Hampa, tak ada semangat hidup. Kalau disuruh memilih, Viana lebih memilih Ibu, ayah, dan kakeknya hidup kembali dari pada kaya.Pukul 1 siang mereka tiba di rumah.“Ayo.” Galla meraih tangan Viana yang ogah-ogahan masuk ke rumah ini lagi. Hari ini Vonny, Gustav, Michael memang datang ke pemakaman Kakeknya. Menabur bunga tapi menganggapnya makluk tak kasat mata. Ya. hanya formalitas karena tidak enak dipandang tetangga dan saudara bila tidak datang.Vonny segera menuju dapur, mengecek masakan yang tadi titipkan ke Airi. Mencicipi rasanya menggunakan sendok dan puas dengan hasilnya.Vonny memanggil satu per satu anggotanya untuk makan siang, kecuali Viana, karena dia makluk tak kasat mata.“Yuk makan,” ajak Galla kepada Viana.Viana tidak mau, karena namanya tidak dipanggil.“Mama nggak panggil kamu, tapi aku mengajakmu, yuk.”Meski ogah, Viana ikut.Reyna heran, Vonny menuangkan banyak lauk ke piringnya, Michael, Gustav dan Galla tapi tidak dengan Viana.“Kak Viana nggak makan daging s
“Viana pulang dulu ya, Kek. Besok atau lusa datang lagi,” pamit Viana.Tanto memeluk cucunya sembari menyuruhnya hati-hati.“Kakek juga.” Viana menyudahi pelukannya lalu berjalan menuju mobil Galla.Namun langkahnya terhenti ketika melihat pria tinggi 180cm, rambut hitam model side part, kemeja hitam, celana bahan warna senada, syal leher dan mantel panjang musim dingin warna abu-abu.Pria yang berdiri di sebrang jalan dengan sarung tangan hitam itu menatapnya dengan tatapan mengajak kelahi. Sungguh kontras dengan penampilannya yang tampak dewasa.Viana menunduk, meneruskan langkahnya masuk ke dalam mobil Galla. Meski tanpa tanya, Viana tahu pria itu dari mengunjungi istri keduanya.Ya. Teofilano memang baru saja pulang dari negara Irish, menengok Lauren. Teofilano yang kebetulan lewat jalan itu menyuruh Dion berhenti ketika melihat Viana.Dengan alasan sopan santun serta ingin kenalan dengan kakek Viana, Teofilano mampir ke rumah resepsionisnya.Mereka duduk di teras rumah Viana. Jik
“Terima kasih, Dokter.”“Sama-sama, Viana.”Viana keluar dari ruang dokter dengan perasaan senang. Karena siang ini dia baru saja melakukan perawatan daerah intimnya agar kembali seperti virgin. Viana menyesal kenapa dulu waktu ada uang tak ambil banyak paket. Karena sekarang dia tak mampu membeli sekali perawatan pun.Viana memang memiliki uang dari hasil jualan sandal. Tapi dia sudah berjanji tidak akan memakai uang itu. Nantinya uang itu akan Viana kembalikan kepada Galla.Galla sepertinya panjang umur, baru Viana pikirkan, pria itu menelpon.“Ya.” jawab Viana.“Ku tunggu surat ceraimu, kenapa tidak datang-datang?!”‘Sialan! Kalau punya bukti, pasti sudah ku kirim dari 2 minggu lalu!’ jawab Viana dalam hati.Tapi mulutnya berkata lain. “Aku belum sempat mengurusnya. Apa kamu butuh supaya bisa cepat-cepat menikahi Jasmine? Kalau butuh, kamu aja yang urus, karena aku masih sibuk rawat Kakek sekarang.”Meski sarkas, Viana menjaga nadanya tetap rendah. Dan dia tidak berbohong, seminggu
Ya. Viana telah jatuh cinta pada Galla, untuk kedua kalinya. Karena sebulan ini pria itu benar-benar menjadi suami seperti impiannya.Viana tahu, dia sendiri bukan wanita sempurna karena pernah bersama Teofilano.Tapi, sebulan lalu mereka sudah meneguhkan pernikahan dan memperbarui janji nikah.Viana berjanji tidak mengulangi perselingkuhannya dengan Teofilano agar pernikahan ini tidak kandas. Sebab itu, sebulan ini, setiap Teofilano menelpon, mengirim pesan, atau mengirim uang, Viana lapor ke Cintya, dia transfer uang Teofilano ke perempuan itu, agar Teofilano tidak jadi menemuinya.Ya. Sebulan ini Viana minta perlindungan dari Cintya agar tidak diganggu Teofilano. Sebab itu Cintya baik pada Viana sekarang. Karena Cintya melihat Viana memang tak berniat merebut Teofilano darinya.Viana sudah menepati janjinya itu, karena benar-benar ingin mempertahankan rumah tangganya dengan Galla.Tapi kenapa, kenapa Galla melanggar janjinya? Padahal sudah berjanji akan menjaga jarak dengan Jasmin
Sebulan kemudian…..“Masak apa, Non?” tanya Airi—23 tahun, ART baru di rumah ini.Viana tersenyum sembari menoleh ke asisten rumah tangga baru yang seumuran dengannya itu. “Sapi lada hitam.”Airi membalas senyum. “Makin hari, saya makin nggak pede masak. Non Viana pinter masak, Ibu apalagi. Cuma masakan saya yang paling nggak enak di sini.”Viana tertawa. “Masakanmu nggak enak karena kamu nggak mau pake MSG. Coba tambahin MSG sedikit, rasanya pasti terangkat.”Airi mencicipi sapi lada hitam buatan Viana. “Enak, kayak di restoran.”Viana tertawa. “Bisa aja kamu.”“Bener, Non. Dulu saya sering diajak makan di restoran KIC sama bos yang lama. Nah, dia selalu pesen sapi lada hitam. Saya disuruh coba, kayak gini dah rasanya. Saya masih ingat.”Viana tak perlu cerita kalau dia dapat resep dari youtube. Kemudian dia trial beberapa kali sampai rasanya mendekati rasa sapi lada hitam KIC.Viana ingin memperbaiki hubungannya dengan Galla. Jika sebelumnya dia tak pintar masak, sekarang mulai pand
