“I love you, too, Nenek.” balas Galla.Jasmine tertawa. Malam ini dia memang berdandan seperti perempuan berusia 50 tahun, supaya tidak ada yang mengenalinya.Jasmine tidak menyangka Galla mendengar idenya untuk memberi obat tidur kepada Viana. Dan seperti prediksinya, malam ini dia bisa nonton bioskop tanpa gangguan meskipun Viana ada didepan mata.“Terima kasih, La.”“Sama-sama. Kamu senang?”“Senang.” Jasmine pikir dirinya sudah kehilangan Galla, ternyata pria itu masih lebih memilih dirinya dibanding Viana. Jasmine bersumpah akan menyingkirkan perempuan miskin itu dari keluarga Galardi.Galla senang hari ini bisa menyenangkan kedua wanitanya sekaligus. Viana senang karena dia belikan ponsel baru, sementara Jasmine sedang karena dia turuti keinginanya jalan-jalan tanpa ketahuan Viana atau orang lain.Harapan Galla bisa adil seperti itu seterusnya. Karena dia tidak bisa kehilangan salah satu di antara mereka berdua.2 hari kemudian…..“Apa, Tan?!”“Sudah 2 hari ini Jasmine tidak pul
Teofilano membuang putung rokoknya, berjalan santai menyusul Viana yang masuk ke jok baris kedua. Tak lama, mobil sedan warna hitam yang disopiri Dion itu bergerak menuju KIC.Sebenarnya Teofilano tahu dari dulu Galla menyelingkuhi Viana. Ketika Viana koma, Felix—bodyguard bayangan Viana sering mengiriminya foto Galla bersama Jasmine. Kedua makluk itu pacaran, pelukan di depan Viana yang sedang koma.Tapi Teofilano tidak mau ikut campur. Sebab itu tidak pernah cerita kepada Viana tentang aib Galla.Tapi semalam, Felix mengirim foto Galla meneteskan sesuatu ke dalam botol air mineral Viana ketika perempuan itu ke toilet.Teofilano memang masih marah kepada Viana karena perempuan itu tidak mau mengakui bahwa dirinya anak Gabriella dan Nit King.Tapi, melihat Viana diberi sesuatu oleh Galla, dia jauh lebih marah. Tidak ada yang boleh menyakiti Viana selain dirinya!Ya, tidak ada yang boleh menyakiti Viana selain dirinya. Karena Viana miliknya, tawanannya. Pikir Teofilano semalam.Sebab
Viana mengambil nafas. Meskipun sudah berkali-kali tanpa busana di depan Teofilano, jantungnya tetap deg-degan seperti pertama kali melakukannya.“Kenapa kamu berpikir aku mencintaimu?” ulang Teofilano sembari melepas kancing kemejanya sendiri.“Karena Bapak selalu mengajakku berhubungan badan. Aku tahu sex bukanlah cinta, tapi salah satu manifestasi cinta adalah sex.”Teofilano tertawa sebelum meletakkan kemeja hitamnya di atas meja. “Jangan salah, Viana. Tubuh pria setiap hari memproduksi sperma. Mau tidak mau kita para pria melakukan sex untuk mengeluarkan supaya tidak penuh. Aku mengajakmu berhubungan badan karena kamu yang membuatku kehilangan istri. Tidak lebih dari itu.”Viana menarik nafas. Ingin mensuwir-suwir mulut Teofilano, tapi tidak ada yang salah dengan ucapannya. Pria itu mengajaknya berhubungan badan memang bukan atas dasar cinta tapi memberi hukuman atas kesalahan yang dia buat.Akhirnya Viana hanya bisa melengos ketika Teofilano membuka ikat pinggang serta celana ba
