Share

BAB 151

Penulis: Kak Upe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-05 20:47:02

Sinar senja mulai menyapu langit di luar jendela kantor, menandai berakhirnya hari yang panjang. Namun, bagi Valerie, hari itu belum berakhir. Di ruang desain yang sudah sepi, hanya terdengar suara gemerisik pensil di atas kertas. Zane sedari tadi terus memperhatikan istrinya yang asyik mendesain dari balik kaca dinding ruang kerjanya yang menghadap langsung ke area para desainer. Dia seharusnya menyelesaikan laporan keuangan, tetapi pemandangan Valerie yang begitu fokus justru menjadi magnet baginya.

Akhirnya, tidak tahan lagi, dia meninggalkan mejanya yang mewah dan berjalan menuju ruang desain. Zane mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu — sebuah pesan untuk membatalkan rapat singkat yang seharusnya dia hadiri sepuluh menit lagi. Setelah itu, Zane pun mendekati Valerie. Langkah kakinya yang ringan tidak terdengar oleh Valerie yang sedang asyik di dunianya.

Dia membelakanginya, melihat bahu Valerie yang tegang. "Kau sedang apa?" tanya Zane pada Valerie yang sedang sibuk menggam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 152

    Zane yang diusir oleh Valerie bukannya pergi tapi malah mendekati Valerie dari belakang. Langkahnya senyap, bayangannya jatuh menutupi cahaya lampu meja yang menerangi sketsa Valerie. Daripada menyerah, dia memilih strategi yang berbeda: menyelundupkan godaan melalui pintu nasihat profesional.Dia membungkuk, tubuhnya hampir menempel pada punggung Valerie, dan tangannya yang panjang meraih meja, menunjuk ke sebuah bagian pada desain. "Seharusnya kau padukan warna itu dengan warna yang sedikit menyala, agar jiwa bebas yang ingin kau masukkan ke dalam rancanganmu ini dapat dirasakan oleh orang yang memandangnya," Ucap Zane sambil menunjuk ke arah rancangan Valerie dari arah belakang Valerie. Suaranya tiba-tiba berubah, menjadi dalam dan penuh wibawa, layaknya seorang direktur yang memberi masukan pada bawahannya. Namun, kedekatan fisiknya sama sekali tidak profesional."Deg..."Jantung Valerie berpacu cepat saat wajah Zane tepat berada di samping wajahnya. Nafasnya tertahan. Kehadiran Z

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 151

    Sinar senja mulai menyapu langit di luar jendela kantor, menandai berakhirnya hari yang panjang. Namun, bagi Valerie, hari itu belum berakhir. Di ruang desain yang sudah sepi, hanya terdengar suara gemerisik pensil di atas kertas. Zane sedari tadi terus memperhatikan istrinya yang asyik mendesain dari balik kaca dinding ruang kerjanya yang menghadap langsung ke area para desainer. Dia seharusnya menyelesaikan laporan keuangan, tetapi pemandangan Valerie yang begitu fokus justru menjadi magnet baginya.Akhirnya, tidak tahan lagi, dia meninggalkan mejanya yang mewah dan berjalan menuju ruang desain. Zane mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu — sebuah pesan untuk membatalkan rapat singkat yang seharusnya dia hadiri sepuluh menit lagi. Setelah itu, Zane pun mendekati Valerie. Langkah kakinya yang ringan tidak terdengar oleh Valerie yang sedang asyik di dunianya.Dia membelakanginya, melihat bahu Valerie yang tegang. "Kau sedang apa?" tanya Zane pada Valerie yang sedang sibuk menggam

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 150

    Dengan perasaan lega sekaligus terbebani oleh rahasia besar yang kini dipikulnya, Zane memandangi Belvan. Janji yang baru saja diucapkannya terasa berat, namun dia bersungguh-sungguh. Keheningan sebentar menyelimuti ruangan itu sebelum Belvan memecahnya, mengalihkan pembicaraan ke masalah yang lebih praktis."Jadi sampai kapan kalian akan menutupi hubungan kalian? Aku lihat rekan-rekan kerja barunya tidak terlalu menghargainya," ucap Belvan kemudian. Sorot matanya menunjukkan keprihatinan yang tulus. Sebagai orang yang juga memperhatikan dinamika kantor, Belvan bisa melihat bagaimana Valerie, sebagai pendatang baru, diperlakukan.Zane menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan tekad istrinya. "Valerie ingin merahasiakan ini sampai dia mendapat pengakuan dari teman-temannya akan bakat yang dia miliki. Dia memang wanita yang keras kepala," akunya, suaranya penuh dengan campuran rasa frustrasi dan kekaguman. "Berkali-kali aku menawarkan bantuanku tapi dia meno

