Share

Bab 2

Penulis: Leona Valeska
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-25 16:31:34

Seluruh mata tertuju pada pria berusia tiga puluh tiga tahun itu. Tegas, tampan, berwibawa. Mata gelapnya mampu meluluhkan semua staff dan jajaran penting di sana. Termasuk Aruna. 

Sementara Aruna merasa tubuhnya membeku. Ia menundukkan kepalanya, berusaha mengendalikan gemetar di tangannya. 

“Astaga. Kenapa dunia sempit sekali. Kenapa harus Raka yang menjadi CEO baru di sini?” gumamnya sembari menggigit bibir bawahnya. 

Setelah perkenalan singkat dengan seluruh staf, Raka memanggil Aruna ke ruangannya.

Kantor megah di lantai atas, dengan jendela lebar yang menampakkan panorama kota London, terasa menekan ketika pintu tertutup.

“Jadi, kau bekerja di sini selama ini,” ucap Raka tanpa basa-basi dan matanya menelisik setiap gerak tubuh Aruna. “Dan kau tidak pernah berniat memberitahuku apa pun?”

Aruna menelan ludahnya dengan pelan. “Aku tidak ingin mengganggumu lagi, Raka.”

Raka menyandarkan tubuh ke kursi kulit hitam dan tangannya bertaut di depan dada.

Mata gelapnya menatap tajam wajah mantan istri yang sudah meninggalkannya dua tahun yang lalu tahu sebab.

“Tidak ingin mengganggu?” Raka mengambil notulen yang diberikan oleh sekretarisnya dan membaca list di sana.

Tampak nama Aruna yang ingin mengunjunginya. Dia kemudian menatap datar wajah Aruna. “Ada apa kau ingin menemuiku?” tanyanya kemudian.

Aruna menelan ludahnya berkali-kali. “Aku … jujur saja aku tidak tahu kalau CEO baru di sini ternyata kau. Aku baru bekerja di kantor ini enam bulan yang lalu. Dan tidak pernah mendengar namamu disebut-sebut sebelumnya.”

“Katakan apa yang ingin kau katakan, Aruna!” ucapnya dengan tegas.

Aruna menatap wajah Raka dengan tatapan penuh dengan perasaan campur aduk. Selama ini Raka tidak tahu bahwa anak semata wayang mereka sedang sakit, karena Aruna saja baru tahu anaknya sakit saat mereka sudah berpisah.

“Nayla … anak kita—”

“Ada apa dengan Nayla? Kau membiarkan dia dirawat oleh ibumu yang sakit-sakitan itu?” potong Raka kemudian.

Aruna menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak. Aku merawatnya dengan Maggie—sahabatku. Nayla … dia menderita penyakit jantung dan sekarang butuh uang untuk operasi. Aku ingin meminjam uang padamu untuk—”

“Apa?!” Suara Raka langsung menggelegar di sana. “Sejak kapan anak itu sakit, Aruna?” tanyanya kemudian.

Aruna menggigit bibirnya mendengrnya. Air matanya hampir jatuh, tapi dia menahannya.

“Sejak lahir. Dokter baru memberi tahu penyakit jantungnya setelah kita berpisah.” Aruna menjawab dengan suara gemetar.

“Apa?” suara Raka meninggi bahkan memukul meja hingga getaran terasa.

“Dan kau memilih diam saja selama bertahun-tahun? Kau biarkan aku hidup dalam kebodohan, seolah aku tidak punya hak sebagai ayah? Kau tega melakukan itu padaku, Aruna?”

“Aku hanya ingin melindungi dia, Raka. Aku takut … takut jika kau tahu, kau akan membenci kami.”

“Yang kau lakukan justru membuatku membencimu lebih dari siapa pun, Aruna,” balas Raka dan suaranya penuh bara.

“Aku punya hak atas anakku, Aruna. Dan kau membiarkan aku tidak tahu apa-apa soal penyakitnya? Ibu macam apa yang sudah menyembunyikan sakit yang diderita oleh anaknya dari ayahnya? Kau benar-benar ingin memisahkan aku dengan anak kita, bukan?”

Aruna menarik napasnya dengan panjang mencoba menegakkan tubuh. Ia harus menyingkirkan rasa bersalah, setidaknya untuk sementara. Ada sesuatu yang jauh lebih penting.

“Ya. Aku tahu. Aku tahu ini semua salahku. Tapi, aku rasa bukan saatnya untuk berdebat, Raka.”

“Bukan saatnya?” Raka menyunggingkan senyum sinis dan matanya menatap tajam wajah Ariana. “Kau sudah menyembunyikan penyakit Nayla, itu artinya kau sanggup membiayai pengobatannya!”

Aruna terdiam mendengarnya. Dia hanya memainkan jarinya sembari menundukan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa.

