Share

Ancaman Gila Nala

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-10 20:00:49

Waktu sudah menunjuk angka enam pagi. Evi baru keluar dari kamarnya dan langkahnya langsung terhenti ketika melihat Nala sudah duduk di meja makan seolah tengah menunggu dirinya.

“Bu Nala? Sejak kapan dia ada di rumah?” gumamnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.

“Kamu sudah bangun. Bagus,” ucap Nala ketika melihat sosok Evi yang berdiri dekat dapur.

Evi langsung mengangguk dan menyapa wanita itu dengan sopan. “Selamat pagi, Bu.”

“Aku tidak ingin basa-basi, Evi.” Nada suara Nala langsung menembus jantung. “Aku ingin laporan.”

“Laporan, Bu?” Evi mengangkat kepala dengan pelan.

“Ya. Selama dua hari aku tidak ada di rumah. Apa saja yang dia lakukan? Jam berapa dia sampai? Apakah ada tamu? Telepon? Atau tanda-tanda mencurigakan lainnya?”

Evi menelan ludah. Tenggorokannya mendadak kering. Dia sudah menduga Nala akan menanyakan tentang laporan lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Nala apa"an sih so bosi banget, plaing victim lu Nala, lu curiga begitu karena lu yang begitu ye kan..
goodnovel comment avatar
lapis_legit
bener² gila si Nala semua yang kamu suruh itu diluar tanggung jawab Evi tapi yang kamu tuduhkan ke suami yg bermain belakang itu tersangkanya Evi ehhhhh
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
udahhlahh Evi ini kesempatan lebih baik kamu pergi saja dari pada kamu d desak sana sini kan bingung sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Rupanya Liam Bisa Selingkuh Juga

    Liam baru saja tiba di kantor. Suasana masih lengang, belum banyak karyawan yang datang.Sinar matahari pagi menembus jendela besar ruangannya, menerangi meja kerjanya yang tertata rapi.Dia baru saja duduk di kursi putar kulit hitam kesayangannya ketika pintu ruangannya terbuka pelan.“Masih pagi, Ardi. Kamu sudah bawa tumpukan dokumen aja,” ucap Liam setengah malas ketika melihat Ardi—sahabat sekaligus rekan kerjanya—muncul sambil menenteng map tebal berisi berkas-berkas yang sepertinya akan menyita banyak waktu.Ardi menyeringai sambil meletakkan dokumen-dokumen itu di meja Liam. “Pak Bos udah nanya dan harus segera konfirmasi ke kamu. Kayaknya dia mau mempercepat progresnya karena duitnya gede. Proyek luar negeri yang kemarin itu,” jelasnya lalu menjatuhkan diri ke sofa di sudut ruangan dan menyilangkan kaki dengan santai.Liam menghela napas lalu mulai membuka halaman demi halaman berkas tersebut. Matanya menelusuri angka dan paragraf panjang dengan ekspresi serius.“Istrimu masi

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Sikap Lembut yang Tidak Bisa Diabaikan

    “Nggak juga. Aku hanya bicara fakta,” ucap Liam pelan dan matanya tak lepas dari wajah Nala yang kini terlihat memerah karena kesal.Wajah itu—yang dulu dia kira anggun dan kuat—kini hanya tampak penuh tuntutan dan keluhan.Tatapan Nala menyala marah, tapi dia tidak berkata apa-apa lagi.Bibirnya terkatup rapat dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Napasnya naik turun menahan emosi yang jelas sudah memuncak.Dengan langkah cepat dan berat, Nala berbalik lalu berjalan menuju kamar mandi. Suara pintu kamar mandi yang ditutup sedikit keras menggema di seisi kamar, namun Liam sama sekali tidak bergeming.Liam hanya menggeleng pelan, lalu menghela napas panjang seakan baru saja lolos dari medan pertempuran emosional.Dia meraih ponselnya di meja samping ranjang dan menyalakan layar. Sebuah pesan masuk dari Evi masih menyala di notifikasi.Evi: Terima kasih, Pak.Liam menatap pesan singkat itu. Ada se

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Bukan Uang yang Didapat, Justru Hinaan

