Share

Bab 3. Bebas

Penulis: Capucinno
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-05 09:23:27

Viana lega, bebas dari Teofilano. Sore ini Viana minta tolong seseorang di depan swalayan untuk menelpon suaminya. Untuk menjemput, sebab ponsel, tas dan dompetnya tertinggal di KIC.

Itu karena tadi Reynhart menyeretnya begitu saja dari ruang kerja Teofilano ke parkiran mobil.

Viana mondar mandir, 20 panggilannya tidak terangkat satupun, “Angkat La, pliss!”

“Viana?”

Spontan Viana membalik badan, “Cherry!”

Cherry heran melihat wajah Viana yang berantakan, dan seragam kerjanya tampak lusuh, “Kamu habis ngapain, Vi?”

Debu di gudang kosong sangat tebal. Setelah Teofilano menembak tali yang menggantung Viana, perempuan itu jatuh dari ketinggian 3 meter dalam kondisi tengkurap, sebab itu seragamnya lusuh.

“Ceritanya panjang. Aku balikin ponsel oma itu dulu ya.”

Cherry melongo, tak sengaja matanya melihat ikat rambut Viana.

***’

“Siapa yang menelpon?”

“Nggak tahu, nomor tak dikenal,” sahut Galla.

Galla membalik ponselnya lalu jarinya kembali mencari bagian paling sensitif dari Jasmine, “Aku mau ini sebelum pulang.”

Jasmine mengerang, tidak tahan Galla memainkan titik C nya sebelum penyatuan.

“Kamu sudah KB kan?” Galla memastikan. Tidak mau Jasmine hamil seperti kala itu.

Jasmine mengangguk, mendustai Galla.

Pernikahan Viana dengan Galla memang bukan atas dasar cinta. 3 tahun lalu, Galla patah hati karena di tinggal pergi Jasmine—cinta pertamanya. Untuk mengatasi patah hatinya, setiap malam Galla menenggak alhokol.

Hingga suatu malam Galla menabrak ayah dan ibu Viana, karena menyetir mobil dalam keadaan mabuk. Ibu Viana tewas di tempat, sementara ayahnya meninggal seminggu kemudian.

Jasmine mengusap dada Galla yang lunglai di sampingnya, “Kenapa kamu menikahi Viana, kalau tidak mencintainya?”

Aneh saja, pria tampan mirip idol k-pop ini sering mengatakan mencintainya, tapi belum pernah mengajaknya menikah.

Justru Viana, wanita yang katanya tidak dicintai malah dinikahi. Jasmine curiga, jangan – jangan Galla mulai jatuh cinta dengan wanita miskin itu.

“Tanggung jawab,” jawab Galla jujur.

Puas meniduri Jasmine, Galla pulang. Ditengah jalan saat lampu merah dia membuka ponselnya, penasaran siapa yang menelponnya hingga 50 kali.

Galla menelpon balik, untungnya langsung diangkat, “Halo, tadi telpon saya?”

“Tidak,” sahut perempuan dari telpon.

Galla bingung, “Tapi tadi anda menelpon saya sampai 50 kali.”

“Oh ya, itu bukan saya. Tapi gadis muda. Usia 20 tahunan. Sayang saya tidak sempat tanya namanya.”

Galla semakin bingung, Viana usianya juga 20 tahunan, “Apa dia tingginya sekitar 160 lebih dikit, putih, rambutnya panjang, wajahnya mungil, cantik?”

“Ya, ya, benar itu.”

Viana menyukai sosis sapi bakar. Saat Galla melihat ini dia teringat Viana. Bahkan diam – diam tersenyum mengingat wajah Viana yang gemesin itu saat mengunyah sosis panas-panas.

“5 sosis,” pesan Galla.

Sembari menunggu, dia menelpon Viana. Dia yakin Viana sudah sampai rumah, karena saat ini sudah jam 9 malam.

Dari antusias memberi surprise sampai geram, Viana belum mengangkat telponnya.

“Kamu mau balas dendam padaku?” tebak Galla.

Jarak dari tempat sosis ke rumah hanyalah 30 menit. Saat ini Galla sudah tiba di rumah. Kesal melihat Viana tidur.

“Bangun!”

Hati Viana tak kalah kesal. Kalau tak ada Cherry, mungkin dia belum sampai rumah detik ini.

Galla menarik selimut Viana, tahu Viana belum tidur. Perempuan ini memang diam seribu bahasa ketika marah.

Viana merutuki ketidakwarasan Galla. Saat ini dia kedinginan karena suhu kamar 18 derajat celcius, tapi tidak berani menarik selimut.

“Aku membelikanmu sosis.”

