“Baiklah. Mungkin respon Kakek kamu akan berbeda jika aku yang mengatakannya nanti.”
Sial!Revanno langsung mencengkeram kedua lengan Cheryl dengan kuat hingga membuat wanita itu sedikit meringis kesakitan. “Kamu lihat saja, secepatnya aku akan mengakhiri semua ini!” Ucapnya penuh dengan penekanan.Revanno tidak main-main. Ia benar-benar akan segera mengakhiri permainan ini. Permainan yang membuatnya muak sekaligus jengkel.Srmentara itu, Starla masih terus berdiri di jembatan tempat di mana Revanno menyuruhnya untuk menunggu. Berkali-kali ia melirik jam yang sudah berjalan lewat satu jam dari waktu yang telah Revanno janjikan.“Tunggu aku di jembatan pantai pukul 5.”Starla kembali teringat pesan Revanno siang tadi. Tapi ini sudah lewat satu jam dan pria itu belum muncul sama sekali. Starla menatap layar ponselnya di mana pesan yang ia kirim ke Revanno tadi juga sama sekali belum terbaca.Kemana Revanno?“Siapa yang menyuruhmu untuk menjawab panggilan teleponku, hah?!” Revanno langsung membentak. Seketika semua yang ada di meja makan kini menatap ke arah Revanno dan Cheryl. Tidak. Bahkan bukan hanya yang ada di meja makan Revanno saja, melainkan seluruh orang yang pada hari ini menjadi pengunjung restoran pun ikut menatap heran sekaligus terkejut ke arah Revanno. “Habisnya sekretarismu mengganggu saja sejak tadi.” Cheryl menjawab polos. “Apapun alasanmu, kamu nggak bisa seenaknya begitu saja menjawab panggilanku. Dan aku nggak suka sikap lancangmu saat mengambil ponselku seperti tadi.” Revanno memberikan tatapan tajam ke Cheryl yang sudah tampak takut. “Revanno jaga sikap kamu!” Bentak William. Ia tidak suka cara Revanno berbicara dengan Cheryl. Namun, apakah Revanno akan peduli? Tentu saja tidak. Ia justru sudah merasa semakin muak sekali berada di acara perjodohannya ini. Revanno langsung menepis tangan William yang
“Starla, kamu jangan menyalahkan diri kamu.” Saga menjadi jengkel ketika melihat tingkah Starla. “Tapi memang aku yang salah.” Dan kini Starla mulai menangis. Mengeluarkan segala sesak yang sejak tadi bersarang di dadanya. “Aku yang salah, Saga. Aku yang salah karena aku sudah terlalu berharap sama Revanno. Aku yang salah karena sudah terlalu bahagia dengan ajakan Revanno. Aku yang salah.” Saga langsung menarik Starla dan membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukannya, membiarkan wanita itu menangis di dadanya. “Aku yang salah, Saga. Aku yang salah ….” Starla menjeda kalimatnya sejenaknya. “Karena aku sudah menunggu kedatangannya.” “Bukan salah kamu.” Saga mengeratkan pelukannya. Warung tenda itu terlihat cukup ramai. Jadi apa yang di lakukan Starla saat ini sudah pasti berhasil mengundang perhatian beberapa orang yang duduk di dekat mejanya. Maka dari itu Saga terus mengeratkan pelukannya agar Starla bisa terisak puas di dadanya. Sial. Saga benar-benar ikut merasa sakit melihat
Revanno masih berdiri di bawah rintik hujan yang mulai mereda. Ia berjalan mendekat ke arah tempat di mana Starla tadi menunggunya. Ada perasaan sakit yang tiba-tiba saja menusuk ke dalam dadanya. Mungkin dirinya adalah pria paling brengsek yang pernah ada.Bagaimana tidak?Starla benar-benar menunggu kedatangannya, bahkan wanita itu sama sekali tidak menghiraukan hujan yang terus mengguyur tubuhnya. Tapi justru apa yang di lakukan oleh Revanno?“Aarrrggh, bodoh!” Revanno berteriak sambil memukul pagar pembatas jembatan. Seharusnya Revanno bisa datang lebih cepat atau mungkin tepat waktu. Sehingga ia tidak akan membuat Starla kehujanan dan merasa sedih. Rencana yang sudah Revanno siapkan juga tidak akan mungkin gagal kalau ia tadi bisa datang tepat waktu.Revanno kembali menatap ke tempat di mana Starla tadi menunggunya. Ia lalu tersenyum miris, kesempatan terakhir yang seharusnya masih bisa ia lakukan ternyata sama sia-sianya.
