Share

Bab 4. Bandit

Author: Capucinno
last update Last Updated: 2025-03-05 09:24:25

Wajah putih Viana semakin pucat melihat Teofilano yang menyusup masuk ke dalam rumahnya. Selain karena menyusup, dia pikir Teofilano masih di kantor polisi. Sepertinya dia tidak mengenal pria ini dengan baik.

Orang yang selama ini dia hormati, segani, anggap baik, lebih tepat disebut bandit dari pada CEO King International Club.

“Ba—bagaimana Bapak bisa masuk ke sini?” Viana melirihkan suaranya agar tidak membangunkan orang serumah.

“Kamu tidak perlu tahu bagaimana caraku melakukannya. Yang perlu kamu tahu, mulai sekarang kamu akan mengangkat telpon jika ku telpon.”

“Bapak tidak bisa mengancam—”

Teofilano menarik tangan Viana, membuat perempuan itu jatuh ke dalam pelukannya, “Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu dan semua orang di rumah ini!”

Tubuh Viana mengigil, melihat Teofilano menyusup ke dalam rumah dengan begitu mudahnya, tidak ada pilihan bagi Viana selain mengiyakan.

Teofilano menepuk pipi Viana, “Bagus, Viana.”

Viana melihat Teofilano dengan santainya keluar melalui pintu belakang. Padahal masih ada hal lain yang ingin dia tanya, kenapa Teofilano bisa keluar dari kantor polisi.

Perlahan Viana menyusul, ingin tahu bagaimana pria itu keluar dari rumahnya. Tapi, saat tiba di sana, Teofilano sudah tidak ada.

Halaman belakang rumah mertuanya ini memiliki patung air mancur berbentuk ikan setinggi 1 meter. Menempel pada pagar tembok setinggi 3 meter.

Dengan tinggi Teofilano 180 cm, Viana menduga Teofilano memanjat patung sebelum  meloncati tembok.

Tapi, bagaimana Teofilano tahu design rumahnya?

“Kamu ngobrol sama siapa?”

Viana terkejut tiba – tiba ibu mertuanya muncul. Apa ibu mertuanya melihat Teofilano?

“P—Pak Anan,” dusta Viana. Dia tidak suka berbohong, tapi keadaan memaksa.

Vonny—ibu mertua Viana tidak curiga dengan kegugupan Viana. Tukang kebunnya itu memang berperawakan tinggi dan masih tegap meskipun usianya sudah 70 tahun.

“Galla sudah pulang?”

“Su—sudah, Ma,” sahut Viana.

Vonny ingin bertanya kenapa Viana menangis, tapi menantunya itu terlanjur lari.

Saat kembali ke dalam kamar, Viana lega Galla sudah tidur. Sementara dia menangis di kamar mandi. Tidak menyangka berurusan dengan orang gila.

Ponsel Viana berdering. Tangannya buru – buru mengangkat telpon agar tidak membangunkan Galla.

“Ha-halo?”

“Kamu besok shiff apa?” suara Teofilano.

Triodes adalah kota 24 jam, kehidupan malam dikota ini jauh lebih ramai dari siang hari. Itulah kenapa KIC juga buka 24 dan memiliki 3 shiff. Club malam mulai pukul 22.00 sampai 06.00. Di luar itu KIC membuka restoran dan menyewakan hall untuk acara pernikahan.

***’

Pukul 07.00 Viana tiba di KIC. Kalau bukan karena Teofiano menelponnya, Viana tidak mau masuk kerja lagi hari ini.

Viana menatap gedung setinggi 5 lantai yang berdiri di atas lahan seluas 2 hektar di depannya. Dulu dia senang bekerja di tempat ini, karena lingkungannya tidak toxic. Tapi sekarang, malas. Semua itu karena Teofilano.

Telpon berdering. Lampu indikator menunjukkan angka 209, itu artinya telpon dari internal lebih tepatnya bagian purchasing.

“Pagi, Sayang,” suara Adam.

Telinga Viana sudah biasa di panggil sayang oleh para lelaki di KIC, sebab itu dia tidak terlalu ambil pusing.

“Mau apa?”

“Nanti jam 10 ada yang pakai Innova nggak?”

Viana melirik daftar catatannya.

KIC memang menyediakan mobil untuk karyawannya. Satu departemen satu mobil. Tapi departemen purchasing mobilnya box bukan Innova.

