Home / Romansa / Terjebak Gairah Dosen Lumpuh / 5. Latar Belakang Blake

Share

5. Latar Belakang Blake

Author: Hana Reeves.
last update Huling Na-update: 2025-10-03 21:14:14

Blake Oxenberg menikmati acara berendam dalam bathubnya yang berukuran besar dengan air hangat ditambah bom busa yang semakin membuat kamar mandinya harum. Blake menyandarkan kepalanya di sandaran bathub dan memejamkan matanya.

Menjadi dokter bedah di usia 24 tahun dan termuda di Inggris Raya, membuat Blake disegani karena kejeniusannya hingga dia pun menjadi pribadi yang sombong dan arogan. Ditambah dia mendapatkan gelar professor di usia 31 tahun, membuat namanya semakin terkenal.

Blake memiliki wajah tampan dengan rahang tegas, rambut hitam tebal sedikit ikal, alis berbentuk pedang yang merupakan alis alaminya, mata biru yang sangat gelap seperti samudera ditambah bulu mata lentik, hidung macung terpahat sempurna khas aristokrat dan bibirnya yang tidak terlalu tebal tapi seksi, membuatnya banyak dikejar banyak kaum Hawa.

Blake sendiri termasuk selektif dalam memilih pasangan dan empat tahun lalu dia berkencan dengan Victoria McDean, salah satu anggota keluarga bangsawan Skotlandia, yang seorang desainer. Keduanya pergi bermain ski bersama di Alpen Swiss sekaligus merayakan Blake resmi menyandang gelar professor di bidang bedah. Mereka bermain ski hingga kecelakaan itu terjadi. Blake harus dirawat satu bulan di Zurich dan dokter memvonis dia mengalami kelumpuhan. 

Satu hal yang membuat Blake bersyukur, dokter mengatakan tulang belakangnya tidak mengalami cidera berat yang bisa mengakibatkan dia lumpuh permanen. Blake pun bersemangat bisa berjalan lagi namun tidak dengan Victoria. Wanita itu tidak mau memiliki pasangan yang duduk di kursi roda karena baginya, Blake cacat permanen. Keduanya bertengkar dan Victoria meninggalkan Blake begitu saja.

Sebulan setelah mereka putus, Blake melihat di berita bahwa Victoria dekat dengan salah satu bangsawan dari kerajaan Monaco. Blake hanya bisa marah dan merasa dibohongi karena Victoria hanya mementingkan nama dan privilege saja. Terutama prestis karena bisa menggandeng salah satu dokter bedah jenius yang juga kaya raya karena salah satu bangsawan tertua di Skotlandia yang masih ada kekerabatan dengan kerajaan Luxembourg.

Semenjak itu, Blake menutup hatinya dengan yang namanya wanita karena baginya, semua wanita sama saja. Matrelialistis dan hanya memanfaatkan nama serta uangnya dia saja. Blake juga menjadi pribadi yang sulit dan semua orang tidak bisa perfeksionis macam dirinya jika berhubungan dengan bedah dan ilmu kedokteran. Tak heran jika banyak anak mentornya menjuluki dirinya sebagai Devil in Wheel Chair.

Blake memejamkan matanya, menikmati suasana relaks dan harum wood yang memenuhi kamar mandinya. Suara ketukan di pintu kamar mandi, membuat matanya pun terbuka.

"Masuk," ucapnya dan tak lama Albert pun masuk. "Ada apa Albert?"

"Apakah tuan sudah selesai berendam? Mau saya bantu?" jawab Albert.

"Aku sudah berendam berapa lama?"

"Hampir setengah jam, tuan."

Blake mengangguk. "Sepertinya aku terlalu lama."

Albert mengambil kursi roda yang memang khusus di kamar mandi dan diletakkan di pinggir bathub. Pria berusia lima puluh tahun itu pun meraih handuk besar yang disampirkan di bahunya. Albert membantu Blake untuk bangun dan keluar dari bathub lalu duduk di kursi rodanya. Handuk besar tadi ia berikan pada Blake agar bisa menyeka sisa-sisa airnya.