Malam ini, Jasmine mendatangi rumah Galla. Karena sudah tidak tahan, telponnya tidak diangkat oleh kekasihnya itu. Jasmine duduk di ruang keluarga bersama Vonny, dengan gelisah.“Kira-kira Galla kemana ya, Tan, kok 3 hari nggak pulang-pulang?”“Tante juga nggak tahu, Jas. Tapi jangan kuatir. Tante udah minta tolong orang buat nyari dia dan perempuan sampah itu. Sebentar lagi pasti dia pulang.” Vonny berusaha menenangkan Jasmine, meski dia sendiri tidak tenang merasakan anaknya yang idiot.“Gimana Tante tahu kalau sebentar lagi Galla pulang?”“Tante suruh polisi cari mereka berdua,” dusta Vonny.Vonny malu mau mengatakan kepada Jasmine jika dia menyewa jasa Teofilano untuk mencari Galla dan Viana. Karena organisasi kejahatan silent killer itu terkenal tidak hanya mau dibayar dengan uang tapi juga badan. Vonny tidak mau Jasmine berpikir demikian.Jasmine tersenyum lebar. Tidak menyangka Vonny melakukan hal itu. “Makasih, Tante. Aku sayang banget sama Galla, nggak bisa hidup tanpa dia.”
“Aku belum puas,” ucap Galla.Viana menangis disuruh melayani Galla sampai puas, sebagai hukuman karena menemuni Teofilano dan membuat pria itu keracunan makanan.Viana menyerah, dari tadi siang Galla bilang tidak puas. Tubuh Viana sakit semua karena dipukuli pria yang belum puas dengan pelayanannya itu.Viana tidak tahu, apa lagi yang harus dia lakukan. Semua gaya yang pernah dia coba bersama Teofilano sudah dia coba, Galla pun mengeluarkan cairan kentalnya. Tapi pria ini masih bilang belum puas.Setelah istirahat 4 jam, Viana kembali kepada benda yang sudah lemas itu. Sebenarnya sudah tidak bisa berdiri, tapi demi memuaskan Galla, Viana mau tak mau harus membuatnya berdiri.“Kenapa kamu memperlakukannya seperti pelacur?” Viana sesenggukan.“Kamu yang bilang padaku, aku boleh memberimu hukuman apa saja,” sahut Galla, tanpa beban perasaan.Alasan Galla menyuruh Viana keluar dari ruko agar tidak bertemu Teofilano lagi. Sebab itu Galla kecewa hari ini Viana menemui Teofilano di tempat l
Viana akhirnya turun, karena Galla mengatakan Jasmine ingin beli sandal.“Kak Jasmine beli sandal banyak buat apa?” Viana heran Jasmine pesan 500 sandal.“Mau bagi-bagi ke anak yatim piatu.”Viana tampak berpikir, apa sandal ini tidak kegedean di kaki mereka?Detik kemudian Viana bodo amat, yang penting dagangannya laku.“Makasih Kak, Jas.” Viana tersenyum lebar setelah melihat bukti transferan Jasmine. Seketika rasa cemburunya kepada perempuan itu lenyap.“Aku kasih bonus satu buat Kak Jasmine. Kakak pake ukuran berapa?”“Nggak usah, Vi. Sandalku udah banyak di rumah.”“Gitu?”“Iya.” Jasmine mengulas senyum palsu.Jasmine sudah pergi, sementara Viana mempacking sandal-sandal itu. Viana baru tahu kalau Jasmine cucu PT Emas Laut. Perusahaan yang menjual mutiara, baik mutiara laut maupun air tawar. Tidak hanya dalam bentuk perhiasan tapi juga sebagai bahan kosmetik tertentu.Viana menelpon kurir langganannya, untuk mengantar barang itu ke rumah Jasmine. Karena kata Jasmine, dia akan meng
Sudah 3 hari Galla belum pulang dari rumah sakit. Viana semakin tidak tenang dan merasa bersalah. Siang ini dia menelpon Daffy. Karena hanya dari pria itulah dia bisa mendapat informasi.Sementara Vonny, Gustav dan Michael, meskipun di rumah tak memberinya informasi apa-apa. Mereka kembali menganggapnya sebagai makluk tak kasat mata.“Ya, Vi?”“Gimana kabar Galla?” tanya Viana lemas, karena sudah 3 hari pula dia tidak makan karena ingin menghukum diri sendiri.“Udah mendingan.”“Bisa aku bicara dengannya?”Sudah 3 hari ini Viana tidak mendengar suara Galla karena pria itu menolak berbicara dengannya. Viana sesengukan, apa yang sudah dia lakukan kepada pria itu?Viana merasa sangat bersalah. Mau Galla hukum apapun dia siap asal masalah selesai.“Ya udah nggak apa kalau dia masih belum mau bicara denganku. Aku ingin tahu keadaannya, apa perutnya masih nyeri? Masih muntah, diare? Aku ingin menengoknya, tapi takut nggak dibolehin masuk sama mama dan takut Galla gak mau ku temui.”Hati Vian