"Keberanian dan pengendalian diri dalam menghadapi masalah adalah kunci dalam memenangkan setiap pertempuran." - Mateo Ryder -
Chloe baru saja selesai mengajar ketika Albert mengirimkannya pesan. ‘Hi, honey! Aku akan menjemputmu hari ini. See you!” Chloe mengerutkan kening. ‘Ada apa dengannya? Akhir-akhir ini, dia sangat dingin padaku. Kenapa bisa tiba-tiba begitu mesra dan bersahabat?’ ‘Tidak, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri,’ balas Chloe dalam pesannya. ‘Aku ingin mengajakmu makan malam. Please….’ Kalau itu masih Chloe yang dulu, mungkin dia akan meleleh dan langsung menyetujui permintaan Albert. ‘Maaf, aku harus lembur hari ini.’ Padahal Chloe tidak berencana lembur sama sekali. Dia bahkan ingin segera pulang ke apartmennya sendiri dan ingin menenangkan pikirannya. Pling! ‘Aku akan menemanimu lembur.’ Chloe meremas-remas ujung bajunya. Saat dia merasa tidak nyaman atau gugup, kebiasaan meremas ujung bajunya kembali muncul. Entah sudah berapa kali dia berusaha menghilangkan kebiasaannya itu. Dia langsung mengunci ponselnya dan tidak berminat sama sekali membalas pesan dari Albert. Lagi pula
Albert meletakkan ponsel-nya dengan kasar di atas meja. Dia geram karena Chloe tidak membalas pesan terakhirnya. “Masa pesanku hanya dibaca tapi tidak dibalas?” gerutunya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Tok, tok, tok…. “Masuk!” teriak Albert dengan wajah gusar. Delina, sekretaris Albert yang sudah berapa kali diajak ke atas ranjang panas Albert, masuk dengan memakai rok yang kurang bahan. Sepertinya dia sangat ingin memamerkan pahanya yang baru saja dibuat tan (kecoklatan). “Tuan, saya ingin menyerahkan laporan bulanan perusahan kita.” Albert yang masih emosi karena Chloe mengacuhkannya, menjawab sekretarisnya dengan ketus. “Letakkan saja di atas meja. Kamu tahu kan letak meja kerjaku di mana?” Delina berusaha tetap tersenyum walaupun sempat kaget dengan perlakuan Albert. Dia berjalan dengan hati-hati dan meletakkan file-file penting di atas meja kerja Albert. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya dengan suara manja yang dibuat-buat. Hening. Karena ti
Setelah membeli bunga dan sekotak coklat kesukaan Chloe, Albert pun segera meluncur ke tempat kerja Chloe. Saat tiba di sana dia memarkir mobilnya dan merapikan penampilannya. Dia berniat untuk memperbaiki kesalahannya. Bisikan ayahnya di malam saat Chloe dipojokkan oleh orang-orang terdekatnya, masih terus terngiang-ngiang di telinga Albert. ‘Jangan hentikan pernikahan kalian, tapi buatlah dia menderita seperti penderitaan yang kamu rasakan saat ini. Kalau kamu masih mencintainya, berhentilah untuk menyalahkan-nya dan balaslah dendammu.' Kata-kata itu adalah bisikan dari ayahnya pada malam itu. Tapi sebenarnya, tujuan Albert lebih besar dari itu. Dia mempertahankan Chloe bukan karena hanya ingin membalas dendam atas perbuatan Mateo. Ada satu lagi rencana terbesarnya. Dia yakin dan percaya bahwa Chloe adalah kunci utama agar rencananya untuk melenyapkan Mateo dari dunia kelam yang mereka berdua geluti saat ini berjalan dengan baik. Chloe akan menjadi jalan kesuksesannya. Alb
Untuk kedua kalinya, Chloe diajak ke mansion Mateo, tapi kali ini dia datang sebagai tamu, bukan sebagai tawanan. “Ikut aku!” ucap Mateo singkat sambil berjalan di depan Chloe. Walaupun Chloe ingin sekali menikmati keindahan mansion tersebut, tapi dia cukup tahu diri. Mereka berdua bukan siapa-siapa. Karena takdir mempermainkan kisah kehidupan mereka sehingga mereka bertemu.“Masuk!” Dengan suara bass-nya, Mateo hanya mengucap kata singkat saat mempersilahkan Chloe masuk ke ruang kantornya.Chloe kembali terkesima. Ruang kerja Mateo sangat luas, bahkan lebih luas dari ruang tamu miliknya.“Indah sekali,” gumam Chloe pelan sambil menyapu seisi ruangan dengan pandangan matanya. Interiornya merupakan perpaduan antara klasik dan modern benar-benar terlihat sempurna di mata Chloe.Mateo mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di samping kursi kerjanya.“Duduk!” ucap Mateo sambil menyalakan komputernya. Dia akan menunjukan rekaman video itu kepada Chloe.‘Benar-benar manusia berhati bat
