Share

Sepuluh

“Aku memang kejam, apa yang terjadi saat itu cukup membuat aku tak percaya dengan apa yang tiba-tiba kamu lakukan. Bisa saja saat menyiram bunga, kamu lompat pagar dan kabur.”

“Rumah Tuan sangat besar dan lihat saja tembok sangat tinggi. Mana mungkin aku kabur, yang benar saja pikiran Tuan,” ujar Bella.

“Itu kata kamu, kenyataannya, pasti berbeda.”

Bella menarik napas panjang, untuk apa dia berdebat dengan pria dingin dan angkuh sepeti Tuan El. Penjahat, pikirnya tak akan menjadi baik. Bella kembali membuang wajahnya, lalu hanya menatap sekeliling saja.

Sementara, Tuan El kembali ke kamarnya. Pria itu merebahkan tubuh di ranjang. Rasanya berdebat dengan Bella membuat dirinya kesal.

“Kenapa aku bisa klik dengan perempuan bar-bar itu, keras kepala dan susah di atur. Astaga!” Tuan El mengusap wajah kasar.

Ponselnya berbunyi, terlihat sang ayah menelepon dirinya. Sama seperti biasa, ia malah menjawab. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja.

Tuan El bangkit dari tempat tidur, lalu mengambil jaket dan melangkah menuju mobil. Pria itu langsung melajukan mobil dari halaman rumah.

Tiga puluh menit dia memasuki sebuah kantor yang masih buka dalam pukul 20.00. Ia pun gegas masuk dan menemui seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. Elvaro hampir saja lupa dengan janjinya.

“Pak Alif, maaf saya baru sampai.”

“Tidak masalah. Silakan, duduk.”

“Bagaimana?” tanya Elvaro.

“Gugatan yang di berikan oleh Bella harus di tanda tangani dia dulu. Ini sudah saya siapkan, setelah ini akan saya ajukan pada pengadilan agama.”

“Oke, lalu bagaimana dengan apa yang saya sampaikan di pesan masuk tadi?” tanya Tuan El.

“Begini Tuan, biasanya proses persidangan jika yang mengajukan pihak pria akan lebih sulit. Apalagi jika sang istri tak mau bercerai, lagi pula dengan alasan apa gugatan ini kita layangkan?” tanya Pak Alif.

Tuan El menarik napas panjang, ia tak berpikir sejauh itu. Tidak mungkin Melanie mau di ceraikan olehnya.

“Bagaimana jika Tuan El menikah dengan Bella dan tetap menjadi suami Bu Melanie? Tidak masalah kan laki-laki memiliki dua istri, selagi mampu.”

Elvaro tidak mengerti apa yang di katakan Pak Alif itu bisa dibenarkan atau tidak. Namun, sayangnya dia tak mau sepeti itu. Dirinya merasa sudah tak ada perasaan cinta padanya. Setelah bertemu Bella, ia menjadi lebih bersemangat.

“Saya paham kesibukan istri Tuan El, mana ada suami yang setia diabaikan. Apalagi pembisnis sepeti Tuan, coba pikirkan lagi” ujar Pak Alif.

Elvaro menyenderkan tubuh di sofa. Bagaimana jika Melanie tahu dirinya akan menikah dengan Bella, sudah pasti wanita itu akan marah dan membuat hidupnya sudah.

“Baik, saya pikirkan lagi nanti. Yang penting selesaikan perceraian Bella dengan Edo.”

“Baik, saya akan bantu itu.”

Mereka berjabat tangan dan Tuan El pun kembali pulang. Ia tak mengerti dengan apa yang ia pikirkan saat itu saat melihat foto Bella. Wanita ayu itu sudah membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Menurutnya, sayang jika ia menyia-nyiakan Bella.

“Shit! Kenapa bisa mobil ini tidak menyala?” Tuan El begitu kesal.

Pria itu lalu keluar dari mobil dan mencoba memeriksa mobilnya yang mogok tiba-tiba itu.

***

Dua Jam kemudian

Bella memindik sekeliling rumah, baginya kali ini mungkin kesempatan untuk dirinya kabur. Setidaknya dia pulang dan bertemu dengan keluarganya. Atau bahkan, mencari Edo dan membunuhnya.

Wanita itu mulai melangkah perlahan karena ruangan semua gelap dan hanya sedikit cahaya yang membuat ia bisa pelan-pelan meraba langkah.

“Aku harus ke luar dari sini sebelum Tuan dingin dan jahat itu kembali.”

Sebelum turun, Bella mematikan dari jendela kamar kalau mobil Tuan El tak ada di halaman rumah. Setelah itu, ia memutuskan kabur dari sana.

Pelan-pelan Bella menuruni anak tangga karena gelap hingga sampai di anak tangga terakhir. Ia menarik napas karena lega sudah melewati tingginya anak tangga.

Ia pun gegas ke pintu utama. Senyumnya mengembang saat tahu pintu itu tak terkunci. Gegas ia membuka dan bersiap kabur.

“Argh, sakit.”

Bella berteriak saat tiba-tiba tubuhnya diangkat tangan besar lalu membawanya kembali ke kamar atas.

“Lepas!”

Tubuhnya di lempar ke ranjang, ia kembali merasa kesakitan. Ia merasa silau saat lampu kamar itu menyala kembali.

“Tu-tuan El,” ucapnya gugup.

Gemelutuk gigi pria dengan wajah memerah itu pun nyaring terdengar hingga membuat Bella ketakutan. Kenapa berulang kali usahanya harus gagal pikirnya. Tuan El menghampirinya, lalu menarik kembali tubuh mungil itu.

“Sa—sakit Tuan!”

Bukan melonggarkan cengkeraman tangannya, Tuan El malah semakin kencang mencengkeram tangan Bella. Netranya tajam, ia sangat marah karena berulang kali Bella mencoba kabur darinya.

Tuan El mendorong tubuh Bella ke ranjang, gadis itu ketakutan hingga mencoba berontak. Sayangnya ia tersudut di ujung ranjang dengan tubuh Tuan El yang sengaja menguncinya.

“Kamu tahu hukuman apa yang pantas untukmu?” Tuan El berbisik di telinga Bella.

Tubuh Bella merasa tidak baik-baik saja. Ia tak kuat saat deru napas itu membuat lehernya merinding.

“Aku berniat menyentuhmu setelah resmi menikahimu, tapi sepetinya aku mengurungkan niat itu dan sepetinya jika malam ini kita bersenang-senang, apa kamu siap?”

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Kar Ani
kan belum tentu Tl jahat
goodnovel comment avatar
Kar Ani
bela terima saja kan tl kan kaya
goodnovel comment avatar
Harmailis Bahar
apalah daya cewek
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status