“Mau kemana Pak Adam pakai Innova?” Viana memang harus bertanya, karena Innova diperuntukkan departemen akunting.

“Ketemu supplier.”

“Bu Han mau pakai mobil jam 11. Pak Adam pake box aja!” Viana tidak mau ambil resiko.

Saat ini adam berdiri di depan counter resepsionis, menggenggam tangan Viana yang menyerahkan kunci mobil padanya.

“Aku kesepian dong kalau kamu nggak kerja di sini,” Adam berpikir Viana dipecat.

“Bawa aja bininya ke sini, Pak, biar nggak kesepian,” sahut Viana sembari menarik tangannya.

Bukannya melepaskan, Adam semakin mengeratkan, tepat saat Teofilano datang.

“Selamat pagi, Pak.”

Dari sudut ekor matanya Viana tahu kedua teman resepsionisnya membungkukkan badan. Meskipun banyak yang disebut Pak di kantor ini, tapi tidak ada yang membungkukkan badan kecuali kepada Teofilano.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 189

    “Rupanya Tuan Tiger mati, juga,” olok Derryl. “Ikutlah kami.”“Tidak! Kalian pasti membunuhku!”“Kami tidak tahu masalah itu.” Alvin mendekat. “Bisa jadi tidak, kalau anda memberikan bayi itu kepada kami.”“Dia harus tahu rasanya kehilangan anak!”“Sekarang dia sudah tahu, karena itu melarang kami membunuh anda,” sahut Derryl.Tiger tertawa. “Tidak, dia belum tahu rasanya, karena anaknya masih hidup.”Tawa Tiger semakin kencang melihat Derryl dan Alvin tak bisa membalas argumennya. Namun saat dia melihat ke jalan raya di bawahnya, tawanya pudar melihat semua kendaraan sudah disuruh berhenti dan anak buah Teofilano bersiap menangkap bayi itu.“Cepat berikan!” perintah Alvin.Tidak ada pilihan lain untuk Tiger. Dia menyerahkan bayi kembar Teofilano ke Alvin, karena percuma di jatuhkan ke bawah, ada banyak orang yang akan menangkapnya.***’Viana memeluk Teofilano, menangis haru melihat dari vlog yang beredar bahwa kedua anaknya sudah berada di tangan Alvin.Sebenarnya Teofilano tidak mem

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 188

    “Lin,” Teofilano mengusap kepala Linda yang sudah tak berambut. “Aku datang.”Ada rasa bersalah yang menjalar hati Teofilano. Sejak menikahi Linda, dia tak pernah datang ke sini. Dia hanya menyuruh Derryl, asisten pribadinya, untuk mewakili kehadirannya. Sebab merasa bersalah kepada Viana.Tapi, mau bagaimana lagi. Linda salah satu karyawannya yang pandai memikat tamu, ratusan botol alkohol mahal-mahal berhasil Linda jual, setiap bulannya. Menikahi Linda adalah kompromi, balas budi kepada orang yang mendatangkan uang untuk bisnisnya.Menikahi Viana, adalah cinta.“Kamu akhirnya datang,” gumam Linda, tersenyum senang. Kehadiran Teofilano seperti morfin baginya.“Ya, Lin.”Teofilano mengecup kening Linda, kompromi, sebagai suami. Detik berikutnya, dia tak berani melihat Linda yang kesakitan karena serangan sel kanker.Dulu dia berpikir pria makluk kuat. Ternyata salah, perempuanlah makluk kuat.Tadi dia melihat Viana berjuang antara hidup dan mati demi anaknya, sekarang dia tak mampu mel

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 187

    Hampir 3 bulan Viana tinggal di rumahnya yang berseberangan dengan Mr Fox. Dia tidak mau bertemu Teofilano, karena merasa dikhianati.“Alvin!” Viana merasa perutnya semakin sakit. “Alvin!”“Ya, Nyonya.”Alvin ngos-ngosan ketika membuka pintu, sebab kamarnya dan kamar Viana jauh, namun ada intercom yang menghubungkan mereka. Karena itu meskipun sedang mimpi indah, dia segera meloncat bangun.Alvin terkejut ketika melihat Viana berada di lantai. Dia segera mendekat dan mengangkat bosnya itu ke ranjang.“Alvin, sepertinya aku mau melahirkan.”“Ba—baik, Nyonya.”Malam itu juga Alvin mengantar Viana ke rumah sakit Luiqi.“Kenapa anda terlambat ke rumah sakit, Nyonya? Ini sudah bukaan 7,” tanya dokter kandungan yang jaga malam itu, tapi bukan dokter yang biasa merawat Viana.“Maaf, Dok, ini kehamilan saya yang pertama. Saya tidak tahu jika akan melahirkan, karena prediksi masih seminggu lagi.Tubuh Viana gemetar, tak bisa dikendalikan karena sakit yang merajam perut dan pinggang.“Alvin, a

