"Jangan pernah menyerah pada hal-hal yang membuatmu tersenyum dan bahagia. Terus nikmati hidupmu dan berikan yang terbaik." - Chloe Adams -
Dengan penuh amarah, Chloe meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Dia tidak memperdulikan tatapan Albert yang licik dan penuh kemunafikan. Tanpa sadar, dia berlari keluar dan menuju halte bus.Dadanya terasa sesak karena perbuatan Albert yang jahat.“Aku harus ke sekolah sekarang,” ujar Chloe dalam kesendiriannya.Setidaknya dia harus menjalankan kewajibannya terlebih dahulu, yaitu mengajar sebelum dia menyelesaikan masalah ini.Dengan amarah yang masih membuncah dalam dirinya, Chloe menatap keluar lewat jendela bus yang sedang ditumpanginya.Kali ini dia beruntung karena busnya datang tepat waktu dengan sedikit jumlah penumpang sehingga dia tidak perlu rebutan kursi.‘Albert benar-benar pria brengsek dan licik yang pernah aku temui selama ini,’ batinnya.*****Chloe tiba di sekolah tepat waktu. Tak lama kemudian, dia sudah berdiri di depan kelas dan mengajar murid-muridnya dengan ceria seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengannya.Tok, tok, tok..Chloe segera membuka pintu ruang kelasn
"May I kiss you?” bisik Mateo pelan.Pria itu sebenarnya tidak perlu bertanya, tetapi dia cukup tahu diri dan sadar bahwa di sana adalah lingkungan kerja Chloe dan pintu kelas pun dalam keadaan terbuka.Chloe menggigit bibirnya menahan sensasi di bawah perutnya yang terasa digelitik.Dia menoleh ke arah pintu, dan hmm, siapa saja bisa tiba-tiba nongol di sana dan memergoki mereka.“Don’t bite your lips,” gumam Mateo hampir kehabisan napas.Dia selalu lepas kontrol setiap dekat dengan Chloe.‘Apa yang terjadi dengan diriku? Bukankah aku pria yang bisa mendapatkan wanita mana saja yang aku mau dan bercinta dengan mereka kapan saja aku mau?’ keluh Mateo.Tapi dengan Chloe beda. Ya, ini sangat berbeda. Dia bahkan bisa marah-marah kalau tidak melihat gadis itu sehari saja.Dengan pelan Chloe mendorong lembut tubuh Mateo agar menjauh darinya.“Later,” jawabnya singkat dan berbalik serta mulai merapikan kembali barang-barang yang masih berantakan.“Ok!” balas Mateo sambil ikut membantu Chloe
Freya memulai kegiatan bersih-bersihnya dengan mengumpulkan semua pecahan gelas dan kaca yang bisa saja melukainya kalau dia tidak hati-hati.Dikumpulkan pecahan-pecahan beling itu dan menggunakan kantong kresek yang tebal agar ketajaman pecahan kaca tidak merobek kantong kresek tersebut.“Semoga suatu hari nanti, karma sendiri yang akan menghukumnya. Dasar laki-laki tidak tahu diri,” umpat Freya sambil terus membersihkan ruang tamu yang memang paling hancur berantakan dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang lain.“Kalau dia berani datang lagi dan merusak kembali apartment ini, maka aku tidak akan pernah memaafkannya. Hukumannya akan aku buat dua kali lipat,” geram Freya.Setelah selesai membersihkan pecahan beling, Freya pun membersihkan lantai dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Total kerusakan yang dialami Freya ternyata sangat besar.Freya memasuki kamar mandi yang terletak di samping kamar tidur Samuel. Dia akan membersihkan kamar mandi itu karena masih ada bekas munt
“Mom...” panggil Mateo lembut begitu mereka berdua memasuki kamar milik Mrs. Ryder. Wanita berumur lima puluh satu itu, sedang berbaring sambil menatap atap kamarnya. Terlihat dia sedang memikirkan sesuatu.“Mommy, aku membawa seseorang yang mommy tany…”Belum juga Mateo menyelesaikan kalimatnya, Mrs. Ryder yang kini sudah tersadar dari lamunannya, langsung duduk di pinggir ranjang.“Chloe?” tanyanya dengan mata berbinar-binar. Dia seperti seorang ibu yang sudah merindukan kedatangan anak perempuannya.Tanpa ragu-ragu, Chloe duduk di samping Mrs. Ryder dan meraih tangan wanita itu.“Hello, Mrs. Ryder. Nice to meet you again. Do you still remember me?”Dengan penuh antusias, Mrs. Ryder mengangguk riang seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan kembali mainan-nya yang hilang.Tangannya terangkat pelan dan membelai wajah Chloe dengan lembut.“Aku masih mengingatmu.”“Apa kabar?”“Aku baik-baik saja. Tapi aku ingin sekali bertemu denganmu. Apakah kamu pacar Mateo?”Chloe berusaha men
