Share

Delapan

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 18:04:31

Senyum tipis ke luar dari bibir Melanie. Sudah lama tak ada yang memujinya selain penggemar dan produser film. Wajah itu merona, lalu menyambut hangat senyum Leo.

Bak gayung bersambut, Leo senang saat ia mulai menebar pesona pada artis cantik yang selama ini hanya ia kagumi lewat televisi.

Melanie tampil sangat sempurna, ia berusaha untuk mendapatkan projects kali ini. Bos Sebuah perusahaan kosmetik itu terkesan dengan penampilan wanita yang selalu menjaga tubuhnya.

“Melanie, saya pun senang bertemu dengan Anda.”

Kesan pertama begitu menggoda, tidak butuh waktu lama untuk membujuk. Saat itu Leo pun setuju jika Melani menjadi salah satu brand ambasador alat kosmetik miliknya karena wajah dan postur tubuh wanita itu begitu menarik.

Gading yang senang dengan kabar itu pun langsung memeluk artisnya. Sementara, Leo meminta untuk berbicara empat mata dengan Melanie.

Melanie duduk berhadapan dengan Leo, pria itu cukup menarik dengan wajah tak kalah tampan dari sang suami. Mereka berbincang dengan santai.

“Jadi, kamu sudah bersuami?” tanya Leo.

“Iya, seperti itu,” jawab Melanie malas. Wanita itu paling tidak suka jika membicarakan sang suami. Apalagi hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

“Oke, ganti topik. Rasanya kamu tidak mau membahas masalah suamimu. Kita bahas yang lain, bagaimana kalau nanti kita atur waktu untuk waktu yang lebih lama,” ujar Leo.

Melani menyunggingkan senyum, lalu mengambil ponsel Leo dan menyimpan nomornya di benda pipih itu.

Kesan pertama sungguh menggoda, jika tidak ada pekerjaan lain pun Leo sanggup berlama-lama bersama dengan Melanie.

***

Tuan El duduk di halaman dengan menyesap teh hangat. Tangan satu mengambil makanan yang di sediakan oleh Bu Sumi. Di otaknya masih terus berputar masalah Bella, ia harus secepatnya menikahi wanita itu agar Bella tak mencoba kabur lagi seperti beberapa hari lalu.

“Tuan, apa sudah selesai makan. Mau saya rapikan,” ujar Bu Siti.

“Bu, bisa duduk sebentar. Saya mau bicara,” ujar Tuan El.

Bu Siti duduk di samping Tuan El, wanita tua itu sudah bekerja lama dengan pria itu hingga tak ada rasa canggung. Ada beberapa hal yang akan Tuan El bicarakan.

“Bu Siti tahu bagaimana pernikahan saya dan Melanie, kan?”

“Tahu Tuan, saya pun mengerti maksud Tuan membawa Nona Bella. Wanita itu pantas menjadi ibu dari anak Tuan nanti karena dia tangguh walau pun sempat bersikap bodoh dengan percobaan bunuh dirinya. Lalu, apa yang Tuan cemaskan?” tanya Bu Sumi.

“Saya hanya mencemaskan bagaimana jika Melanie tahu ada Bella di antara pernikahan kami. Kemarin saja kamu bertengkar lagi,” ujar Tuan El.

“Tuan, ini bukan salah Tuan. Saya kenal Nyonya Melani, saya tahu bagaimana keluarga Tuan mendesak keturunan. Sayangnya, istri Tuan tak memperhatikan itu.”

Tuan El kembali menyalakan putung rokoknya. Ia menyesap hingga mengepulkan asap ke udara. Saat pertama kali melihat foto Bella, ia sudah tertarik dengan paras ayunya.

Bella salah satu wanita paling beruntung, hanya saja dirinya akan menjadi duri dalam rumah tangga Tuan El. Tarikan napas dalam pria itu terlihat sangat tertekan. Walau sangat di takuti, pria dengan tato burung elang di tangannya juga kini merasakan dilema.

“Aku benci Melanie. Kenapa aku tak berpikir saat menikahinya. Harusnya aku berpikir saat dia mengatakan akan mengikuti apa yang kumau.”

Bu Siti menatap miris sang tuan. Gurat lelah di wajahnya sangat terlihat, ia sudah mengenal pria itu bertahun-tahun.

“Tuan, apa Nyonya Melani tahu kalau Tuan ada di sini bersama saya?” tanya Bu Siti.

“Tidak.”

Merasa tidak ada yang perlu di bicarakan, Bu Siti pun memilih masuk untuk merapikan beberapa pekerjaan di dapur. Wanita itu terkesiap saat melihat Bella sedang mencuci beberapa piring.

“Non, jangan. Nanti Tuan marah, Non lebih baik duduk.”

“Bu, enggak apa-apa. Masa membantu saja Tuan marah, kecuali saya kabur,” ucapnya dengan senyum.

Bella kembali mengelap piring, ia pun sejak malam memikirkan keluarganya yang mungkin berpikir jika dirinya aman bersama dengan sang suami. Akan tetapi, jauh berbeda dengan apa yang mungkin mereka pikirkan.