“Kenapa diam? Katanya, ada yang ingin kau bicarakan denganku,” pancing Raka kemudian.

Dia ingin tahu apa yang ingin Aruna katakan padanya.

Aruna menatap lirih wajah Raka. “Tolong pinjamkan aku uang. Nayla harus segera dioperasi. Tanpa itu, dia tidak akan bertahan. Malam ini Nayla harus sudah masuk ruang operasi agar dia selamat.”

Raka menatapnya lama seakan tengah menimbang apa yang diminta oleh mantan istrinya itu.

Lalu bibirnya melengkung tipis. “Dan kau datang padaku di saat terjepit. Dulu ke mana saja, hm? Sangat tidak membutuhkanku? Begitu?”

“Raka, aku tidak punya siapa pun lagi,” suara Aruna bergetar. “Aku akan melakukan apa saja. Apa pun yang kau minta. Asal Nayla bisa selamat. Aku mohon.”

Raka kemudian berdiri dan berjalan perlahan mendekati Aruna.

Tubuh tinggi tegapnya menjulang, aroma parfum maskulin menyeruak, hingga membuat Aruna semakin sulit bernapas. Dia berhenti hanya sejengkal di depannya dan menatap dalam ke matanya.

“Apa saja?” tanya Raka datar namun, penuh dengan tekanan.

Aruna menutup mata sejenak lalu mengangguk. “Ya.”

Raka mendekatkan wajahnya, suaranya menurun, nyaris berbisik. “Kau tahu, Aruna, aku bisa saja langsung menghubungi bank, atau menandatangani cek sekarang juga. Tapi, aku tidak akan melakukannya begitu saja.

“Kau telah menyembunyikan penyakit anakku selama ini. Kau membuatku kehilangan tahun-tahun yang seharusnya aku tahu, aku temani dia. Sekarang, aku ingin kau membayarnya. Bukan dengan uang … tapi dengan dirimu.”

Aruna mengadahkan kepalanya menatap Raka. “Apa maksudmu, Raka?” tanyanya kemudian.

“Layani aku kapan pun aku mau. Itu syaratku. Terima, atau biarkan anak kita mati.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 9

    Langkah Aruna terasa seperti berlari di tengah kabut tebal. Napasnya terengah, tubuhnya gemetar, seolah dunia menindih pundaknya.Begitu pintu ruang tunggu operasi terlihat, dia segera menghampiri sosok Maggie yang duduk gelisah di kursi panjang.“Maggie!” suara Aruna tercekat.Maggie sontak berdiri dan menoleh cepat ke arah Aruna. “Aruna … akhirnya kau datang.”Dia mengusap lengan Aruna dengan pelan. “Operasinya belum selesai. Nayla masih di dalam.”Aruna mengusap dadanya tengah mencoba meredam rasa panik yang kian menyesakkan.“Bagaimana? Apakah dokter bilang sesuatu? Apa ada harapan?” tanyanya dengan nada cemas.Maggie menggeleng lemah. “Belum ada kabar. Mereka masih berusaha sekuat tenaga. Aku hanya bisa berdoa, Aruna.”Aruna menelan ludahnya. Kakinya lemas dan akhirnya duduk di kursi tunggu.Kedua tangannya bergetar menutupi wajahnya. Air mata yang sudah kering itu kembali jatuh.“Semoga operasi anakku berjalan dengan lancar,” bisiknya lirih.Maggie memandanginya dengan tatapan c

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 8

    Begitu pintu terbuka, tampak seorang wanita muda dengan gaun malam elegan berdiri di depan sana.Wajahnya cantik, tapi kini terhalang oleh amarahnya. Mata tajamnya langsung menatap Raka dengan penuh tuntutan.“Raka!” suaranya nyaring. “Kenapa kau tidak menjawab panggilanku? Sudah berkali-kali aku telepon! Apa yang kau lakukan di dalam sini?!” teriaknya penuh dengan amarah.Raka berdiri santai lalu menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu. “Aku sedang sibuk.”“Sibuk?!” Selina mendengus tak percaya.“Sibuk dengan siapa? Jangan bilang ada orang lain di dalam!” Ia mencoba mendorong pintu, namun Raka cepat-cepat menahan. Tubuhnya yang tegap menjadi penghalang sempurna.“Jangan pernah masuk ke kamarku tanpa izin,” ucapnya dengan nada dingin. “Tidak peduli siapa pun kau.”Selina terbelalak mendengar ucapan Raka. “Tidak peduli siapa pun? Aku ini tunanganmu, Raka! Tunanganmu! Apa kau sudah gila menolak aku masuk?!”Raka menajamkan tatapannya menatap sinis ke arah Selina. “Aku tidak peduli. Aku s