Aurora mempercepat langkah kakinya. Dia akan bertemu William di ‘Joe & the Juice’ jam tiga sore.Gadis belia itu begitu bersemangat untuk bertemu William. Setelah memasuki cafe itu, Aurora segera mencari sosok pemuda yang sudah berjanji untuk menemuinya.Pling!Pintu depan cafe itu terbuka dan seorang pria bertubuh kekar masuk sambil mendorong sebuah kursi roda. Seorang pemuda yang sangat manis dengan rambut pirang yang sangat indah duduk di atas kursi roda itu.Aurora awalnya mengacuhkan dan kembali menyisiri cafe itu dengan matanya yang sipit. Namun, dia tiba-tiba berbalik dan menatap pemuda yang duduk di kursi roda tersebut.Gadis belia itu seperti mengenal kursi roda itu. Itu adalah kursi roda kosong yang pernah dikirim William padanya.Aurora berdiri terpaku dan menatap pemuda itu.“Maaf, apakah kamu yang bernama Aurora?” sapa pemuda itu dengan sopan.Aurora hanya mengangguk dan menatap pemuda itu dari atas sampai bawah.“Kamu siapa?” tanya Aurora dengan suara tercekat.“I am Will
Tubuh Chloe yang tadinya berdenyut-denyut liar, langsung tersadar saat Mateo menanyakan kembali pertanyaan yang sama“Sampai di mana kau ingin meneruskan permainan ini, Chloe?”Napas Mateo tersengal-sengal. Kalau menuruti keinginannya, dia tidak akan mengajukan pertanyaan itu. Apalagi sel-sel tubuhnya yang juga meraung-raung ingin menyatu dengan tubuh Chloe yang menggoda. Dia bisa merasakan pembuluh-pembuluh darahnya seperti hampir meledak.“I am sorry,” bisik ChloeDia menggulingkan tubuhnya ke samping Mateo dan berusaha untuk tidak menyentuh pria itu. “No! Don’t say that. Aku yang sudah menggodamu terlebih dahulu. Jadi aku yang seharusnya minta maaf,” bisik Mateo sambil menggenggam tangan Chloe.‘Sial, berbaring di sampingnya saja, kenapa bisa senyaman ini sih?’ maki Mateo dalam hati. Dia tidak pernah merasa senyaman ini saat bersama dengan seorang wanita. Chloe memberikan semua yang dia butuhkan dari seorang wanita.“Aku juga ikut menggodamu,” balas Chloe lirih. Dia sendiri sedang
"Chloe, coba kamu cicipi udang goreng kesukaanku," tawar Mateo sambil meletakkan beberapa potong udang goreng crispy di piring Chloe. Dengan penuh semangat Chloe meraih sepotong udang goreng crispy. Baru saja gadis itu menikmati potongan udang goreng tersebut, wajahnya langsung pucat. Dia meraih kain serbet yang ada di atas meja dan menutup mulutnya.Mateo melompat kaget dari tempat duduknya. Dia takut alergi kacang yang diderita Chloe menyerangnya.“Chloe! Are you alright?” tanya Mrs. Ryder ikutan panik.Chloe tidak menjawab. Perutnya bergejolak dan dia ingin mengeluarkan isi perutnya saat itu juga.“Chloe, honey… Look at me,” pinta Mateo dengan lembut. “I need to go to the restroom,”ucap Chloe lemah.Mateo langsung memapah Chloe ke kamar mandi. Chloe sendiri bingung dengan tubuhnya. Dia tidak pernah bereaksi terhadap udang atau semua jenis makanan laut sebelumnya. Apalagi dia termasuk pencinta sea-food. Ikan, udang, kerang, kepiting dan rumput laut, adalah makanan kesukaannya.Beg
“Jangan makan sayuran mentah!” cegah Mateo panik.Chloe langsung menghentikan kegiatannya dan memandang Mateo dengan penuh tanda tanya.“Kenapa Chloe tidak boleh makan salad?” tanya Mrs. Ryder dengan pandangan aneh.“Karena, eeemmm, karena. Maksudku… Aku takut ada campuran minyak yang mengandung kacang dalam salad. Chloe kan alergi kacang, Mom,” jawab Mateo terbata-bata.“Oh, tapi bukannya Diana sudah tahu kalau Chloe alergi kacang?”Kini, Mateo bukan lagi kebingungan bagaimana cara menjawab pertanyaan mommy-nya. Tapi dia malah terpesona karena Mrs. Ryder bisa mengingat cerita-nya. Dia memang sempat menceritakan tentang alergi Chloe, di malam setelah Chloe pertama kali bertemu dengan mommy-nya.“Diana! Diana!” seru Mrs. Ryder. Dia tidak sabar menunggu jawaban dari mulut Mateo.“Yes, Madam.”Diana bergegas mendekati Nyonya rumah tersebut.“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?”“Minyak jenis apa yang kamu campur dalam salad itu?”“Minyak zaitun asli, Nyonya.”“Apa kamu yakin minyaknya tida