SALTING PAK BOS? UDAH UNGKAPKAN AJA MAH KATA KAK UPE! PERLU KAK UPE PINJAMI TOA MESJID???
“Astaga, Kakak Ipar!!” serunya panik melihat pakaian Valerie yang tidak seperti biasanya.Seingat Tama, tadi sebelum dipakai oleh Valerie, dia tidak merasa ada yang salah dengan pakaian yang dikirimkan oleh Frendi itu. Tapi setelah dipakai Valerie, mengapa jadi haram dipandang begini?Tama segera berlari ke kamarnya, mengambil jas yang dia kenakan tadi ketika datang ke vila ini.Segera Tama menutupi tubuh kakak iparnya dengan jasnya.“Udara malam ini sangat dingin, Kakak Ipar! Tidak baik memakai pakaian terbuka seperti itu,” ujar Tama berbohong. Padahal, dia hanya tidak ingin mata lelaki di pesta itu terfokus pada tubuh seksi kakak iparnya.“Hanya ini gaun yang agak layak dipakai,” ujar Valerie segan pada Tama. Tapi bagaimana lagi, gaun yang lain lebih parah dari ini.“But anyway, thanks.” Valerie berterima kasih karena Tama telah bersedia meminjamkan jasnya.“Kita kembali ke pesta?” ajak Valerie pada adik iparnya itu.“Ayo, di sini gandeng tanganku!” seloroh Tama, yang langsung mendap
“Kau salah besar, Kak!” ujar Tama.“Andaikan kakakku akhirnya harus membela satu dari kedua wanita itu, maka yang akan dibela oleh kakakku adalah Kak Natasya. Sebab dia adalah cinta pertama Kak Zane! Mereka sudah berpacaran sejak Kak Zane dan Kak Natasya kuliah. Dan satu lagi, kau juga salah. Sampai saat ini, kakakku yang bodoh itu sama sekali belum move on dari cinta pertamanya itu. Dia masih menyimpan Kak Natasya sangat jauh di dalam hatinya. Sedangkan Anita, dia hanyalah... heem... aku tidak tahu harus menamai apa hubungan Kak Zane dan wanita ini. Tapi yang pasti, wanita ini dan Kak Zane hanya sebatas hubungan mutualisme belaka. Dia membutuhkan uang, sedangkan Kak Zane membutuhkan wanita untuk membuat wanita lain mundur teratur darinya. Kak Zane tidak pernah benar-benar peduli pada Anita.”Tama sungguh sangat terperinci memberikan jawabannya. Tidak heran, di usia yang baru tujuh belas tahun, dia sudah bisa berada di semester empat perkuliahan. Analisanya sangat tepat dan mendalam,
“Aaaaaa...!!” teriak Natasya ketika seseorang menarik rambutnya dari belakang.“Lepaskan pacarku!!!” seru Anita penuh emosi.Awalnya Anita mengira dia datang ke pesta itu untuk melabrak sekretarisnya Zane. Tapi sungguh di luar dugaan, Anita malah bertemu dengan Natasya yang jelas-jelas sedang merayu Zane.“Berani sekali kau merayu pacarku!” teriak Anita pada Natasya.“Aaa...” teriak Natasya tanpa melakukan perlawanan. Dia ingin terlihat lemah di depan Zane.Natasya yakin Zane pasti akan membelanya dan menghempaskan wanita murahan itu.“Anita, apa yang kau lakukan!!! Cepat lepaskan tanganmu dari Natasya!!!” bentak Zane yang malu karena orang-orang mulai melihat ke arahnya.“Kau tidak mengangkat teleponku seharian ini pasti karena jalang murahan ini, kan, Zane!!!! Jawab aku, Zane!!!!!” Anita pun mulai meneriaki Zane sambil semakin kuat mencengkeram rambut Natasya.“Zane... tolong aku!!!” rintih Natasya dengan tatapan penuh pengharapan pada Zane.“Anita!! Lepaskan Natasya saat ini juga!!
Saat Zane hendak melangkah pergi, Natasya menahan tangan Zane.“Zane... tunggu dulu,” ujar Natasya, memegang erat tangan kekar laki-laki itu.“Zane... kau masih marah padaku?” tanyanya lembut. Natasya sungguh berharap malam ini dia tidak pulang tangan kosong.“Heem... aku lupa!! Kamarku belum kukunci!” kilah Belvan, yang sebenarnya merasa canggung berada di antara Zane dan Natasya.Akhirnya Belvan pun memutuskan untuk benar-benar kembali ke kamarnya. Percuma saja dia tetap berada di pesta itu. Lagi pula, Belvan ingin memberikan Zane kesempatan untuk berdamai dengan masa lalunya, sehingga Zane dapat membuka diri untuk masa depannya bersama Valerie.“Natasya, lepaskan tanganmu!” ujar Zane dengan suara datar dan dingin.“Deg...”“Dia masih marah padaku...”“Zane, tidak bisakah kita menjadi teman?” ujar Natasya lagi dengan suara mendayu. “Aku sangat menyesali apa yang telah terjadi,” sambung Natasya.“Menyesal?”Mendengar perkataan Natasya, hati Zane bagaikan kembali terbakar.Bagaimana b
“Anita??” sapa Frendi pada Anita yang baru saja datang.“Aku tidak ingat jika aku ada memberikan undangan pesta koktail ini padamu!” sindir Frendi halus pada pacar Zane itu.“Aku rasa aku tidak memerlukan undangan darimu untuk menghadiri pesta ini, sebab pacarku pasti ada di sini, kan?” ujar Anita dengan sombongnya.“Wwuuuh... wanita Zane yang satu ini sungguh bertaring! Aaauuuuooo...” aum Frendi sambil mengedipkan matanya.“Aku jadi takut berhadapan denganmu, Anita,” tukas Frendi sambil tertawa.“Frendi, berhentilah membuang-buang waktuku. Sekarang cepat katakan di mana Zane? Apakah dia datang bersama seorang wanita?” Anita mencoba mengorek informasi sebanyak mungkin dari Frendi.“Ya! Zane datang dengan seorang wanita. Wanita yang berbulu kaki dan berbadan kekar?” kelakar Frendi.“Jadi dia datang dengan Belvan rupanya...” ucap Anita pelan.“Lalu di mana sayangku itu?” tanya Anita sekali lagi.“Entahlah... pesta ini baru saja dimulai, semua orang sedang bersenang-senang di sepanjang p
“Kakak, bukain pintu! Aku ke situ!” teriak Tama yang akhirnya memutuskan untuk ke kamar Valerie. Kalau terus-terusan berbicara mode teriak seperti ini, selain bikin suara seret, Tama takut jadi perhatian tamu yang lainnya.“Ok!” jawab Valerie sambil berlari ke arah pintu. Entah mengapa, Valerie merasa lebih klop dengan adiknya Zane ini.Walaupun mereka tidak pernah berinteraksi sejak kejadian salah numpang waktu itu, paling tidak Valerie tahu, Tama tidak sama dengan Zane.Tama ini orangnya tidak sombong. Buktinya, walaupun baru pertama kali bertemu, Tama bersedia memberikan tumpangan pada Valerie yang notabene pada saat itu tidak lebih dari seorang stranger (orang asing).Ya, walaupun hal tersebut tidak berakhir baik untuk Valerie.Selain itu, Valerie juga melihat pergaulan Tama ini tidak sama dengan Zane. Anak ini masih murni. Kira-kira itulah yang dipikirkan Valerie tentang Tama. Sehingga kalau Tama menawarkan sebuah aliansi pada Valerie, pasti akan Valerie sambut dengan tangan terb