Viana terkejut, dalam rangka apa pria itu pulang kerja bawa sosis? Dia ulang tahun saja tak mendapatkan apa – apa dari pria yang berstatus suami itu. Terpaksa Viana memaafkan, ini moment langka.

“Sudah pulang?” sapa Viana, tidak berani ngegas karena habis dibawain sosis.

“Sudah,” sahut Galla, sebelum menuju toilet.

Viana kesusahan menelan sosisnya, karena Galla tak berhenti menatapnya.

Meski sudah 2 tahun menikah, mereka memang seperti baru kemarin sah jadi suami istri. Ketika berada dalam satu ruangan yang sama, tidak punya bahan untuk dibicarakan. Itu karena Galla seringkali membawa pekerjaan ke rumah.

Selain itu, Galla bukan tipe orang yang kepo dengan kehidupan Viana. Awalnya Viana suka bertanya, lama – lama capek, karena hanya dia yang aktif bertanya.

Viana melirik Galla yang sibuk dengan ponselnya, “Terima kasih.”

Galla menjawab, tapi matanya tetap fokus ke layar ponsel, “Ya, besok mau lagi?”

Bodoh jika melewatkan kesempatan langka, Viana mengangguk, “Mau.”

“Cium aku dong!”

Rahang Viana jatuh, apa dia nggak salah dengar?

Galla tertawa, Viana kabur setelah mengecup singkat pipinya.

“Viana.”

“O Shit!”

Jantung Viana hampir lepas tiba – tiba ada suara di tengah dapur yang gelap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 189

    “Rupanya Tuan Tiger mati, juga,” olok Derryl. “Ikutlah kami.”“Tidak! Kalian pasti membunuhku!”“Kami tidak tahu masalah itu.” Alvin mendekat. “Bisa jadi tidak, kalau anda memberikan bayi itu kepada kami.”“Dia harus tahu rasanya kehilangan anak!”“Sekarang dia sudah tahu, karena itu melarang kami membunuh anda,” sahut Derryl.Tiger tertawa. “Tidak, dia belum tahu rasanya, karena anaknya masih hidup.”Tawa Tiger semakin kencang melihat Derryl dan Alvin tak bisa membalas argumennya. Namun saat dia melihat ke jalan raya di bawahnya, tawanya pudar melihat semua kendaraan sudah disuruh berhenti dan anak buah Teofilano bersiap menangkap bayi itu.“Cepat berikan!” perintah Alvin.Tidak ada pilihan lain untuk Tiger. Dia menyerahkan bayi kembar Teofilano ke Alvin, karena percuma di jatuhkan ke bawah, ada banyak orang yang akan menangkapnya.***’Viana memeluk Teofilano, menangis haru melihat dari vlog yang beredar bahwa kedua anaknya sudah berada di tangan Alvin.Sebenarnya Teofilano tidak mem

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 188

    “Lin,” Teofilano mengusap kepala Linda yang sudah tak berambut. “Aku datang.”Ada rasa bersalah yang menjalar hati Teofilano. Sejak menikahi Linda, dia tak pernah datang ke sini. Dia hanya menyuruh Derryl, asisten pribadinya, untuk mewakili kehadirannya. Sebab merasa bersalah kepada Viana.Tapi, mau bagaimana lagi. Linda salah satu karyawannya yang pandai memikat tamu, ratusan botol alkohol mahal-mahal berhasil Linda jual, setiap bulannya. Menikahi Linda adalah kompromi, balas budi kepada orang yang mendatangkan uang untuk bisnisnya.Menikahi Viana, adalah cinta.“Kamu akhirnya datang,” gumam Linda, tersenyum senang. Kehadiran Teofilano seperti morfin baginya.“Ya, Lin.”Teofilano mengecup kening Linda, kompromi, sebagai suami. Detik berikutnya, dia tak berani melihat Linda yang kesakitan karena serangan sel kanker.Dulu dia berpikir pria makluk kuat. Ternyata salah, perempuanlah makluk kuat.Tadi dia melihat Viana berjuang antara hidup dan mati demi anaknya, sekarang dia tak mampu mel