“Saya tidak akan menghindar meskipun Bapak tikam.”Teofilano tertawa. Berapa banyak nyawa yang dia bunuh? Dia hanya menghitung ketika masih 1 – 300. Setelah itu tidak menghitung lagi. Karena terlalu banyak jumlah anak buah Nit King dan Cintya yang mencari masalah dengannya.Satu hal yang pasti seluruh anggota keluarga dan anak buah Nit King sudah dia habisi, bahkan binatang peliharaan dan cicak yang ada pada dinding rumah Nit king. Hanya satu yang tersisa yaitu Stefanie Laurencia King, bayi Gabriella yang saat ini di depan matanya.Teofilano menghirup aroma pipi Viana yang mungil, mulus dan wangi. Jantungnya berdebar, peredaran darah ke arah kejantanannya yang lancar membuat benda itu cepat mengeras.Terkadang, antara benci, cinta, dan obsesi beda tipis. Ketiganya seperti persamaan linier. Satu garis lurus yang bernama INGIN.Jika cinta INGIN membahagiakan, benci INGIN menghancurkan, maka obsesi INGIN menguasai atau memiliki.“Aromamu aroma bayi … wajahmu wajah Gaby … kekurang ajaranm
Viana termangu di salahpahami oleh Teofilano.Entah setan mana yang merasuki Viana, urat malunya tiba-tiba putus. Sudah diperlakukan seperti itu, tangannya masih meraih kembali milik Teofilano yang sudah mengecil dari tadi.Membelai lembut dan penuh kasih sayang ketika Teofilano tidak lagi menolaknya. Viana berhenti ketika benda itu diameternya mengetarkan jantung. Benar-benar ingin benda itu menggantikan jari Teofilano.Viana menatap mata Teofilano. “Aku mohon … masukin ….”Alih-alih mendengarkan Viana, Teofilano terus memainkan lubang peranakan yang basah itu dengan penuh nafsu. Semakin Viana tersiksa, semakin berkurang amarahnya. Setidaknya sampai beberapa detik kemudian.Jika memohon tidak di dengarkan, maka jalan satu-satunya main hakim sendiri. Viana mendorong Teofilano sekuat tenaga hingga pria itu mundur beberapa langkah. Jangan menindas orang yang lemah.Viana baru keluar dari ruang kerja Teofilano pukul 12 siang. Berjalan layaknya tidak terjadi apa-apa, padahal baru saja mel
Viana kembali ke konter resepsionisnya dengan wajah penuh tanda tanya. Hal apa kira-kira yang membuat Galla tiba-tiba dingin dan mendiaminya. Memang ini pertanyaan bodoh yang pernah terlintas dalam benaknya setelah melakukan dosa bersama Teofilano, tapi tetap saja ingin tahu.“Woi! Ngelamun aja!”Viana menjingkat tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dengan suara nyaring. Tangannya gatal untuk tidak memukul lengan pria yang dari dulu suka menggodanya itu.“Kenapa sih Pak Adam hobi banget kagetin orang?!” Viana emosi, benci di kageti.sAdam cekikikan sembari mengikuti Viana yang masuk ke lobby KIC, senang cewek cantiknya kembali. Sebenarnya di KIC bertabur cewek cantik karena Bos mereka—Teofilano membuat aturan jelas untuk terima karyawan yaitu harus good looking.Meskipun cuma SMA seperti Viana, asal cantik dan seksi pasti ketrima kerja di KIC, dari pada lulusan S2 dengan wajah hancur dan body ala kadar.Tapi khusus Viana, selain kecantikannya mirip Lauren, dia tidak merokok, minum alkoh
“Kamu angkat telpon Bapak,” perintah Luigi kepada Viana.Rahang Viana jatuh, dia belum sempet menjawab tapi kepala resepsionis itu sudah mengangkat telpon dari luar duluan. Tapi kemudian bersyukur, ternyata telpon dari luar orang yang tanya-tanya paket wedding, hal yang belum dia kuasai.Luigi menerangkan sedikit karena departemen marketing sedang diluar kantor untuk makan siang.Terpaksa Viana mengangkat telpon dari nomor ekstensi 201 itu.“Ya, Pak,” sahut Viana sembari menatap Adam. Suaranya agak kaku mengingat apa yang beberapa saat lalu dia lakukan ke pentolan silent killer itu. Tadi saat berbuat dia tidak berpikir karena terbawa keadaan, sekarang baru mikir tidak seharusnya dia begitu.“Pak … ada yang bisa saya bantu?”Viana bingung, Teofilano memutus sambungan tanpa sepatah kata.“Kenapa Bapak?” tanya Lolita.Viana mengedikkan bahu. “Gak ada ngomong apa-apa. Mungkin maunya diangkat Kak Luigi atau Kak Lolita.”“Ngusir aku kayaknya,” Adam perasaan.Sementara Adam pergi Viana jadi m