"Anda ingin ke shower?"

"Iya Albert."

Dengan telaten, Albert membantu tuannya. Setidaknya, Blake sekarang sudah lebih baik dari awal kecelakaan. Tiap tiga kali seminggu, ada seorang terapis yang datang untuk membantu fisioterapi kaki Blake. Sekarang Blake sudah bisa menggerakkan kakinya meskipun masih agak diseret tapi semua otot massanya mulai kembali setelah dua tahun terapi.

"Jeff datang besok?" tanya Blake setelah Albert memapahnya naik ke atas tempat tidurnya.

"Iya tuan. Master Jeff akan datang besok pagi sebelum anda ke rumah sakit pukul sepuluh pagi," ajwab Albert sambil membenarkan selimut.

"Kamu tenang saja Al, sebentar lagi, kamu tidak akan repot-repot lagi seperti ini karena aku akan bisa berjalan lagi seperti dulu." Blake tersenyum ke arah pelayannya.

"Itu yang saya doakan setiap hari tuan. Jujur saya rindu melihat anda berjalan-jalan di taman atau jogging keliling kastil," ucap Albert. "Bersemangatlah tuan."

"Selalu Albert. Selamat malam."

"Selamat malam, tuan."

Blake mencari posisi yang nyaman dan tak lama dia pun terlelap. Albert pun keluar dari kamar setelah mengganti lampu kamar menjadi remang-remang. Blake memang tidak bisa tidur dengan lampu terang. 

Keesokan paginya, Blake kedatangan terapisnya, seorang pria muda bernama Jeff. Dia adalah salah satu terapis yang direkomendasikan oleh rekan kerjanya di rumah sakit setelah banyak terapis yang tidak betah dengan sikap dan sifat Blake yang arogan dan sulit. Jeff berbeda. Dia adalah tipe orang yang santai dan cuek dengan segala sikap kliennya karena tujuannya adalalh kesembuhan pasiennya.

"Pagi Blake ...." Jeff tersenyum lebar seperti sinar mentari di pagi hari. Jeff memang tidak memanggil Blake dengan gelarnya tapi langsung nama agar lebih enak. Blake sendiri tidak mempermasalahkan karena selama ini pun Jeff tidak pernah kurang ajar.

"Pagi Jeff. Sarapan?" tawar Blake sambil membaca jadwalnya di Ipadnya.

"Boleh!" Jeff pun duduk di sebelah Blake dan Albert segera menuangkan kopi di cangkir yang sudah disediakan. "Terima kasih Albert."

"Sama-sama Master Jeff," jawab Albert.

"Hari ini kita akan lanjutkan yang di palang sejajar, ya Blake," ucap Jeff sambil menyesap kopinya.

"Oke," jawab Blake pendek.

Jeff menatap kliennya. "Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggu kamu?" 

Blake menoleh ke Jeff. "Hanya memikirkan operasi yang sangat sulit siang nanti."

Jeff mengangguk. "Tenang, fokus, konsentrasi ... Itu kan yang selalu kamu bilang?"

"Benar."

Albert datang bersama dengan pelayan sembari membawa kan piring-piring berisikan sarapan mereka.

"Kita sarapan cepat, Jeff. Aku sudah tidak sabar terapi."

Sementara Blake dan Jeff hendak melakukan terapi, Brigitta datang pagi ke rumah sakit karena ada salah satu residen tidak bisa datang pagi dan pihak rumah sakit menghubungi dirinya untuk menggantikannya. Brigitta pun menyanggupi karena dia sendiri merasa bingung di flat. Brigitta lalu menemui para pasien-pasien kemarin untuk memeriksa kondisi mereka pagi ini sebelum dimulainya diskusi kasus pagi har atau biasa disebut morning report.

"Selamat pagi Mrs Smith, bagaimana rasanya bekas operasi? Apakah masih sakit?" sapa Brigitta ke pasien yang kemarin dia tenangkan dan Blake tidak suka.

"Pagi, darling. Thanks God hari ini sudah mulai berkurang rasa sakitnya," senyum Mrs Smith.

