Beranda / Romansa / Terjebak Gairah Sang Cassanova / DESAHAN DI RUANGAN PRESDIR

Share

DESAHAN DI RUANGAN PRESDIR

Penulis: Kak Upe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 13:18:54
Udara koridor kantor terasa pengap. Lampu neon di langit-langit menyinari lantai marmer putih yang dingin, memantulkan bayangan Valerie yang berdiri kaku di depan pintu ruang kerja Zane. Kedua tangannya menggenggam nampan berisi dua potong red velvet cake, jari-jarinya menegang seolah ingin menembus logamnya.

Dari celah pintu yang tidak tertutup sepenuhnya, suara itu menyeruak— “Ya, sayang… Zane… Ehm… Do it, baby…”

Valerie mengerutkan alis. Suara itu—serak, penuh desah, terlalu dekat, terlalu nyata. Nafasnya terhenti.

Tanpa sadar, tubuhnya condong sedikit ke depan. Matanya mencuri pandang ke celah yang sempit itu.

Dan seketika—dunia berhenti.

Di dalam ruangan, Zane duduk di sofa hitam berbahan kulit. Wajahnya sedikit miring, senyumnya menggoda. Di pangkuannya, Anita—wanita berambut panjang dan bibir merah pekat—menggeliat, tangannya mencengkeram bahu Zane seperti ingin menanamkan sidik jari.

Rok hitam yang dikenakan Anita tersingkap hingga paha, blus putihnya terburai, dan bagian tubuh
Kak Upe

Hai jangan lupa singgah ke ig kak UPe ya. Cari aja nama kak Upe. Makasih.

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 198

    "Kau benar-benar tidak ada rasa kasihan, Zane!" seru Belvan dengan wajahnya yang biasanya anteng, namun kali ini terlihat sedikit terganggu. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor bawah tanah yang sepi."Kemarin Dimitri kau potong kelingking kirinya karena menyerang Tama," lanjut Belvan, mengingatkan Zane akan tindakannya yang tanpa ampun. "Sekarang kau memotong kedua kelingking Johan." Belvan melirik ke arah Zane, menunggu penjelasan dari sahabatnya itu.Zane tidak langsung menjawab. Dia berhenti sejenak, menatap Belvan dengan serius. "Dimitri menyakiti adikku, jadi pantas dia kehilangan satu kelingkingnya," ujarnya dengan suara tenang namun penuh keyakinan. "Sedangkan Johan... dia hampir saja membahayakan nyawa istri dan anakku. Hanya memotong dua kelingkingnya itu sudah merupakan hukuman teringan yang kuberikan padanya, mengingat jasanya pada perusahaan kita."Matanya berbinar dengan kilatan protektif. "Tapi kau harus ingat, Belvan, tidak ada yang boleh bermain-main dengan nyawa

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 197

    "Heem.. sudah ku duga," ujar Zane dengan suara yang dalam dan penuh nuansa mengancam, membuat setiap bulu roma berdiri. Suasana di ruang basement yang pengap itu semakin mencekam, dipenuhi oleh aroma ketakutan dan keputusasaan.Johan menelan ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya terasa kering bagai pasir."Kalau begitu Johan, sebutkan pada ku, dari jari-jari ini, mana jari yang paling kau butuhkan untuk mendesain?" ujar Zane lagi, sambil dengan gerakan perlahan menyentuh setiap permukaan jari Johan menggunakan ujung pisau lipat Max. Sentuhan logam dingin itu membuat Johan menggigil tak terkendali."Semua, Tuan!! Semua! Aku membutuhkan semuanya!" jawab Johan yang sangat takut Zane akan memotong salah satu jarinya jika dia salah menjawab. Kepanikannya membuatnya menjawab dengan tergesa-gesa."Hahaha.. lihatlah sifat rakus mu itu, Johan," sarkas Zane, senyum tipis yang tidak menyentuh matanya terpancar di wajahnya. "Kau tetap saja menginginkan semuanya. Padahal dalam hidup ini, ter