Hari ini Starla terlihat sangat sibuk sekali. Ia sering keluar masuk ruangannya hanya untuk mengecek berkas bermasalah yang pagi tadi Nathan jelaskan. Sudah sebanyak tiga kali juga Starla dan Nathan pergi ke ruang meeting untuk membahas masalah proyek yang sedang mereka kerjakan. Pihak perusahaan Revanno—Nexus, mengalami kerugian yang cukup besar karena mereka harus mengganti kerugian ke pihak klien. Ini semua terjadi karena perusahaan Nexus yang kurang teliti dalam menangani proyek besar tersebut. Sehingga mengakibatkan keteledoran yang sangat fatal. Salah satu penanggung jawab proyek perusahaan ternyata menggelapkan uang sejumlah milyaran rupiah dan orang itu kabur begitu saja. Nathan sudah mengutus anak buahnya untuk melacak dan menemukan orang yang sudah berani merugikan perusahaan Nexus tersebut. Dan Nathan pastikan kalau ia akan menemukan orang tersebut dan membuatnya mati di tangannya sendiri.“Kalau saja aku bisa lebih teliti pasti kejadian ini tidak akan terjadi,” ujar Nath
Pukul sepuluh malam mobil Revanno berhenti tepat di halaman sebuah rumah mewah. Revanno melangkah ragu ketika memasuki kediaman sang kakek. Rumah yang selalu membuat Revanno teringat dengan masa kecilnya. Rumah yang menyimpan sejuta kenangan buruk yang pernah ia rasakan. Bayangan tentang masa lalunya mulai berputar lagi setiap Revanno melangkahkan kakinya ke rumah ini.“Sial!” Revanno mengumpat. Ia tengah berdiri tepat di teras rumah sang Kakek. Matanya terus menatap sekeliling. “Sepertinya aku harus memaksa Kakek agar dia mau pindah dari rumah ini. Kalau nggak mau lihat saja, aku akan menculiknya. Lalu aku akan memasukkan tubuhnya ke dalam karung biar tahu rasa sekalian. Ck! Dasar Kakek tua itu selalu merepotkan saja.”“Kehadiran Anda sudah di tunggu sejak tadi, Tuan Revanno.”“Astaga!” Revanno berteriak kaget saat tiba-tiba pintu rumah Kakeknya terbuka sendiri. “Kamu sengaja ingin mengagetiku ya?!” Tudingnya kepada seorang pria yang merupakan salah
Di dunia ini mungkin memang hanya cinta yang tidak pernah Revanno percayai. Sejak dulu, bahkan sejak Revanno masih kecil ia belum pernah sama sekali merasakan apa itu yang namanya cinta? Kata sebagian orang, Ibu adalah cinta pertama yang kita miliki. Tapi kenyataannya Revanno tidak pernah merasakan hal itu pada Ibunya. Bukankah cinta kepada Ibu itu tumbuh ketika seorang Ibu memberi perhatiannya, kasihnya dan sayangnya kepada kita? Tapi yang Revanno rasakan selama bersama Ibunya bukanlah seperti itu. Bukan rasa perhatian dan kasih sayang yang ia lihat dari Ibunya, melainkan rasa penyesalan. Rasa penyesalan karena kehadirannya, makanya Ibunya dengan tega meninggalkannya dan juga Ayahnya begitu saja. Hingga pada akhirnya hal itulah yang membuat Revanno tidak percaya sama sekali dengan yang namanya cinta. Selain itu Revanno juga tidak percaya dengan wanita. Ia hanya menganggap semua wanita itu sebagai mainan yang bisa ia mainkan kapan saja. “Revanno baik-baik saja.” Samar-samar Revann
Revanno terlihat begitu serius ketika mendengarkan cerita yang di sampaikan oleh Daniel. Pria itu bahkan tidak pernah menyangka, kalau ternyata wanita yang sudah ia buat kecewa hingga saat ini masih saja mengkhawatirkan dirinya. Revanno memang berengsek, bukan? “Sumpah. Aku nggak menyangka kalau ternyata masih ada wanita yang ingin mencarimu, bahkan khawatir dengan keberadaanmu,” ujar Daniel sedikit mencibir. Kalau biasanya mungkin Revanno akan marah jika mendengar Daniel berkata seperti itu. Tapi tidak untuk malam ini. “Kamu benar,” sahut Revanno membenarkan. “Aku memang berengsek, kan?” Tanyanya sambil tertawa miris. Revanno menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh akhir-akhir ini. Bodoh karena sudah begitu patuh dengan perintah Kakeknya. Bodoh karena sudah memberi harapan ke Starla dan bodoh karena sudah tega menyakiti dan membuat wanita itu menangis. Dan kenapa Starla masih mau saja mengkhawatirkan dirinya? “Kalau aku lihat sepertinya Starla tadi sedang nggak baik-baik
Ternyata rasa rindu itu benar-benar baru bisa terobati ketika bertemu langsung dengan orang yang selalu di rindukan. Dan itulah yang di rasakan oleh Starla saat ini. Starla memeluk tubuh pria yang selama dua hari ini menghilang tanpa kabar itu dengan begitu erat sambil menangis.Revanno hanya bisa meringis ketika Starla semakin mengencangkan pelukan pada tubuhnya. Sejujurnya tubuh Revanno masih terasa begitu sakit, tapi ia juga tidak bisa menolak untuk di peluk Starla. Ia juga merindukan wanita yang saat ini berada di dalam pelukannya. Sangat rindu.Cukup lama mereka berpelukan sebelum akhirnya Starla melepaskan pelukannya, dan menatap wajah Revanno dengan lekat.“Kamu kemana saja selama dua hari ini?” Tangan Starla mulai mengusap wajah Revanno dengan lembut. Matanya kembali berair ketika melihat wajah Revanno yang masih terlihat penuh luka.Revanno menangkap tangan mungil itu lalu mencium bagian telapaknya. “Aku nggak kemana-mana,” ujarnya serak.“Aku khawatir sama kamu. Kenapa kamu