menyayangi kamu. Tapi, apa yang kita lakukan ini sudah kebablasan Non.. itu salah om.. bukan salah kamu.."
"Aku yang salah om.. yang tidak tahu menempatkan cinta.." ujar Noni.
"Kamu tidak salah Non.. cinta datang memang tidak mengenal tempatnya. Setiap orang bisa jatuh cinta pada siapa saja tanpa bisa memilih.." Ucapku.
"Om tidak punya perasaan cinta pada Noni kan?" Tanya Noni.
Begitu sulit aku menjelaskan pada Noni tentang cinta, dia terlalu terbawa perasaannya, sehingga rasionalitasnya tidak dia pakai. Aku maklum karena dia masih sangat muda, kesenjangan berpikir antara kami begitu jauh.
"Kan om sudah bilang.. kalau om gak sayang kamu ngapain om jauh-jauh datang mau menemui kamu?" bisikku di telinganya.
Dengan posisi masih memunggungiku, Noni mengatakan,
"Aku kan bilang.. aku ingin om membalas cinta aku bukan anggap aku sebagai anak.." Ucap Noni. Aku merasa serba salah ingin menjelaskannya pada Noni. Akhirnya aku hanya bilang pada Noni,"Om gak bisa katakan seperti itu Noni, kalau suatu saat om mencintai kamu seperti itu, om gak akan menolaknya.." jelasku.
"Kenapa harus nunggu suatu saat? Sekarang om saatnya.. om bisa luapkan perasaan om. Aku ingin menikmatinya om.. sudah lama aku tunggu saat seperti ini..” ucap Noni dengan lirih.
Noni membalikkan tubuhnya, tangannya sambil melepas selimut yang menutup tubuhnya, “Om lihat!! tidak ada sehelai benang pun yang melekat ditubuhku!!” lanjut Noni, pandangannya menatap langit-langit kamar dengan bercucuran airmata.
Belum sempat aku bicara, Noni kembali katakan, “Aku benar-benar sudah siap om untuk itu, Aku takut.. aku gak ada waktu lagi untuk menikmatinya om..” kata Noni.
"Semestinya kamu bersyukur non.. karena kita sudah terhindar dari perbuatan dosa.." Ucapku sambil membelai rambutnya.
Tiba-tiba Noni menatapku, dia mengatakan, "Om... apa yang sudah kita lakukan sekarang ini sudah dosa om..." matanya menatap tajam ke arah mataku.
Aku benar-benar kehabisan kata-kata menghadapi Noni. Noni benar, kami sudah melakukan dosa dan apa yang sudah kami lakukan adalah perbuatan dosa. Aku benar-benar dilematis, aku gak tahu lagi harus berbuat apa. Hubunganku sama Noni sudah terlalu jauh, kami melakukan hubungan cinta yang terlarang.
"Non kamu benar, yang sudah kita lakukanlah adalah dosa. Tapi, sebaiknya kita tidak menambah dosa, om takut karma ini diterima anak om"
Noni hanya diam, mungkin semua di luar bayangannya. Dengan menyewa cottage dia pikir aku ingin mempersiapkan diri untuk semua itu, padahal aku sama sekali tidak berpikir seperti itu.
"Om, kalau saja kita tidak ke tempat ini, ke cottage ini, kita tidak akan melakukan dosa ini. Tadinya aku senang, om sudah sewa cottage ini, aku berharap, aku bisa menikmati malam yang dingin bersama om, ternyata aku salah, aku terlalu polos mikirnya, aku pikir om seperti yang lain nya" ucapnya dengan sedih.
Noni kembali menangis sesenggukan, dia begitu sedih melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan bayangannya. Aku juga memang bukanlah lelaki yang baik, tapi aku tidak ingin melakukannya pada Noni, aku sangat mengerti penderitaan Noni.
Malam semakin larut, hujan masih belum mereda, waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Aku kehilangan akal harus gimana menghadapi Noni, yang begitu membutuhkan pelepasan hasratnya.
"Om, aku bisa saja melakukannya dengan laki-laki seumuranku, tapi itu pasti beda om. Mereka pasti melakukannya sebatas pelampiasan nafsu, itulah makanya aku tidak terlalu suka dengan lelaki sebaya denganku"
Ucap Noni dengan posisi masih menatap langit-langit kamar. Aku mencoba memahami pemikirannya, namun tetap berusaha berpikir bahwa memenuhi keinginan Noni adalah sebuah kesalahan.
Mungkin terkesan sangat munafik, bagaimana tidak dihadapanku tersaji wanita yang masih muda, cantik dengan tubuh yang begitu indah. Aku tidak menikmatinya. Aku tetap menganggap ini godaan yang bisa membuat aku terus terjebak pada cinta terlarang.
