Share

CEO Neo Sport

Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.

Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.

“Ares, apa yang kau lakukan?”

Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.

“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”

Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”

“Baik Tuan.”

Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.

Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.

Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.

“Masuklah Nona.”

Anna menunduk sejenak sebelum memasuki ruangan, di sana ia bertemu kembali dengan Mia, resepsionis yang sempat mengantarkannya sebelumnya.

“Tuan Nagara menyuruh saya menyiapkan beberapa hal untuk Anda,” ujar Mia seraya menunjukkan sebuah kotak berisi pakaian formal.

Di belakang wanita itu juga terdapat beberapa alat make-up yang Anna yakini juga dipersiapkan untuk dirinya.

“Terima kasih,” ujarnya lembut meskipun tak tahu apa rencana Sean setelah ini.

Dengan sigap Anna membawa pakaian yang telah disediakan untuknya, mengganti celana jeans dan kemeja lusuhnya dengan setelan formal berwarna abu yang tampak manis untuknya.

Perasaannya menjadi sedikit lebih baik setelah keluar dari kamar ganti. Ia ingin segera menemui Mia dan menyelesaikan semua ini.

Namun sayang harapannya tak terwujud, bukan Mia yang Anna temukan di sana, melainkan sosok wanita asing bertubuh jangkung dengan setelan serba hitam.

“Mia harus melanjutkan tugasnya di meja resepsionis. Kemarilah aku akan membantumu,” ujar si wanita asing.

Anna tak memiliki pilihan lain selain mendekat, wanita itu tampak menyeramkan hanya dari caranya berbicara.

Set!

Dan benar saja, lengannya ditarik dengan kasar, tubuhnya sedikit terhuyung sebab ia kehilangan keseimbangan.

“Apa yang kau lakukan?” teriak Anna tertahan.

“Diam, aku sedang membantumu memperbaiki diri,” jawabnya dengan penekanan di kata terakhir.

“Dan juga, jangan berpikir kau akan mendapatkan perlakuan spesial bak ratu di sini. Karena kau hanyalah seekor tikus kecil,” lanjutnya.

“Apa? Akh!”

Semakin Anna berontak, semakin kasar pula perlakuan wanita itu. Ia sama sekali tak tahu apa kesalahannya.

Ia pikir Sean sudah memperlakukannya dengan baik, dan Mia juga bersikap baik padanya. Lalu apa masalahnya dengan wanita ini?

“Dengar! Awas kalau kau sampai membuat keributan! semua kekacauan ini pasti muncul karena kau! Jika kau berani mengusik Sean dan perusahaan ini lagi, kau habis di tanganku.”

Tak cukup menjambak dan mengikat rambut Anna dengan kasar, wanita beraroma lavender itu juga memaksa Anna mendongak dengan menarik rambutnya kasar.

Meskipun cengeng, ia nyatanya bukanlah gadis yang lemah. Tentu saja Anna merasa marah dan tak terima dengan semua perlakuan itu.

Hanya saja ia tak memiliki pilihan apa pun sekarang dan tak mampu berbuat banyak. Ia adalah orang yang bersalah di sini.

“Kau melewati batas,” geram Anna kesal.

Wanita itu melepaskan cekalan kuat pada rambutnya dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan ruangan.

Butuh waktu beberapa menit bagi gadis muda itu untuk meredakan emosi dan kembali menguasai keadaan.

Anna menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, merapikan kembali rambutnya dan menyanggulnya sedemikian rupa.

Membasuh wajahnya yang kotor dan memberikan sedikit sentuhan make-up, juga olesan merah muda pada bibirnya yang pucat. Ia pikir ia hanya perlu terlihat lebih baik agar tak mempermalukan Sean.

tak berselang lama pintu ruangan itu diketuk dari luar. Anna pikir itu Sean yang datang menjemputnya.

Namun dugaannya salah saat ia menemukan Ares lah yang tengah berdiri di sana.

“Tuan Sean menyuruh saya mengantar Anda ke bawah. Dia juga berpesan, bahwa Anda harus bersikap se-normal mungkin dan berbaur layaknya karyawan di perusahaan ini.”

“Apa?” tanyanya tak mengerti.