Mateo menahan Chloe dalam kungkungannya. “Kamu tidak boleh meninggalkan tempat ini tanpa seizinku. Mengerti!” ucap Mateo dingin. Dengan pelan dia mendekatkan wajahnya ke arahnya. Chloe menahan napas.“K-kamu mau apa?” ucap Chloe gagap sambil memalingkan wajahnya menghindari wajah Mateo yang hanya berjarak seinchi darinya.Napas Mateo menyapa permukaan wajah Chloe dan itu terasa sangat menenangkan bagi Chloe. “Please, don’t touch me!” rintih Chloe lirih. Sedetik saja Mateo sudah ingin melabuhkan ciumannya kepada Chloe. Tapi begitu mendengar permintaan Chloe, dia seperti diingatkan kembali atas kejadian malam itu. Ya, malam di mana dia menghancurkan masa depan gadis cantik ini. Suara Chloe yang lirih menghentikan niatnya. Kalau pun dia akan mencium gadis ini nanti, lebih baik dia menunggu waktu yang tepat. Walaupun Mateo ingin sekali melakukannya sekarang. Aura Chloe seperti magnet baginya. Begitu seksi. Begitu menggoda.“Makan malam bersamaku sekarang, setelah itu aku akan mengant
Flashback on “Yes! We did it!” pekik Isac penuh kemenangan. Team hacker yang dimiliki oleh Tuan Mateo, benar-benar pilihan terbaik. Mereka bahkan disekolahkan tinggi-tinggi oleh Mateo agar menimba ilmu. Setelah itu ilmu yang telah mereka pelajari, bisa digunakan untuk mengembangkan bisnis yang dia kelola. “Wait! Don't celebrate too soon. There might be more challenges ahead," ucap Oscar, kepala bagian team hacker. Dia adalah salah satu andalan Tuan Mateo yang memiliki otak yang sangat encer. “Kenapa?” tanya Isac kaget. Dia tahu, kalau sampai mereka gagal, maka orang yang paling disalahkan adalah dirinya. “Mungkin mereka masih mempunyai back-up data dari rekaman itu. Dan kalian tahu sendiri, itu tidak bisa kita hacker melalui jaringan internet.” “Damn it!” maki Isac. Dia berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Raut wajahnya terlihat kusut dan tidak menentu. “Kita hanya bisa menunggu. Begitu ada kesempatan, akan kita hack lagi data mereka.” “Kamu yakin itu akan berhasil sam
Bab sebelumnya.... Melihat Mateo tidak ada berada di ruang makan, Chloe bergegas mencari pria itu. Tapi Mansion itu sangat luas. Dia bahkan tidak tahu harus mencarinya ke mana. Chloe terus berjalan dan melihat satu ruangan di depannya. Mengira Mateo ada di sana, Chloe membuka pintu itu dengan pelan. “Who is that?” terdengar suara lemah dari seorang wanita di ruangan itu. Chloe tersentak kaget dan bermaksud untuk menutup pintu dan pergi begitu saja. Namun, entah apa yang mendorongnya, dia malah masuk ke dalam kamar itu. Dia melihat seorang wanita tua yang sedang berbaring di atas tempat tidur yang sangat besar. “Hello,” sapa Chloe dengan lembut. Perempuan itu mengikuti gerak-gerik Chloe dengan bola matanya. “Who are you?” tanya perempuan itu bingung. Sepertinya jarang sekali ada yang berkunjung ke dalam kamarnya itu. Chloe bahkan melihat kunci kamar yang masih menggantung di lubang kunci. Hal itu menandakan bahwa wanita tua itu mungkin dikurung di sana. Tapi Chloe tidak mau be
Chloe mengerjap-ngerjapkan matanya melihat Audrey dan Albert yang berpelukan dengan penuh gairah. Dia berharap itu hanyalah sebuah mimpi buruk. Tetapi tidak. Ini benar-benar terjadi. Kedua insan itu berciuman dengan liar di depan matanya. Dia mencengkram pegangan pintu mobil. Bersiap untuk keluar dan menghajar dua manusia terkutuk itu. “Don’t! Jangan lakukan itu!” ucap Mateo sambil meraih tangan Chloe. Dia bisa merasakan tangan Chloe yang gemetar karena amarah yang bergejolak di dalam tubuhnya. “Lepaskan tanganku!” sentak Chloe geram. Satu-satunya yang ingin dia lakukan saat ini adalah, keluar dari mobil ini dan melabrak sahabat dan kekasihnya. Tidak, Albert bukan hanya seorang kekasih baginya. Dia bahkan adalah calon suaminya. Walaupun Dia menunda pernikahan mereka, tetap saja mereka masih terikat cincin pertunangan yang melingkar di jari manisnya. “Tahan emosimu,” bisik pria itu. “Hah? Apa katamu? Tahan emosi? Kamu ini gila, bodoh atau apa, huh? Jelas-jelas kamu lihat s