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 187

    Hampir 3 bulan Viana tinggal di rumahnya yang berseberangan dengan Mr Fox. Dia tidak mau bertemu Teofilano, karena merasa dikhianati.“Alvin!” Viana merasa perutnya semakin sakit. “Alvin!”“Ya, Nyonya.”Alvin ngos-ngosan ketika membuka pintu, sebab kamarnya dan kamar Viana jauh, namun ada intercom yang menghubungkan mereka. Karena itu meskipun sedang mimpi indah, dia segera meloncat bangun.Alvin terkejut ketika melihat Viana berada di lantai. Dia segera mendekat dan mengangkat bosnya itu ke ranjang.“Alvin, sepertinya aku mau melahirkan.”“Ba—baik, Nyonya.”Malam itu juga Alvin mengantar Viana ke rumah sakit Luiqi.“Kenapa anda terlambat ke rumah sakit, Nyonya? Ini sudah bukaan 7,” tanya dokter kandungan yang jaga malam itu, tapi bukan dokter yang biasa merawat Viana.“Maaf, Dok, ini kehamilan saya yang pertama. Saya tidak tahu jika akan melahirkan, karena prediksi masih seminggu lagi.Tubuh Viana gemetar, tak bisa dikendalikan karena sakit yang merajam perut dan pinggang.“Alvin, a

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 186

    “Mama nggak apa aku tinggal?” tanya Viana sembari menatap Vonny yang duduk di teras rumah.“Ya, ya, nggak apa, Viana. Di rumah ada Airy dan satpam. Makasih, ya, udah nolongin Mama. Mama nggak tahu kalau tadi kamu nggak lewat, penjambret itu pasti berhasil melakukan aksinya,” jawab Vonny, masih gemetar, syok.“Sama-sama, Ma.”Pukul 12 siang ketika Viana turun dari mobil. Alvin membantu Viana pindah ke kursi roda, lalu mendorong bosnya itu menuju pintu utama mansion yang terbuka.“Dari mana?”Viana dan Alvin kompak menoleh ke samping, terkejut melihat Teofilano tiba-tiba muncul melalui garasi.“Kantor,” dusta Viana.Viana takut dianggap ODGJ oleh Teofilano bila jujur mengatakan dari psikiater. Lebih parahnya lagi, takut pria itu akan meninggalkannya malu punya istri dengan gangguan mental. Sebab itu lebih baik dia simpan sendiri. Hanya Alvin yang tahu.“Oh ya?”Teofilano menatap Viana dan Alvin bergantian, tapi tidak heran Viana membohonginya. Sebab, jika Viana berniat jujur pasti sudah

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 185

    Pagi ini Teofilano heran, ketika bangun tidur Viana sudah tidak ada di sampingnya. Dia cari kebawah pun tidak ada. Dan tidak ada yang tahu kemana perginya, yang pasti keluar bersama bodyguardnya.‘Tumben gak pamit ke aku?’ batin Teofilano sembari meraih ponselnya dari saku saku celana.Dia menelpon Viana, panggilannya masuk namun hingga tak dijawab. Tak mau membuang waktu, dia menghubungi bodyguard Viana. Rasa herannya berubah menjadi geram. Tak satupun yang mengangkatnya.Akhirnya telpon bodyguard bayangan Viana yaitu anak buahnya yang Viana angkat jadi mata-mata ketika dia pura-pura jadi Devil.“Ke psikiater?” tanya Teofilano, heran.“Ya, Pak.”“Sejak kapan dia ke psikiater?”“Kalau saya tahunya sejak Ibu kembali ke Triodes,” kata Z1“Ok, Z1. Kirimi aku lokasinya.”2 jam kemudian Teofilano tiba di lokasi. Sengaja dia parkir agak jauh, sebab mobil Viana masih ada di depan tempat praktek.Teofilano tidak bisa menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Selama ini Viana selalu

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 184

    “Pernah dengar aja,” dusta Viana. “Oh ya kapan aku bisa pulang?” Viana tidak betah berada di rumah sakit.“Setahun lagi.”Viana menyesal bertanya ke Mr Fox. Entah kenapa pria itu terlihat sebal dari tadi. Namun Viana sedang malas bertanya.“Aku ingin menemui suamiku.” Viana menatap mereka bergantian, namun tak ada yang menjawab. Akhirnya Viana berusaha turun dari tempat tidurnya.“Nyonya, anda belum bisa menemuinya,” cegah Alvin, berusaha sabar bila Viana dalam mode kekanak-kanakan seperti ini. Namun bukan Viana jika tidak keras kepala.Terpaksa malam itu juga mereka mengantar Viana ke kantor polisi. Sebenarnya datang ke kantor polisi juga tidak bisa sembarangan. Karena Viana sudah seperti anak kecil, Mr Fox dan Alvin mau tak mau meloby penjaga.Tangis Viana pecah ketika melihat suaminya muncul. Viana segera minta peluk Teofilano dan itu membuat Mr Fox ingin muntah. Dia kesal melihat Viana sebucin itu dengan Teofilano. Padahal Teofilano itu brengsek, punya banyak wanita.“Aku gak mau l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status