Bersambung
Aku benar-benar dilematis antara ingin menikmati dosa dan menolak untuk menambah dosa. Sekali aku lakukan maka aku akan terjebak pada kenimatanan sesaat, yang akibatnya akan aku Hawaii seumur hidupku. Tidak ada satu perbuatan tanpa menimbulkan akibat, yang akan menguras tenaga dan pikiran nantinya. Kadang makanan yang tersaji hanya lezat dalam pandangan, begitu dimakan tidaklah selezat apa yang terlihat. Itulah tipu daya yang kadang berbaur dengan nafsu, yang manusia jarang kuasa menghadapinya. Aku berpikir harus menjadi pemenang untuk mengalahkan semua keinginan menuruti nafsu. "Noni, om akan lakukan itu setelah kamu benar-benar sembuh. Setelah om nikahi kamu secara sah.” Ucapku dengan spontan, hanya untuk membuatnya tenang. Noni kaget mendengar ucapanku itu, dia berbalik badan menghadap ke arahku. Noni tersenyum dengan senang, sementara aku sendiri bingung dengan apa yang sudah aku katakan, bagaimana aku merealisasikan ucapan tersebut pun
Beberapa kali aku mencoba WA dia, namun tetap saja tidak berbalas. Aku mencoba melupakan Noni untuk fokus kepada pekerjaanku yang semakin padat. Tidak terasa, sudah hampir dua minggu tetap tidak ada kabar dari Noni.Suatu hari, tiba-tiba dia muncul di Jakarta, dia meminta aku untuk datang ke sebuah hotel. Rupanya Noni dijebak oleh temannya, dan ingin dijual pada lelaki hidung belang. Untung saja dia segera menghubungiku, dan aku membawa dia keluar dari hotel tersebut.Akhirnya dia aku tempatkan di sebuah hotel, dan rencananya besok baru aku antar pulang ke Bandung. Noni tidak mau nginap di hotel kalau tidak ditemani aku, sementara aku tidak ingin apa yang tidak aku inginkan terjadi."Kalau om Danu gak mau temani aku, ngapain om membawa aku keluar dari hotel tersebut? Biar aja aku jadi santapan lelaki hidung belang!!” ucap Noni kesal.Akhirnya aku temani dia malam itu, aku kasih alasan ke rumah kalau aku tidak pulang, ka
Aku benar-benar merasa kehilangan Noni, tidak ada sama sekali komumikasi yang biasa aku lakukan sejak terakhir menerima pesan darinya. Aku sangat khawatir kalau penyakitnya kembali kambuh.Di tengah penantianku menunggu khabar dari Noni, keponakan isteriku mengajakku untuk bertemu. Meski keponakan isteriku dia sangat dekat denganku, namanya Yosi. Yosi telepon aku saat aku sedang di kantor,“Om.. ada waktu gak? Yosi mau kenalin teman nih, mau gak?” Tanya Yosi. Aku berkata dalam Hati, “Apa lagi nih.. pasti Yosi mau kenalkan temannya ABG juga.” Ucapku dalam hati.Begitu istirahat makan siang aku ajak Yosi ketemuan di cafe yang ada di dekat kantor. Aku merasa aneh dengan diriku sendiri karena selalu dekat dengan ABG, seakan-akan takdirku selalu bertemu ABG.Singkat cerita, bertemulah aku dengan Yosi dan temannya yang ABG juga. Yosi perkenalkan temannya, “Om kenalin Maura temanku, masih ting ting lho om..” Ujar Yosi sambil senyum-senyum menatapku. Aku
Akhirnya aku jawab pertanyaannya, “Maura.. sejak awal om kenal kamu, om sudah tertarik sama kamu, hanya saja om gak bisa ungkapkan, om sayang sama kamu kok.” Jawabku. Maura kembali mencecarku dengan pertanyaan, dia tanya kenapa aku tidak pernah mau menidurinya dan tidur berdua dengannya.Aku cuma bilang pada Maura kalau aku tidak ingin menambah penderitaannya. Maura tiba-tiba sedih dan berurai airmata, “Om tahu gak sih? Kalau Maura sangat ingin tidur sama Om, dan om peluk dengan penuh kasih sayang?” Tanya Maura sambil terus menangis.Karena saat itu kami ngobrolnya di sebuah Cafe, aku tidak berani untuk memeluk Maura. Aku takut ada yang menyaksikan pertemuanku dengan Maura. Untuk memenuhi keinginannya, akhirnya aku ajak Maura ke sebuah Hotel di daerah Jakarta Pusat. Aku check in terlebih dahulu, setelah itu Maura menyusul aku ke kamar.Tidak lama setelah aku berada di kamar Maura datang mengetuk pintu. Begitu pintu aku buka Maura langsung memelukku, aku se