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 196

    "Apa kau tahu, bagian tubuh apa dari seorang desainer yang paling berharga?" tanya Zane pada Johan dengan suara rendah dan mendalam, sambil dengan gerakan perlahan merentangkan jari-jari tangan kiri Johan yang sudah terkunci erat. Mata pisau lipat yang dipegangnya berkilat sinar redup lampu basement, menari-nari di antara jemari Johan yang gemetar."Tuaan Zane.... ak-ak-aku mohon maaafkan aku," ucap Johan terbata-bata, air mata mengalir deras tanpa bisa dibendungnya lagi. Rasa takut yang begitu mendalam membuat seluruh tubuhnya menggigil tak terkendali."Ssssstts.... Diam lah dan jangan menangis!!" hardik Zane, masih dalam mode yang membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri. Sorot matanya tajam bagai elang yang sedang mengincar mangsanya, penuh dengan intensitas yang mencekam.Belvan, yang berdiri agak jauh, tahu betul ini bukan waktunya untuk ikut campur. Jiwa gelap Zane yang selama ini berhasil dikendalikannya kini sedang keluar dengan bebas. Jai dan Max hanya bisa saling ber

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 195

    Zane mencium kening Valerie dan mengelus lembut rambut sang istri dengan penuh kasih sayang. "Kau istirahat saja di sini dulu ya, Sayang. Aku masih ada urusan di bawah," ujarnya dengan suara lembut namun tegas.Valerie membuka matanya yang setengah terpejam. "Kau akan kembali ke ballroom?" tanyanya, mengingat bahwa acara di ballroom pasti masih berlangsung dan hanya Belvan yang menanganinya sendirian.Zane hanya tersenyum tipis, sebuah ekspresi yang sudah cukup membuat Valerie memahami bahwa urusannya lebih dari sekadar acara di ballroom. "Obat dari dokter Rini sudah aku siapkan di meja. Tapi kau harus habiskan dulu makanan itu," perintahnya sambil menunjuk ke arah nampan berisi hidangan hangat yang ditempatkan bersamaan dengan obat yang sudah dia pisahkan khusus untuk Valerie."Sampaikan maafku pada Belvan. Karena diriku, dia harus menangani acara sendirian," kata Valerie dengan wajah bersalah."Belvan tidak akan marah, apalagi kalau dia tahu kau sedang mengandung saat ini, Sayang,"

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 194

    Tama mempercepat langkahnya, berusaha mengejar Anne yang sudah lebih dulu berjalan menuju lift. Dia melihat pintu lift hampir tertutup."Hei... tunggu!" serunya, tangannya melesat maju untuk mencegah pintu itu menutup sempurna.Anne mengerlingkan matanya, sedikit kesal tapi akhirnya membiarkan Tama masuk. Buat apa melarangnya? pikirnya dalam hati dengan sedikit jengkel. Lagipula, ini hotel milik orang tuanya. Dia bisa pergi ke mana saja dia mau."Kau mau ke mana? Apa kau akan kembali ke ballroom?" tanya Tama, mencoba memulai percakapan.Anne sama sekali tidak menjawab. Dia membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara, dianggapnya tidak penting untuk ditanggapi.Tama yang awalnya berniat mengantar Anne ke kamarnya, kini merasa sedikit kecewa. Karena Anne mengabaikannya, dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya sendiri. Saat tangannya akan menekan tombol lantai kamarnya, Anne sudah lebih dulu menekan sebuah nomor. Mata Tama membelalak sedikit ketika melihat angka yang ditekan Anne ada

  • Terjebak Gairah Sang Cassanova   BAB 193

    "Zaneeeeeee!!!" jerit Valerie yang membuat Zane langsung ngacir keluar kamar mandi dengan cepat, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal.Zane keluar dari kamar mandi sambil masih terkekeh-kekeh, wajahnya bersinar dengan keceriaan. Namun, tawa itu segera terhenti ketika dia menyadari bahwa tiga pasang mata—Tama, Anne, dan dokter Rini—sedang menatapnya dengan ekspresi campuran antara heran dan geli. Suasana kamar yang tadinya tegang mendadak berubah menjadi sedikit canggung."Heem..." Zane pura-pura berdehem, mencoba menyembunyikan rasa malunya sambil mengusap belakang lehernya. Merasa tidak perlu memberikan penjelasan apa pun kepada ketiga orang itu, dia memilih untuk berjalan dengan santai ke arah sofa di ruang tamu suite dan duduk dengan elegan, meski jantungnya masih berdebar-debar karena kejadian tadi.Lima menit kemudian, bunyi "Cekleeek..." terdengar dari arah kamar mandi. Pintunya terbuka, dan Valerie muncul dengan wajah yang sulit dibaca. Di tangannya, tergenggam sebuah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status