“Ada banyak wartawan dari berbagai media yang tengah menunggu Anda, itulah sebabnya Tuan Nagara ingin Anda pergi dari tempat ini dengan aman. Sopir perusahaan kami yang akan mengantar. Di pintu masuk sebelah kiri, sedan berwarna putih,” jelas Ares.

Anna merasa tahu diri untuk tidak menyuruh Ares mengulangi semua instruksi dari Sean. Dengan satu anggukan kecil darinya dan sekretaris muda itu membawanya pergi dari sana.

Mengabaikan setiap tatapan aneh dari para karyawan di sepanjang lorong, Anna berusaha tetap fokus dan memasang wajah datar.

“Apa Sean tidak akan menemuiku?”

Ares melirik Anna dari sudut matanya. “Sebaiknya kita tidak berbicara,” jawabnya singkat.

Kendati sekretaris muda itu merasa aneh dengan panggilan yang dilayangkan Anna untuk sang atasan. Jika mereka tak saling mengenal mengapa Anna memanggilnya dengan sebutan non formal?

Tak butuh waktu lama bagi keduanya sampai di lobi perusahaan, dan benar saja, puluhan wartawan berkumpul di pintu masuk utama. Saling berdesakkan dan meneriakkan beberapa kata yang sama.

Tentu saja mereka menginginkan Sean, jika bukan sebuah konferensi pers, setidaknya CEO Neo Sports itu harus memberikan klarifikasi segera.

Ares membawa Anna keluar dari pintu tersembunyi yang membawanya ke sisi gedung perusahaan.

Mereka bersikap layaknya karyawan yang sedang bertugas. Sehingga tak ada satu pun yang mengenali Anna sebagai pemberontak yang baru saja menerobos kantor.

“Sepertinya kita se-umuran,” ucap Ares tiba-tiba saat keduanya berhasil meninggalkan lobi perusahaan.

“Eh?”

“Kau bisa berbicara santai denganku saat berada di luar perusahaan. Tenang saja, aku bukan orang yang kaku dan jahat.”

“O-oh, terima kasih.”

“Tak perlu sungkan, Tuan Nagara sebenarnya orang yang baik. Kuharap kau tak berlaku jahat padanya dan apa pun yang ia lakukan padamu, kuharap kau tak menaruh dendam.”

Anna tak bisa berbohong untuk mengatakan bahwa ia tak terkejut, ia tahu Ares ramah hanya dari caranya berbicara, namun ia tak menyangka bahwa lelaki itu akan bersikap se-baik ini padanya.

“Kalau begitu ... bisakah aku menghubungimu sewaktu-waktu? Bukan apa-apa, aku tak tahu harus bagaimana untuk menyelesaikan semua ini saat semuanya bergantung pada Sean.”

Lelaki itu tampak menimang sejenak, dengan wajah ramahnya ia menjawab, “Ya dan tidak. Ya jika aku bisa membantu, dan tidak jika aku tidak bisa membantu,” jawabnya dengan kekehan kecil sebelum membawa Anna memasuki mobil.

Dalam perjalanan pulang dari perusahaan Anna mencerna banyak hal. Tentang segala kehidupannya yang berubah hanya dalam waktu satu malam.

Tentang sosok Sean yang nyatanya jauh berbeda dari apa yang ia bayangkan. Juga tentang rumor mengerikan hingga masa depannya yang terancam.

Kini rasanya semua sia-sia, namun ia harus mempercayai Sean bahwa lelaki itu akan menyelesaikan segalanya untuknya.

Meskipun tanpa Anna sadari ia telah terhubung dengan kehidupan lelaki itu. Lelaki yang sempat ia benci dan maki-maki.

“Nona, ke mana saya harus mengantar Anda?”

Pertanyaan ramah dari sopir tua di hadapannya membuat Anna tersadar dari isi kepalanya yang kacau.

“Tolong pergi ke Jakarta Elementary School Pak, ada anak yang harus aku jemput hari ini.”

Dan mulai sekarang, ada misi yang harus ia jalankan, Anna dan rahasia gelapnya. Kini kehidupan misteriusnya akan dimulai sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status