"Saya periksa dulu ya kondisi anda." Brigitta lalu memeriksa kondisi pasiennya bersama dengan seorang suster. "Semuanya baik dan kita tinggal menunggu keputusan Professor Oxenberg kapan anda diperbolehkan pulang."

Mrs Smith tampak berbinar. "Oh, aku sudah tidak sabar bertemu dengan semua tanaman bonsaiku."

Brigitta tersenyum lalu dia berbincang sebentar dan berpamitan ke wanita itu. Saat dirinya berada di luar, seseorang menarik tangannya.

*** bersambung ***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   42. Pulanglah

    Blake tidak bosan-bosannya memandang putranya yang sedang menikmati kolostrum pertamanya dn dia tidak memperdulikan Dokter Zach masih menyelesaikan tindakannya pada Brigitta. Istrinya menatap judes ke Blake karena dia macam mengalami disfungsi sebagai seorang dokter bedah."Blake! Bagaimana bisa kamu tidak berbuat apa-apa padahal kamu adalah seorang dokter bedah terkemuka di Skotlandia!" desis Brigitta membuat Blake baru sadar bahwa ada orang lain yang menyetuh tubuh istrinya."Sudah selesai, Profesor Oxeberg. Dokter Colby sudah saya jahit," senyum Dokter Zach. "Bukankah anatomi semua manusia sama?"Blake menoleh ke arah Dokter Zach. "I'm so sorry. Aku terlalu fokus dengan Bri dan bayi kami," ucap Blake dengan perasaan tidak enak."Tidak apa-apa. Dokter Colby, aku permisi dulu karena anda sudah ada suami anda. Profesor Oxenberg, tolong jaga istri dan anak anda." Dokter Zach membereskan semua peralatannya dan dibantu oleh Alfred. Dokter Zach membersihkan tangannya kemudian menyalami Bl

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   41. Bertahanlah

    Dokter Zach menatap wajah tidak bersahabat Blake dan dia tahu bahwa pria di hadapannya adalah suami Brigitta. Dokter Zach sangat paham kenapa Blake seperti itu apalagi dia juga sudah berjanji pada Brigitta untuk tidak memberitahukan pada siapapun termasuk suaminya sendiri."Senang bertemu dengan ...?" "Blake. Blake Oxenberg," jawab Blake dingin membuat Dokter Zach terkejut saat tahu siapa nama lengkap suami Brigitta. Dia tidak menyangka jika pria yang disebut dengan B oleh Brigitta, adalah pria kaya raya di Skotlandia. "Senang bertemu dengan anda, Dokter ... eh tidak, Profesor Oxenberg." Dokter Zach mengulurkan tangannya dan disambut sedikit ogah-ogahan oleh Blake. "Sekarang, apakah kamu tahu dimana istriku?" tanya Blake tanpa basa-basi dan Dokter Zach hanya tersenyum. "Apakah anda akan membawa Dokter Colby pulang?" balas Dokter Zach tanpa takut. "Aku harus membawa Bri pulang karena dia hendak melahirkan! For god's sake! Aku ingin berada di sampingnya selama proses melahirkan itu

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   40. Blake dan Dokter Zach

    Blake tampak termangu di ruang tengah rumah milik Lucy dan dia bisa membayangkan Brigitta sibuk di dapur, menikmati teh panas sambil memandang luar jendela yang memperlihatkan pemandangan indah. Pemandangan pegunungan hijau dengan domba-domba yang dilepas oleh penggembala untuk merumput, melihat rubah keluar di malam hari guna mencari makan. Blake tidak akan heran jika Brigitta meletakkan piring diatas pagar untuk makanan burung-burung liar yang datang.Pria itu membuka pintu kamar tidur yang dia yakini adalah kamar Brigitta dan tersenyum karena feelingnya benar. Dia melihat baju-baju istrinya masih ada dan sebuah buku tentang kehamilan ada di sisi kanan atas nakas sebelah tempat tidurnya. Blake melihat ada pembatas di buku itu dan membukanya. Matanya mengenali tulisan tangan Brigitta yang mencatat disana dengan banyak note macam-macam."Sangat khas kamu, Bri. Jika ada suatu hal yang kamu pertanyakan atau tidak tahu, pasti kamu berikan catatan disana." Blake tersenyum karena sangat ha

