“Revanno!” Kepala Starla mendongak ke atas ketika Revanno langsung menghujam masuk ke dalam tubuhnya yang sejak tadi memang sudah sangat basah itu. “Kamu sangat basah sekali, Starla.” Revanno menggerang sembari terus bergerak cepat di atas tubuh Starla. “Sial!” Umpatnya lalu mengangkat kedua tungkai Starla dan meletakkannya di bahunya. “Revanno! Ya ampun!” Starla terus meracau ketika merasakan hujaman Revanno semakin dalam dan cepat. “Aku merindukanmu yang berisik seperti ini,” ujar Revanno sambil terus bergerak. “Ah, ya ampun aku nggak tahan lagi. Revanno—akkhh!” Starla mencengkeram spreinya dengan kuat ketika Revanno semakin menekan di dalam sana. “Sebentar lagi, Starla. Bersama, oke?” Revanno semakin bergerak liar dan cepat. Kedua tangannya memeluk tubuh Starla dengan erat. “Starla!” Erangan panjang dari keduanya menandakan bahwa mereka telah mencapai puncak itu secara bersama. Baik Revanno ma
Revanno segera membuka pintu ruang kerja Kakeknya dan menatap William yang ternyata tengah sibuk membaca buku di sana. Bahkan pria tua itu sama sekali tidak menoleh saat menyadari kedatangan Revanno. “Kek, aku mohon jangan ikut campur ke dalam urusan pribadiku lagi. Aku nggak ingin dan nggak setuju dengan perjodohan ini,” ujar Revanno langsung. William menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan buku yang tadi ia baca ke atas meja lalu melepas kaca matanya. “Kamu ingin membantah permintaanku?” Revanno berdecak. “Bukanya selama ini kakek nggak pernah peduli dengan urusanku. Lalu, kenapa tiba-tiba Kakek jadi peduli? Dan lebih anehnya lagi kakek berani mengusik kehidupan pribadiku.” “Ini yang terbaik untuk kamu, Revanno. Kakek hanya berharap agar kamu tidak bernasib sama seperti Ayahmu!” William mulai meninggikan suaranya. “Selama ini aku baik-baik saja, Kek. Tanpa perjodohan inipun aku juga pasti baik-baik saja. Jadi berhenti mencamp
Starla masih terdiam. Matanya menatap Revanno yang kebetulan juga masih terus menatapnya. “Kamu nggak lupa, kan?” Revanno kembali bertanya memastikan. Starla menggeleng. Hatinya bahkan terus saja berteriak kalau ia tidak mungkin lupa. Sejak pagi saja Starla sudah sibuk mempersiapkan diri. Dan hasilnya siang ini justru Starla sudah tidak tahu ingin mempersiapkan apa lagi. Makanya ia hanya bisa berbaring malas di atas ranjang sembari terus memperhatikan jam. Tapi tidak mungkin Starla mengakui hal itu di depan Revanno. Bisa hilang harga diri Starla. “Katanya nanti sore. Kok kamu nggak bilang kalau berubah jadi sekarang?” Starla masih berusaha bersikap sebiasa mungkin. Revanno terkekeh. “Iya, nanti sore. Aku ke sini hanya untuk memberitahumu saja kalau sekarang aku ada urusan sebentar. Dan karena aku takut nanti nggak bisa menjemputmu. Jadi ... kamu nggak keberatan kan kalau nanti berangkat sendiri. Kita langsung bertemu di sana saja, bagaiman
“Baiklah. Mungkin respon Kakek kamu akan berbeda jika aku yang mengatakannya nanti.”Sial! Revanno langsung mencengkeram kedua lengan Cheryl dengan kuat hingga membuat wanita itu sedikit meringis kesakitan. “Kamu lihat saja, secepatnya aku akan mengakhiri semua ini!” Ucapnya penuh dengan penekanan.Revanno tidak main-main. Ia benar-benar akan segera mengakhiri permainan ini. Permainan yang membuatnya muak sekaligus jengkel.Srmentara itu, Starla masih terus berdiri di jembatan tempat di mana Revanno menyuruhnya untuk menunggu. Berkali-kali ia melirik jam yang sudah berjalan lewat satu jam dari waktu yang telah Revanno janjikan.“Tunggu aku di jembatan pantai pukul 5.”Starla kembali teringat pesan Revanno siang tadi. Tapi ini sudah lewat satu jam dan pria itu belum muncul sama sekali. Starla menatap layar ponselnya di mana pesan yang ia kirim ke Revanno tadi juga sama sekali belum terbaca.Kemana Revanno?