“Makasih Rumi,” ucap Teofilano.“Ya, Pak.” Rumi meninggalkan Viana dan majikannya setelah menyiapkan makan siang untuk mereka.Teofilano menuang beberapa sendok daging sapi ke piring Viana. “Hari ini kamu membuatku surprise sampai tidak tahu harus memberimu SP atau penghargaan.”Viana menyumpit nasi dan memasukkan ke dalam mulut sembari menunduk. Begitu pula dengan daging sapi lada hitam di depannya, dia masukkan satu persatu ke dalam mulut dengan kepala menunduk.Tadi saat memperkosa Teofilano tidak semalu ini, kenapa sekarang malunya minta ampun?Rasanya Viana tidak mampu menghadapi sisa hari.Ah! Tidak. Yang dia rasakan saat ini bukan cuma malu tapi juga merasa telah kurang ajar kepada CEOnya itu. Harusnya dia tak melakukan hal tak wajar bin stupid itu.“Lihat aku, Viana.”Viana tak menjawab apalagi melihat pria itu. Dia sedang menghalu andai bisa menghilang seperti jin detik ini.Cowok menyatakan cinta duluan itu wajar. Tapi cewek menembak cowok, memalukan. Apalagi dalam hubungan
“Terima kasih, Dokter.”“Sama-sama, Viana.”Viana keluar dari ruang dokter dengan perasaan senang. Karena siang ini dia baru saja melakukan perawatan daerah intimnya agar kembali seperti virgin. Viana menyesal kenapa dulu waktu ada uang tak ambil banyak paket. Karena sekarang dia tak mampu membeli sekali perawatan pun.Viana memang memiliki uang dari hasil jualan sandal. Tapi dia sudah berjanji tidak akan memakai uang itu. Nantinya uang itu akan Viana kembalikan kepada Galla.Galla sepertinya panjang umur, baru Viana pikirkan, pria itu menelpon.“Ya.” jawab Viana.“Ku tunggu surat ceraimu, kenapa tidak datang-datang?!”‘Sialan! Kalau punya bukti, pasti sudah ku kirim dari 2 minggu lalu!’ jawab Viana dalam hati.Tapi mulutnya berkata lain. “Aku belum sempat mengurusnya. Apa kamu butuh supaya bisa cepat-cepat menikahi Jasmine? Kalau butuh, kamu aja yang urus, karena aku masih sibuk rawat Kakek sekarang.”Meski sarkas, Viana menjaga nadanya tetap rendah. Dan dia tidak berbohong, seminggu
Ya. Viana telah jatuh cinta pada Galla, untuk kedua kalinya. Karena sebulan ini pria itu benar-benar menjadi suami seperti impiannya.Viana tahu, dia sendiri bukan wanita sempurna karena pernah bersama Teofilano.Tapi, sebulan lalu mereka sudah meneguhkan pernikahan dan memperbarui janji nikah.Viana berjanji tidak mengulangi perselingkuhannya dengan Teofilano agar pernikahan ini tidak kandas. Sebab itu, sebulan ini, setiap Teofilano menelpon, mengirim pesan, atau mengirim uang, Viana lapor ke Cintya, dia transfer uang Teofilano ke perempuan itu, agar Teofilano tidak jadi menemuinya.Ya. Sebulan ini Viana minta perlindungan dari Cintya agar tidak diganggu Teofilano. Sebab itu Cintya baik pada Viana sekarang. Karena Cintya melihat Viana memang tak berniat merebut Teofilano darinya.Viana sudah menepati janjinya itu, karena benar-benar ingin mempertahankan rumah tangganya dengan Galla.Tapi kenapa, kenapa Galla melanggar janjinya? Padahal sudah berjanji akan menjaga jarak dengan Jasmin