Bella berada di rumah megah yang mungkin dulu menjadi impiannya, tapi kini ia memastikan tak akan bahagia apalagi bersama dengan Tuan El yang telah membelinya.

Kali ini Bella terlihat sangat berbeda. Wajahnya pun tidak terlihat pucat, lalu matanya sudah tak ada bekas menangis. Bella benar-benar sudah beradaptasi dengan keadaan.

Tuan El muncul sembari memperhatikan Bella. Sedikit rasa bersalah telah membuat wanita itu menderita, tapi ia pun tak bisa membiarkan dirinya berada di tangan Edo yang bisa saja menjualnya pada orang lain.

“Sepetinya kamu sudah siap menjadi Nyonya Elvaro,” ujar Tuan El.

Bella menoleh pada sumber suara, pria itu berdiri dengan memasukkan kedua tangan ke saku. Pesona Tuan CEO itu sedikit membuat Bella tak berkedip, tapi ia kembali menyadarkan diri bahwa pria di hadapannya sama saja seperti Edo, suaminya.

“Aku tidak punya pilihan bukan, tetap di sini dan menjadi tawananmu.” Seulas senyum terpancar dari bibir Bella. Namun, tangan kecilnya mengepal keras dengan menahan segala emosi.

“Calon istriku tepatnya,” ujar Tuan El meralat.

“Sama saja. Aku tak bisa bergerak di sini, anggap saja aku tawananmu.”

“Iya, tawanan cinta. Apa kau tidak merasakan sesuatu saat melihat aku?”

“Melihat apa, tidak ada yang spesial kecuali jiwa aroganmu. Lagi pula, aku tidak tahu bagaimana latar belakang dirimu. Apa kamu masih single atau pria beristri yang tidak puas dengan satu wanita.”

Suasana menjadi panas, tatapan keduanya begitu tajam hingga membuat Bu Siti tidak nyaman. Bella yang tadinya mencoba tenang, ini terbawa emosi.

“Cukup sudah, Non Bella. Lebih baik Non duduk, Ibu siapkan masakan, hampir sore. Kalian mau makan malam bukan?”

“Tidak.” Keduanya berbarengan menjawab.

Bu Siti menelan saliva, lalu membaurkan keduanya saling pandang. Tuan El merasa geram karena sejak tadi Bella seolah-olah menantang dirinya. Namun, saat menelisik dari atas hingga kaki, Tuan El akhirnya menemukan sesuatu yang ada di diri Bella.

“Bella, hari ini kamu cantik dengan drees merah selutut itu.” Tuan El memandang penuh takjub.

Sontak rona wajah Bella berubah merona sebab beberapa kali pria itu terus memuji. Bella menunduk malu, sedangkan Tuan El malah melangkah menghampirinya.

Bella masih menunduk sampai ia melihat kedua kaki Tuan El berada tidak jauh dari posisinya. Ia sadar jika wajahnya terangkat, Bella akan melihat wajah pria itu sangat dekat.

Bella memundurkan langkahnya, sayangnya Tuan El menangkap tubuhnya hingga mendekap ke pelukan tubuh besarnya.

“Ehem, Tuan. Jangan lupa belum halal dan ada saya.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
fitri sabana
banyak yg typo kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Empat (Tamat)

    Setelah mendapat ancaman dari suaminya, Deswita pun diam. Kali ini apa yang di katakan Ferdinand membuat wanita itu tidak berkutik. Ibu dari Elvaro itu bungkam seribu bahasa dan memilih masuk kamar. Terdengar suara pintu begitu keras hingga membuat telinga sang suami perih. Ferdinan hanya menggeleng melihat apa yang di lakukan oleh Deswita. Ia sudah sangat muak dan tidak bisa mentolerir semua perbuatannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, mengancam dengan cara itu yang bisa membuatnya diam dan bungkam. Ferdinand pun terduduk lesu membayangkan bagaimana nasib Elvaro kini. Dengan kaki yang lumpuh, apa bisa dia melakukan aktivitas, pikirnya. Pria itu mendesah, mungkin besok ia bisa berpikir jernih jika sudah beristirahat.Sementara, di kamar Deswita beberapa kali bergumam kesal kenapa bisa hanya karena Bella sang suami dan anaknya sampai membuat dirinya tersudut. Ia kali ini kalah dengan ancaman sang suami yang baginya adalah musibah dan perkara terbesar jika hal itu terjadi. "Lebih ba

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Tiga

    Bella menahan emosinya dengan ucapan Melani kali ini. Di hadapan semua orang mantan istri suaminya mencoba mempermalukan dirinya. Bella bukan wanita lemah seperti dulu, ia kini siap melawan siapapun yang ingin merusak rumah tangganya maksud Melani."Jangan mengarang cerita, anak yang kau kamu ini adalah anak Elvaro. Kamu pikir dengan mengatakan hal itu suamiku akan peduli dan lebih percaya dengan ucapan dari wanita yang berselingkuh di belakangnya."Wajah Melani mulai panik dengan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Bella. Gimana bisa wanita kampung itu membuat dirinya tidak berkutik."Bahkan menunda punya anak dengan alasan karir padahal dirinya hanya ingin bebas bermain dengan pria manapun tanpa takut hamil dan tahu anak siapa yang akan ia kandung." Lagi Bella mulai mempermalukan Melani. Lagi Bella siapa yang memulai Ia yang harus menanggung semua resikonya.Elvaro meminta Bella untuk sabar dengan menggenggam tangannya. Sang suami meminta untuknya diam dan tidak meladeni setiap