“Siapa yang menyuruhmu untuk menjawab panggilan teleponku, hah?!” Revanno langsung membentak. Seketika semua yang ada di meja makan kini menatap ke arah Revanno dan Cheryl. Tidak. Bahkan bukan hanya yang ada di meja makan Revanno saja, melainkan seluruh orang yang pada hari ini menjadi pengunjung restoran pun ikut menatap heran sekaligus terkejut ke arah Revanno. “Habisnya sekretarismu mengganggu saja sejak tadi.” Cheryl menjawab polos. “Apapun alasanmu, kamu nggak bisa seenaknya begitu saja menjawab panggilanku. Dan aku nggak suka sikap lancangmu saat mengambil ponselku seperti tadi.” Revanno memberikan tatapan tajam ke Cheryl yang sudah tampak takut. “Revanno jaga sikap kamu!” Bentak William. Ia tidak suka cara Revanno berbicara dengan Cheryl. Namun, apakah Revanno akan peduli? Tentu saja tidak. Ia justru sudah merasa semakin muak sekali berada di acara perjodohannya ini. Revanno langsung menepis tangan William yang
“Starla, kamu jangan menyalahkan diri kamu.” Saga menjadi jengkel ketika melihat tingkah Starla. “Tapi memang aku yang salah.” Dan kini Starla mulai menangis. Mengeluarkan segala sesak yang sejak tadi bersarang di dadanya. “Aku yang salah, Saga. Aku yang salah karena aku sudah terlalu berharap sama Revanno. Aku yang salah karena sudah terlalu bahagia dengan ajakan Revanno. Aku yang salah.” Saga langsung menarik Starla dan membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukannya, membiarkan wanita itu menangis di dadanya. “Aku yang salah, Saga. Aku yang salah ….” Starla menjeda kalimatnya sejenaknya. “Karena aku sudah menunggu kedatangannya.” “Bukan salah kamu.” Saga mengeratkan pelukannya. Warung tenda itu terlihat cukup ramai. Jadi apa yang di lakukan Starla saat ini sudah pasti berhasil mengundang perhatian beberapa orang yang duduk di dekat mejanya. Maka dari itu Saga terus mengeratkan pelukannya agar Starla bisa terisak puas di dadanya. Sial. Saga benar-benar ikut merasa sakit melihat
Revanno masih berdiri di bawah rintik hujan yang mulai mereda. Ia berjalan mendekat ke arah tempat di mana Starla tadi menunggunya. Ada perasaan sakit yang tiba-tiba saja menusuk ke dalam dadanya. Mungkin dirinya adalah pria paling brengsek yang pernah ada.Bagaimana tidak?Starla benar-benar menunggu kedatangannya, bahkan wanita itu sama sekali tidak menghiraukan hujan yang terus mengguyur tubuhnya. Tapi justru apa yang di lakukan oleh Revanno?“Aarrrggh, bodoh!” Revanno berteriak sambil memukul pagar pembatas jembatan. Seharusnya Revanno bisa datang lebih cepat atau mungkin tepat waktu. Sehingga ia tidak akan membuat Starla kehujanan dan merasa sedih. Rencana yang sudah Revanno siapkan juga tidak akan mungkin gagal kalau ia tadi bisa datang tepat waktu.Revanno kembali menatap ke tempat di mana Starla tadi menunggunya. Ia lalu tersenyum miris, kesempatan terakhir yang seharusnya masih bisa ia lakukan ternyata sama sia-sianya.
Hari ini Starla terlihat sangat sibuk sekali. Ia sering keluar masuk ruangannya hanya untuk mengecek berkas bermasalah yang pagi tadi Nathan jelaskan. Sudah sebanyak tiga kali juga Starla dan Nathan pergi ke ruang meeting untuk membahas masalah proyek yang sedang mereka kerjakan. Pihak perusahaan Revanno—Nexus, mengalami kerugian yang cukup besar karena mereka harus mengganti kerugian ke pihak klien. Ini semua terjadi karena perusahaan Nexus yang kurang teliti dalam menangani proyek besar tersebut. Sehingga mengakibatkan keteledoran yang sangat fatal. Salah satu penanggung jawab proyek perusahaan ternyata menggelapkan uang sejumlah milyaran rupiah dan orang itu kabur begitu saja. Nathan sudah mengutus anak buahnya untuk melacak dan menemukan orang yang sudah berani merugikan perusahaan Nexus tersebut. Dan Nathan pastikan kalau ia akan menemukan orang tersebut dan membuatnya mati di tangannya sendiri.“Kalau saja aku bisa lebih teliti pasti kejadian ini tidak akan terjadi,” ujar Nath