Sebulan kemudian…..“Masak apa, Non?” tanya Airi—23 tahun, ART baru di rumah ini.Viana tersenyum sembari menoleh ke asisten rumah tangga baru yang seumuran dengannya itu. “Sapi lada hitam.”Airi membalas senyum. “Makin hari, saya makin nggak pede masak. Non Viana pinter masak, Ibu apalagi. Cuma masakan saya yang paling nggak enak di sini.”Viana tertawa. “Masakanmu nggak enak karena kamu nggak mau pake MSG. Coba tambahin MSG sedikit, rasanya pasti terangkat.”Airi mencicipi sapi lada hitam buatan Viana. “Enak, kayak di restoran.”Viana tertawa. “Bisa aja kamu.”“Bener, Non. Dulu saya sering diajak makan di restoran KIC sama bos yang lama. Nah, dia selalu pesen sapi lada hitam. Saya disuruh coba, kayak gini dah rasanya. Saya masih ingat.”Viana tak perlu cerita kalau dia dapat resep dari youtube. Kemudian dia trial beberapa kali sampai rasanya mendekati rasa sapi lada hitam KIC.Viana ingin memperbaiki hubungannya dengan Galla. Jika sebelumnya dia tak pintar masak, sekarang mulai pand
Malam ini, Jasmine mendatangi rumah Galla. Karena sudah tidak tahan, telponnya tidak diangkat oleh kekasihnya itu. Jasmine duduk di ruang keluarga bersama Vonny, dengan gelisah.“Kira-kira Galla kemana ya, Tan, kok 3 hari nggak pulang-pulang?”“Tante juga nggak tahu, Jas. Tapi jangan kuatir. Tante udah minta tolong orang buat nyari dia dan perempuan sampah itu. Sebentar lagi pasti dia pulang.” Vonny berusaha menenangkan Jasmine, meski dia sendiri tidak tenang merasakan anaknya yang idiot.“Gimana Tante tahu kalau sebentar lagi Galla pulang?”“Tante suruh polisi cari mereka berdua,” dusta Vonny.Vonny malu mau mengatakan kepada Jasmine jika dia menyewa jasa Teofilano untuk mencari Galla dan Viana. Karena organisasi kejahatan silent killer itu terkenal tidak hanya mau dibayar dengan uang tapi juga badan. Vonny tidak mau Jasmine berpikir demikian.Jasmine tersenyum lebar. Tidak menyangka Vonny melakukan hal itu. “Makasih, Tante. Aku sayang banget sama Galla, nggak bisa hidup tanpa dia.”
“Aku belum puas,” ucap Galla.Viana menangis disuruh melayani Galla sampai puas, sebagai hukuman karena menemuni Teofilano dan membuat pria itu keracunan makanan.Viana menyerah, dari tadi siang Galla bilang tidak puas. Tubuh Viana sakit semua karena dipukuli pria yang belum puas dengan pelayanannya itu.Viana tidak tahu, apa lagi yang harus dia lakukan. Semua gaya yang pernah dia coba bersama Teofilano sudah dia coba, Galla pun mengeluarkan cairan kentalnya. Tapi pria ini masih bilang belum puas.Setelah istirahat 4 jam, Viana kembali kepada benda yang sudah lemas itu. Sebenarnya sudah tidak bisa berdiri, tapi demi memuaskan Galla, Viana mau tak mau harus membuatnya berdiri.“Kenapa kamu memperlakukannya seperti pelacur?” Viana sesenggukan.“Kamu yang bilang padaku, aku boleh memberimu hukuman apa saja,” sahut Galla, tanpa beban perasaan.Alasan Galla menyuruh Viana keluar dari ruko agar tidak bertemu Teofilano lagi. Sebab itu Galla kecewa hari ini Viana menemui Teofilano di tempat l
Viana akhirnya turun, karena Galla mengatakan Jasmine ingin beli sandal.“Kak Jasmine beli sandal banyak buat apa?” Viana heran Jasmine pesan 500 sandal.“Mau bagi-bagi ke anak yatim piatu.”Viana tampak berpikir, apa sandal ini tidak kegedean di kaki mereka?Detik kemudian Viana bodo amat, yang penting dagangannya laku.“Makasih Kak, Jas.” Viana tersenyum lebar setelah melihat bukti transferan Jasmine. Seketika rasa cemburunya kepada perempuan itu lenyap.“Aku kasih bonus satu buat Kak Jasmine. Kakak pake ukuran berapa?”“Nggak usah, Vi. Sandalku udah banyak di rumah.”“Gitu?”“Iya.” Jasmine mengulas senyum palsu.Jasmine sudah pergi, sementara Viana mempacking sandal-sandal itu. Viana baru tahu kalau Jasmine cucu PT Emas Laut. Perusahaan yang menjual mutiara, baik mutiara laut maupun air tawar. Tidak hanya dalam bentuk perhiasan tapi juga sebagai bahan kosmetik tertentu.Viana menelpon kurir langganannya, untuk mengantar barang itu ke rumah Jasmine. Karena kata Jasmine, dia akan meng