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Dua

    Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Bella menatap sekeliling halaman tempat di mana lima bulan lalu ia meninggalkannya. Sembari tersenyum, Bella menggenggam tangan sang suami lalu mendorong kursi rodanya masuk. Sekian lama akhirnya Bella sadar jika dirinya begitu merindukan rumah itu. Begitu pun dengan sang suami. Mereka pernah salah paham, tapi kini semua telah berlalu. Bella bersama Elvaro masuk ke kamar, dia tidak menyangka akan kembali ke kamarnya. Setelah itu ia mulai merapikan pakaiannya. Lalu, menghampiri sang suami yang kini duduk memperhatikannya dirinya."Kamu bahagia?" tanya Elvaro."Aku sangat bahagia apalagi bisa kembali bersama kamu dan merasa dicintai saat sedang hamil.""Kondisiku seperti ini tidak bisa berjalan," ujar Elvaro terlihat murung.Bella menggenggam tangan sang suami, dirinya tidak tega melihat Elvaro bersedih sepeti itu. Ia menyesal karena ulah Edo telah membuat Elvaro menderita.Bella mencoba menyajikan sang suami untuk tetap bersabar. Y

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Satu

    Walau masih sangat gengsi, Sinta pun menemui Bella di kamar. Ia pun langsung mengajak Bella berbicara empat mata. Memang harusnya dirinya ikut senang dengan permasalahan Bella yang sudah selesai. Bella pun sedikit canggung dengan kondisi keduanya setelah pertengkaran di rumah sakit kemarin."Aku tahu kalau semua yang terjadi salah. Aku pun mau mengakui jika memang selama ini aku begitu egois mementingkan perasaan sendiri dari pada kamu dan Mas Bagas."Sinta menatap kembali Bella yang masih bergeming di hadapannya. Apa yang terjadi kemarin sebenarnya masih membuat dirinya kecewa. Hanya saja, Bella sadar jika tidak usah memperpanjang masalah karena ia tahu sebenarnya Sinta itu orang baik.Sebenarnya tidak terpikirkan oleh Bella jika majikannya itu akan datang dan meminta maaf. "Sekali lagi aku meminta maaf, jika kamu tidak berkenan, setidaknya aku sudah meminta maaf." "Nyonya, sebelum itu aku pun mau meminta maaf. Aku paham apa yang di pikirkan oleh nyonya, hanya saja aku juga memili

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh

    Sementara, di ruangan tidak jauh dari ruang Elvaro, Sinta sedikit kecewa karena sang suami mengizinkan Bella untuk menemui sang suami. Ia mesti nggak rela ketika Bella kembali pada Elvaro."Kamu tidak bisa seperti itu, biarkan Bella bahagia. Kamu harusnya berusaha bagaimana bisa membahagiakan aku. Sadar Sin, tidak ada yang mustahil di hidup ini. Kamu dan anak kita akan sehat sampai lahir." Bagas berusaha tidak emosi saat bicara dengan Sinta yang sedang merajuk.Sinta membuang wajahnya, kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Bagas suaminya. Kenapa harus ada Elvaro kembali ke hidup Bella pikirnya. Bagas pun tidak mengambil pusing, ia telah menemui sang dokter kondisi istri sudah lebih baik dan diperbolehkan untuk pulang. Dirinya tinggal menunggu Bella kembali agar membantunya berkemas.Bella sudah berjanji sebelum ia kembali pada sang suami dirinya akan menyelesaikan semua dengan baik bersama Sinta. Hanya saja mungkin sang istri belum bisa menerima dengan baik. "Kita akan pulang hari i

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Sembilan

    Dengan perasaan berdebar Bella bertahan di belakang David. Hingga David menyingkir dari ambang pintu, semua orang yang berada di dalam ruangan langsung tertuju pada Bella.Bella terpaku beberapa saat di ambang pintu. Tubuhnya memang berdiri tegak, tetapi rasanya seperti sedang berdiri tanpa tulang. Persendiannya seolah-olah hilang. Jika tidak bertahan, mungkin wanita itu akan jatuh melorot ke lantai.Tatapan Bella langsung tertuju pada seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang. Dan sebaliknya, hingga mereka beradu pandang untuk beberapa saat. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu. Saat matanya kembali menatap laki-laki yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka jika akhirnya dia berada sedekat itu dengan sang suami. Sementara itu, di dalam ruangan tersebut, dua orang yang menemani Elvaro juga terkejut melihat kedatangan Bella yang sangat tiba-tiba.Mellisa dan Bu Siti saling pandang tidak percaya jika Bella kini ada di hadapan mereka. Bu Siti terutama, asisten r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status