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 7

    Raka terkekeh dengan suara beratnya. “Aku senang melihatmu memohon seperti ini,” bisiknya kemudian.Aruna menelan ludahnya. Rasanya ingin sekali mengambil alih dan menyentuh pria itu. Namun, dia tahan. Dia sudah sangat hina di hadapan Raka.Jika melakukan itu, Aruna akan semakin kehilangan harga dirinya di hadapan mantan suaminya itu.Raka menjauh dari Aruna dan justru mengambil sebatang di rokok di atas nakas.Aruna berdiri terpaku di dekat ranjang dan tubuhnya masih tegang meski kini Raka menjauh darinya.Sementara Raka bersandar pada kusen pintu balkon dengan sebatang rokok di antara jemarinya meski tak kunjung dia nyalakan.Keheningan itu terlalu panjang.Hingga akhirnya, Raka bersuara lagi. “Katakan padaku, Aruna,” ucapnya dengan nada dinginnya.“Siapa lelaki itu? Yang dulu kau sebut-sebut saat pergi dariku.”Aruna tersentak. Dadanya berdegup kencang begitu Raka membuka topik pembicaraan itu lagi.Ia menunduk dan menatap lantai marmer, tidak berani menatap Raka meski jarak mereka

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 6

    “Kau … sudah menikah lagi? Tapi, kenapa kau membawaku kemari? Bagaimana perasaan istrimu kalau tahu kau membawa wanita lain ke rumah ini?”Banyak sekali pertanyaan yang Aruna lontarkan pada Raka karena panik dan cemas usai mendengar ucapan Raka tadi.“Aku belum menikah lagi,” katanya singkat.“Masuk,” katanya datar.Aruna menelan ludahnya dan berjalan memasuki rumah megah itu di belakang Raka.Begitu pintu utama terbuka, Aruna langsung terpukau melihat kemegahan rumah itu.Dulu, saat mereka masih menjadi suami-istri, rumah yang mereka tinggali memang cukup besar. Namun, rumah yang kini ditinggali Raka dua kali lipat lebih besar.Langkah kakinya bergema di lorong panjang berlantai marmer putih.Lampu gantung kristal berkilau di langit-langit, sementara dinding dihiasi lukisan-lukisan klasik yang tampak mahal.Aruna berjalan pelan mengikuti Raka yang berjalan beberapa langkah di depannya.Ia memandang sekeliling dengan hati bergetar.‘Pantas saja,’ batinnya berbisik getir. 'Ternyata per

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 5

    “Tidak di sini. Aku tidak akan mengotori tempat kerjaku hanya untuk menyentuh tubuhmu lagi!”Raka mengambil kunci mobilnya di meja kerjanya dan mengancingkan jas hitamnya.“Ikut aku!” ucapnya dan keluar dari ruangan itu.Aruna mengerutkan kening dan berjalan di belakang Raka. Entah mau dibawa ke mana dirinya, Aruna tidak ingin bertanya, tapi sebenarnya penasaran.“Masuk,” titah Raka begitu mereka tiba di basement.Aruna menoleh sebentar ke arah Raka sebelum masuk ke dalam mobil sedan hitam milik pria itu.Napas panjang dia tarik sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil tanpa banyak kata.Begitu pintu tertutup, suara mesinnya bergemuruh dan membawa mereka meluncur ke jalanan yang tampak sepi.Hening.Hanya suara ban melibas aspal basah dan dentuman halus musik klasik dari radio mobil. Raka menyetir dengan tatapan lurus ke depan, seolah Aruna tak ada di kursi sampingnya.Aruna menggenggam erat pangkuannya, jari-jarinya saling mengait. Perutnya terasa mual oleh gugup. Ia ingin bicara, tapi

  • Terjebak Gairah Panas Mantan Suami   Bab 4

    Aruna bergegas pergi ke bank untuk mencairkan uang yang sudah diberikan oleh Raka. Awalnya dia ingin menulis dua ratus juta, sebagian untuk biaya perawatan anaknya.Namun, dia urungkan. Aruna tetap menuliskan nominal sesuai dengan keperluannya saja.Setelah beberapa menit berlalu, uang sudah ada di tangannya. Dia bergegas kembali ke rumah sakit untuk segera membayar administrasi biaya operasi sang anak.Hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja dia sudah sampai di sana. Aruna langsung membayar secara tunai uang yang diminta oleh pihak rumah sakit.“Tolong, segera atur jadwal operasi anak saya,” pinta Aruna dengan nada memohon.Pelayan rumah sakit langsung mengangguk dan segera mengurus segala berkas yang diperlukan.Aruna menunggu dengan cemas di kursi tunggu. Kedua tangannya menggenggam erat tas kecil yang kini terasa begitu berat, seolah menyimpan seluruh harapannya.Sesekali dia melirik ke arah ruang perawatan anaknya. Dari balik kaca, terlihat tubuh mungil yang masih terbaring

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status