Sudah 3 hari Galla belum pulang dari rumah sakit. Viana semakin tidak tenang dan merasa bersalah. Siang ini dia menelpon Daffy. Karena hanya dari pria itulah dia bisa mendapat informasi.Sementara Vonny, Gustav dan Michael, meskipun di rumah tak memberinya informasi apa-apa. Mereka kembali menganggapnya sebagai makluk tak kasat mata.“Ya, Vi?”“Gimana kabar Galla?” tanya Viana lemas, karena sudah 3 hari pula dia tidak makan karena ingin menghukum diri sendiri.“Udah mendingan.”“Bisa aku bicara dengannya?”Sudah 3 hari ini Viana tidak mendengar suara Galla karena pria itu menolak berbicara dengannya. Viana sesengukan, apa yang sudah dia lakukan kepada pria itu?Viana merasa sangat bersalah. Mau Galla hukum apapun dia siap asal masalah selesai.“Ya udah nggak apa kalau dia masih belum mau bicara denganku. Aku ingin tahu keadaannya, apa perutnya masih nyeri? Masih muntah, diare? Aku ingin menengoknya, tapi takut nggak dibolehin masuk sama mama dan takut Galla gak mau ku temui.”Hati Vian
Viana tidak tahu jam berapa Galla pulang. Tahu-tahu pria itu sudah ada di sampingnya. Viana bangun karena sudah pukul 5 pagi.Seperti biasa, dia mengerjakan pekerjaan rumah sebisanya. Mulai dari mencuci baju kotor yang setiap hari menggunung, untung saja ada mesin cuci dan pengering, sehingga Viana hanya butuh 80 menit untuk menyelesaikannya.Sembari menunggu, Viana memasak nasi atau mashed potato seperti pagi ini. Kemudian setrika baju yang kemarin kering, nyapu ngepel lantai 1 hingga pukul 7 pagi baru usai.Viana menata sarapan di meja. Mashed potato, sosis sapi bakar, roti, selai, jus jeruk, susu pasteurisasi, dan air putih.Viana mengambil mashed potato dan sosis untuknya lalu pergi ke gudang. Sembari sarapan, dia membuka olshopnya. Viana tercengang, melihat ada yang order sandal 1.500 pcs. Masalahnya, customer itu belum pernah order.Viana kucek-kucek matanya, barang kali 150 pcs, bukan 1.500 pcs. Dia membalas chat pelanggan itu untuk memastikan jumlahnya. Ternyata pembeli itu me
Viana terpaksa mengemas barangnya, karena Galla tak mengijinkan dia datang ke ruko ini lagi. Semua itu gara-gara Teofilano menfitnat Mr Fox kalau pria itu sering datang ke sini.“Kenapa tidak kamu katakan ruko ini milikmu?!” geram Teofilano.“Karena ruko ini memang bukan milikku! Viana tak kalah geram.“Tapi aku beli ruko ini untukmu. Inilah upahmu tidur denganku.”Viana diam sejenak, sebelum akhirnya membalas. ”Jadi kamu ingin aku bilang pada Galla kalau ruko ini milikku, hasil dari tidur denganmu?”“Ya! kalau kamu berani. Tapi kalau tidak berani, beritahu Galla kamu Stevanie Laurencia King, anak Nit Kit. Itulah identitasmu. Tidak ada yang tidak bisa kamu beli dengan identitas itu!”“Aku bukan Stevanie Laurencia King!”“Kamu Stevanie Laurencia King! Dan kamu sudah menjadi milikku sebelum kamu lahir!”“Kamu gila … benar-benar gila.”“Karena itu jangan pergi, supaya aku tidak merebutmu dengan caraku.”Viana membatu. Entah kenapa saat ini dia merasa Teofilano tidak cinta padanya, tapi t