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 186

    “Mama nggak apa aku tinggal?” tanya Viana sembari menatap Vonny yang duduk di teras rumah.“Ya, ya, nggak apa, Viana. Di rumah ada Airy dan satpam. Makasih, ya, udah nolongin Mama. Mama nggak tahu kalau tadi kamu nggak lewat, penjambret itu pasti berhasil melakukan aksinya,” jawab Vonny, masih gemetar, syok.“Sama-sama, Ma.”Pukul 12 siang ketika Viana turun dari mobil. Alvin membantu Viana pindah ke kursi roda, lalu mendorong bosnya itu menuju pintu utama mansion yang terbuka.“Dari mana?”Viana dan Alvin kompak menoleh ke samping, terkejut melihat Teofilano tiba-tiba muncul melalui garasi.“Kantor,” dusta Viana.Viana takut dianggap ODGJ oleh Teofilano bila jujur mengatakan dari psikiater. Lebih parahnya lagi, takut pria itu akan meninggalkannya malu punya istri dengan gangguan mental. Sebab itu lebih baik dia simpan sendiri. Hanya Alvin yang tahu.“Oh ya?”Teofilano menatap Viana dan Alvin bergantian, tapi tidak heran Viana membohonginya. Sebab, jika Viana berniat jujur pasti sudah

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 185

    Pagi ini Teofilano heran, ketika bangun tidur Viana sudah tidak ada di sampingnya. Dia cari kebawah pun tidak ada. Dan tidak ada yang tahu kemana perginya, yang pasti keluar bersama bodyguardnya.‘Tumben gak pamit ke aku?’ batin Teofilano sembari meraih ponselnya dari saku saku celana.Dia menelpon Viana, panggilannya masuk namun hingga tak dijawab. Tak mau membuang waktu, dia menghubungi bodyguard Viana. Rasa herannya berubah menjadi geram. Tak satupun yang mengangkatnya.Akhirnya telpon bodyguard bayangan Viana yaitu anak buahnya yang Viana angkat jadi mata-mata ketika dia pura-pura jadi Devil.“Ke psikiater?” tanya Teofilano, heran.“Ya, Pak.”“Sejak kapan dia ke psikiater?”“Kalau saya tahunya sejak Ibu kembali ke Triodes,” kata Z1“Ok, Z1. Kirimi aku lokasinya.”2 jam kemudian Teofilano tiba di lokasi. Sengaja dia parkir agak jauh, sebab mobil Viana masih ada di depan tempat praktek.Teofilano tidak bisa menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Selama ini Viana selalu

  • Terjebak Hasrat Bos Mafia   Bab 184

    “Pernah dengar aja,” dusta Viana. “Oh ya kapan aku bisa pulang?” Viana tidak betah berada di rumah sakit.“Setahun lagi.”Viana menyesal bertanya ke Mr Fox. Entah kenapa pria itu terlihat sebal dari tadi. Namun Viana sedang malas bertanya.“Aku ingin menemui suamiku.” Viana menatap mereka bergantian, namun tak ada yang menjawab. Akhirnya Viana berusaha turun dari tempat tidurnya.“Nyonya, anda belum bisa menemuinya,” cegah Alvin, berusaha sabar bila Viana dalam mode kekanak-kanakan seperti ini. Namun bukan Viana jika tidak keras kepala.Terpaksa malam itu juga mereka mengantar Viana ke kantor polisi. Sebenarnya datang ke kantor polisi juga tidak bisa sembarangan. Karena Viana sudah seperti anak kecil, Mr Fox dan Alvin mau tak mau meloby penjaga.Tangis Viana pecah ketika melihat suaminya muncul. Viana segera minta peluk Teofilano dan itu membuat Mr Fox ingin muntah. Dia kesal melihat Viana sebucin itu dengan Teofilano. Padahal Teofilano itu brengsek, punya banyak wanita.“Aku gak mau l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status