    Nala beranjak dari duduknya dengan gerakan cepat. Tumit sepatunya menghentak lantai keras, menciptakan bunyi nyaring yang membuat Evi refleks menegakkan tubuhnya.Tatapan dingin Nala menusuk wajah Evi seperti belati. Matanya menyipit penuh amarah, dan napasnya terdengar berat.“Kamu minta uang? Yang benar saja, Evi?!” Suaranya meninggi dan menggelegar di ruang tamu yang tadinya sunyi.“Bahkan kamu dapat informasi soal Liam ada di hotel aja dari aku. Dan kamu minta uang? Apa kamu gila, hah?!”Pekikan itu menghantam telinga Evi seperti tamparan. Tubuhnya langsung menciut. Bahunya menguncup, dan kepala tertunduk rendah. Matanya menatap lantai, nyaris tak sanggup mengangkat wajah.“Ma-maaf, Bu. Saya butuh uang untuk pengobatan ibu saya. Dan Ibu juga sudah menjanjik—”“Menjanjikan apa?!” Nala memotong dengan tajam dan matanya kini melebar.“Aku tidak pernah menjanjikan apa pun ke

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Menagih Janji pada Nala

    Evi menganggukkan kepalanya dengan cepat, nyaris refleks. Napasnya sedikit tertahan, seolah takut satu kata saja bisa membuat Nala meledak.“Iya, Bu. Mungkin sekitar tiga jam saya menunggu di sana. Dan setelah melihat Pak Liam ada di restoran sedang bertemu dengan kliennya itu, saya langsung fotokan. Saya juga menunggu sampai meeting itu selesai, Bu,” ucap Evi setenang mungkin meskipun detak jantungnya berdebar.Dia kembali harus memainkan perannya sebagai mata-mata gadungan, berjalan di atas tali yang sangat tipis—antara perintah Nala dan kenyataan yang sebenarnya jauh lebih rumit dari apa yang terlihat.Sementara Evi berbicara, Nala hanya duduk diam. Kedua tangannya kini dilipat di dada, napasnya diembuskan panjang dari hidungnya, tampak jelas bahwa pikirannya sedang bercabang ke banyak arah.“Bisa-bisanya aku menuduh Liam macam-macam. Padahal aku tahu sifat dia kayak gimana,” gumam Nala lirih, namun masih terdengar jelas o

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Jangan Bertingkah Aneh

    Nala menggigit bibir bawahnya dengan pelan, menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan foto kiriman dari Evi.Jemarinya yang menggenggam ponsel tampak sedikit gemetar. Meski tak ada adegan mesra, hanya dokumentasi formal pertemuan bisnis, tetap saja rasa curiga menusuk dadanya seperti sembilu.Wajahnya tegang, rahangnya mengeras. Tapi sebelum dia bisa berkata-kata, suara berat Rafael memotong keheningan itu dari arah sofa di seberangnya.“Udahlah, Nala. Aku sudah bilang padamu, Liam tidak akan mengkhianatimu. Buktinya dia hanya sedang meeting dengan kliennya,” ucap Rafael santai sambil menyilangkan kaki.Di tangannya, sebatang rokok mengepul, aromanya menyebar memenuhi ruangan hotel yang mereka sewa untuk urusan proyek luar kota.Nala menghela napas kasar, begitu berat hingga dadanya naik-turun. Dia bersandar ke kursi dan mengusap keningnya dengan telapak tangan. “Ya, aku tahu. Aku cuma penasaran kenapa dia menolak bercinta d

  • Terjebak Gairah Panas Majikanku   Si Perhitungan

    Liam mengendikkan bahunya pelan, seperti tidak ingin terlalu larut dalam pembicaraan yang baginya sudah lama dia simpan dalam diam.“Aku sibuk, Evi. Kantorku juga sedang banyak tender dan aku sering meeting ke sana kemari. Tidak sempat mencaritahu apa yang Nala sembunyikan dariku. Tapi, aku sudah menaruh curiga bahwa dia ada main dengan bosnya itu,” ucap Liam sambil menatap langit-langit kamar.Evi terdiam. Tangannya menggenggam selimut di atas tubuhnya, dan matanya perlahan menatap ke arah Liam.Kalimat tadi menghujam keras di benaknya. Ternyata, Liam tahu. Dia tahu semuanya—tapi memilih tidak mencaritahu lebih lanjut.Entah karena tidak sempat, atau memang tidak mau menghadapi kenyataan lebih cepat dari waktunya.Ada rasa aneh yang menggantung di hati Evi. Luka yang samar, seperti tergores tanpa disadari.“Kalau tahu Bu Nala melakukan itu, kenapa Bapak juga lakukan ini dengan saya?” tanyanya dengan suara pelan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status