Aku cerita tentang pengalamanku berhubungan dengan ABG yang Hyper, yang tidak ada capeknya dalam berhubungan intim. Dalam satu kali pertemuan bisa berhubungan sampai berkali-kali, sehingga sampai membuat mataku berkunang-kunang.Belum selesai semua ceritaku tangan Maura sudah beraksi. Rupanya mendengar ceritaku Maura langsung terpancing gairahnya, dia pun tidak lagi mendengar ceritaku. Secara atraktif tangannya menjamah lembah bawahku, sehingga aku pun terpancing untuk meresponnya.Maura rupanya sudah benar-benar tidak bisa menahan gairahnya, dia mengambil posisi ‘woman on top.' Posisi itu dianggapnya paling nyaman bagi dirinya yang sedang hamil. Aku membiarkan Maura memimpin permainan, dan aku lebih kepada menerima. Dengan begitu aku bisa lebih hemat tenaga.Tidak lama setelah itu Maura mencapai pelepasan terlebih dahulu. Aku membalikkan posisinya berada di bawah agar aku bisa menuntaskan permainan dengan maksimal. Entah apa yang membuatku masih bisa bertahan,
Maura yang masih bermalas-malasan di tempat tidur tiba-tiba bilang, “Om.. sarapan pagi Yuk!!” Ujarnya. “Ya pesan aja Maura, tinggal pesan kok.” Jawabku dengan polosnya. Mendengar jawabanku Maura tertawa, “Hahaha.. Morning Sex maksudnya Om, bukan Morning Breakfast om!!” ujar Maura bercanda.“Kamu udah bersih-bersih belum?” tanyaku. Maura langsung turun dari tempat tidur, ditariknya tubuhku ke kamar mandi. Aku buru-buru melepaskan pakaian dan segera mengikuti keinginan Maura. Sebelum menghidupkan shower Maura sikat gigi terlebih dahulu.Begitu selesai sikat gigi dipeluknya tubuhku dibawanya ke bawah shower. Di bawah kucuran air yang keluar dari shower kami berpagut mesra dan saling mencumbu. Pelan-pelan Maura mencumbu tubuhku, mulai dari leher turun ke dada. Maura terus melancarkan aksinya sampai turun ke bagian bawahku.Segera aku angkat tubuhnya sejajar dengan tubuhku. Aku mendominasi Maura agar dia tidak melakukan yang
Di saat aku sedang tidak ingin berkencan dengan ABG, tiba-tiba Ita mengajakku untuk bertemu. Aku tidak bisa menolaknya, karena pertemuanku dengan Ita baru sebatas perkenalan biasa. Aku mengajak Ita bertemu di sebuah hotel di bilangan Jakarta Selatan dekat dengan lokasi syutingnya.Seperti yang sudah-sudah aku check in terlebih dahulu, setelah itu baru Ita menyusul. Pada kencan kedua ini Ita sudah mempersiapkan 2 saset alat kontrasepsi, itu artinya dia ingin tidak Cuma sekali. Padahal dengan Noni dan Maura aku tidak pernah menggunakannya. Atas dasar itu aku meyakini kalau Ita sudah biasa melakukan hal itu.Ita memposisikan dirinya untuk melayaniku, jadi semua inisiatif dari Ita, aku tinggal membalas serangan yang dilakukannya. Dalam pandanganku Ita juga baik sikapnya, hanya saja sangat berbeda dengan Noni dan Maura. Ita sangat agresif, dia tahu bagaimana memancing gairahku.Mungkin karena responku tidak terlalu membuatnya puas, dia pun menarik tanganku ke a
Keesokan harinya Grace telepon aku, dia mengutarakan kesulitannya. “Om bisa bantu aku gak? Aku lagi kesulitan nih.. aku siap kok om mau apain juga.” Ujar Grace. Aku mulai berpikir dan aku sangat dilematis. Kalau tidak ditolong aku kasihan, karena Grace teman anakku. Kalau aku tolong, bisa-bisa aku jadi pamrih dengan peluang yang diberikannya.Aku bertemu dengan Grace hari itu juga. Tujuan ku menemuinya agar tahu apa yang menjadi kesulitannya, dan apa solusi yang akan kuberikan. Yang repotnya, dia minta ketemuannya di hotel. Alasannya tidak ingin ada yang mengetahui dan demi keamananku. Aku mulai tergoda lagi, dan aku memenuhi keinginannya.Singkat cerita aku pun check ini di sebuah hotel dan dia menyusul kemudian. Begitu sudah ketemuan malah bukan langsung cerita tentang kesulitannya, dia malah mengajak ngobrol sambil tiduran. “Busyet deh nih anak!!” Ucapku dalam hati. Grace tidak lagi seperti anak SMP seperti yang pernah aku kenal.