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   39. Mendapatkan Petunjuk

    Brigitta melihat kamarnya dan mengakui tidak terlalu berbeda dengan kamarnya kemarin. Brigitta bahkan bisa melihat pemandangan indah dari jendela kamarnya dan suasananya sangat menenangkan hati. Suara ketukan di pintu membuat Brigitta menoleh."Maaf Dokter Colby tapi aku harus kembali ke Killin untuk mengambil semua baju kamu dan perlengkapan semuanya." Dokter Zach tersenyum lembut. "Kamu tenang saja, aku tidak akan terburu-buru karena tahu akan membuat curiga suamimu kan?""Iya kalau Blake masih ada disana ... tapi kalau sudah pulang, aku lebih suka tinggal di Killin." Brigitta menatap serius ke dokter Zach."Jika situasinya sudah kondusif, kita akan kembali ke Killin.""Jika begitu, jangan semua baju kamu aku ambil. Anggap saja kamu sedang piknik ya?" ucap Dokter Zach."Terima kasih Dokter Zach."Dokter senior itu pun pergi meninggalkan Brgitta sendirian di rumah Braemar. Merasa gabut, Brigitta pun mencari kesibukan dengan membersihkan rumah dan membuat makanan dari kaleng makanan

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   38. Braemar

    Mary tersenyum ke arah Blake. "Anda mencari wanita yang sedang hamil bernama Brigitta Colby? Maaf, tapi dia sudah pergi, menghilang entah kemana."Blake melongo. "Apa? Anda berbohong!""Anda bisa memeriksa sendiri." Mary mengedikkan dagunya dan Blake pun bergegas masuk ke dalam rumah. Pria itu melihat tanda-tanda Brigitta pergi terburu-buru pergi. Blake menghampiri teko yang ada di atas meja makan dan merabanya dengan punggung tangannya. Masih hangat. Blake merasa istrinya belum terlalu lama pergi karena teko teh itu belum terlalu lama ditinggal di atas meja dan udara sekarang baru masuk musim gugur jadi teh panas bisa menjadi dingin dalam waktu tidak lama."Dimana Brigitta? Dimana istriku?" tanya Blake ke Mary. "Siapa namamu?""Namaku Mary dan aku adalah sesepuh disini anak muda. Siapa namamu?" balas Mary dengan gaya kalem." Namaku Blake dan Brigitta Colby adalah istriku. For God's sake, dia sedang hamil anakku!" seru Blake kesal."Aku tidak tahu Brigitta kemana. Jika kamu memang s

  • Terjebak Gairah Dosen Lumpuh   37. Vanished

    EdinburghAlbert mendapatkan detektif yang berbeda dari apa yang disewa oleh Blake. Dokter bedah itu berharap akan mendapatkan informasi yang akurat dan bisa menemukan Brigitta dan bayi yang masih di dalam kandungannya. Blake tidak mau ada hilang moment saat proses kelahiran anaknya nanti."Apakah detektif yang ini, bisa menemukan Bri?" tanya Blake ke Albert."Saya harap bisa tuan. Semakin banyak orang yang mencari, bukankah kemungkinan ditemukan akan semakin besar?" jawab Albert.Blake mengangguk. "Kamu benar. Aku tetap merasa Lucy tahu semuanya."Albert mengangguk. "Saya juga merasa demikian."***Seminggu KemudianBrigitta merasa akhir-akhir ini suasana di desa Killin tidak nyaman dan seperti ada yang mengawasi dirinya. Dokter Zach yang melihat rekannya tampak tidak nyaman, ikut penasaran kenapa Brigitta seperti itu."Ada apa Dokter Colby?" tanya Dokter Zach saat melihat Brigitta tampak gelisah."Rasanya seperti ada orang yang mengawasi saya, Dokter Zach," jawab Brigitta.Dokter Za

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status