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 149

    "Kau mengawasiku selama ini Belvan?" tanya Zane dengan wajah tidak percaya bahwa dia bisa dalam pengawasan seseorang. Perasaan jijik dan kemarahan bercampur jadi satu. Rasanya privasinya, ruang paling pribadinya, telah diinjak-injak.Belvan menggeleng sambil tersenyum mengejek, "Bukan hanya aku, ayah pun mengawasimu!" jawabnya sambil tersenyum. Pengakuan itu seperti tamparan kedua yang lebih keras. Bukan hanya sepupunya, tapi ayahnya sendiri yang menjadi 'mata-mata'."Whats??!!!" teriak Zane yang kembali terkejut. Zane bahkan sampai berdiri. Tubuhnya yang tinggi tegak bagai tersambar petir. Dia tidak menyangka Arka, ayahnya, juga terlibat dalam pengawasan ini.Dengan emosi yang meluap, Zane berkacak pinggang dan berkata dengan marah. "Tapi untuk apa kalian mengawasiku! Kalian berdua sungguh keterlaluan!!" sentak Zane tidak terima ada orang yang mengawasi gerak-geriknya, meskipun itu saudara dan ayahnya. Baginya, ini adalah bentuk ketidakpercayaan dan pelanggaran batas yang parah.Belv

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 148

    Kerutan di dahi Zane semakin dalam saat ia berjalan menyusuri koridor yang sepi. Biasanya pada pukul setengah tiga, kantornya masih ramai dengan aktivitas, namun hari ini sunyi. "Kenapa orang-orang pada pulang?" Zane bertanya-tanya dalam hati saat melihat orang-orang di perusahaannya pada pulang, padahal hari baru menunjukan pukul dua lebih tiga puluh menit. Sebuah keanehan yang langsung menyalakan instingnya bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Zane berjalan sambil melihat jam dan memperhatikan sekitarnya. Langkahnya mulai tergesa, matanya menyapu setiap sudut yang kosong. Perasaan mulai tidak enak. Sebuah firasat buruk menggelitiknya. Zane yakin Belvan pasti sudah melakukan sesuatu untuk membalasnya yang tak kunjung datang padahal sudah berjanji akan segera bergabung di aula setelah meeting dengan pihak perusahaan Italia yang merupakan karangan Zane belaka. Rasa bersalah karena telah berbohong dan menelantarkan rapat besar mulai membayanginya.Dengan tekad yang bulat, Zane yang memp

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 147

    Belvan berdiri di podium, jari-jarinya tanpa sadar membelai permukaan jam tangannya. Detik demi detik terasa panjang dan berat. Kini sudah dua jam dia berbicara panjang lebar di depan semua orang di perusahaan ini. Suaranya yang biasanya lantang mulai menunjukkan kelelahan, dan materi presentasinya telah melenceng jauh dari agenda awal rapat.Bahkan Belvan benar-benar sudah kehabisan bahan pembicaraan. Pikirannya berputar-putar, mencari-cari topik apa lagi yang bisa dia tambahkan untuk mengulur waktu. Matanya sesekali melirik ke arah pintu, seolah menantikan sesuatu—atau seseorang—yang tak kunjung datang. Akhirnya, dengan napas dalam-dalam, dia memutuskan untuk mengakhiri sesi ini dengan sebuah kejutan. Hingga akhirnya dia berkata,"Dan yang terakhir yang aku ingin umumkan adalah untuk mengapresiasi kerja keras kalian semua dalam menyongsong peragaan busana musim depan, maka mulai besok pagi hingga weekend ini kita semua akan liburan bersama di HD Hotel." Ucap Belvan sambil membayangk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status