LOGINSabita sedang termenung di kamarnya yang kini terasa tenang dan nyaman, jauh berbeda dengan kos-kosan sempitnya dulu. Kamar itu berada di rumah kayu mungil Pak Herman yang asri. Ia kini menyandang nama baru sebagai Bita Hermanto, sebuah identitas baru yang memberinya harkat dan martabat. Ia telah menemukan arti kesuksesan dan kemapanan yang dulu ia bayangkan di kampung halamannya. Ia kini hidup berkecukupan, disayangi oleh ayahnya—meski hanya ayah angkat—dan memiliki masa depan yang cerah sebagai calon pewaris tunggal perusahaan raksasa, Larasa Company.
Namun, entah mengapa, di tengah semua kemewahan dan kasih sayang ini, Bita masih merasakan ada kehampaan yang menggerogoti jiwanya. Kesuksesan ini memang nyata, tetapi ada satu rasa yang hilang, sebuah lubang yang sulit terisi di dalam hatinya.'Kenapa aku justru kepikiran Mas Gelar?' batin Bita dalam renungannya. Ia menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya berkelana. 'Padahal Ayah sudah melunasi semua hutangkPak Herman tersenyum sinis. "Hutang rasa? Itu adalah istilah yang sangat berbahaya bagi pria yang sudah memiliki rumah tangga. Bagaimana jika istri Pak Gelar mengetahui semua ini? Bagaimana jika istri Anda, Ibu Rima yang terhormat itu, tahu bahwa suaminya sedang mengejar-ngejar putri saya yang sekarang adalah salah satu direktur di perusahaan saya? Apakah Anda ingin menciptakan skandal besar bagi Larasa Company dan Aditama Group?"Gelar terdiam beberapa saat. Penekanan Pak Herman tentang rumah tangganya seolah membuka luka lama yang selama ini coba ia tutupi dengan tumpukan pekerjaan. Ia menunduk, menatap meja kayu mengkilap di hadapannya, lalu menghembuskan napas yang terasa sesak di dada.Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan keputusasaan, Gelar memutuskan untuk membuka tabir gelap kehidupannya yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Sebenarnya... saya sedang menghadapi masalah yang sangat besar dengan istri saya, Pak Herman. Masalah yang sudah mencapai titik jenuh," kata Gela
Pak Herman menghela napas panjang. “Kejujuran Anda cukup menyentuh, Pak Gelar. Namun, untuk saat ini, saya tidak bisa memberikan alamatnya kepada Anda. Bita membutuhkan ketenangan untuk fokus pada pekerjaan barunya. Jika dia memang ingin bertemu dengan Anda, dia yang akan mencari Anda. Berikan dia waktu dan ruang. Jangan mengejarnya seperti orang yang kehilangan arah, karena itu hanya akan membuatnya semakin merasa tertekan.“Gelar terdiam, ia menyadari bahwa ia tidak memiliki pilihan lain selain menghargai keputusan Pak Herman. Namun, di dalam hatinya, ia sudah berjanji bahwa ia tidak akan berhenti sampai ia berhasil menemukan Bita dan membawanya kembali ke dalam pelukannya, apa pun status sosial Bita sekarang.“Jika Anda tidak mau memberi tahu kotanya, setidaknya beri tahu saya apakah dia aman di sana?“ tanya Gelar dengan sisa kekuatannya.“Dia berada di bawah perlindungan orang-orang terbaik saya, Pak Gelar. Dia sangat aman dan sedang memulai langkah besarnya. Fokuslah pada urusan
Mendengar penjelasan itu, Gelar Aditama melotot kaget. Rasa terkejutnya kali ini jauh lebih besar dibandingkan saat ia menduga Bita dinikahi oleh Pak Herman. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Sabita, wanita yang dulu hampir terjebak dalam dunia kelam dan meminjam uang seratus juta rupiah darinya untuk melunasi Pak Hendy, kini telah bertransformasi menjadi putri mahkota dari konglomerat sebesar Hermanto. Ia seolah tidak percaya bahwa Bita bisa menjadi wanita paling beruntung di negeri ini yang menjadi kaya raya secara mendadak.“Anak angkat? Jadi Bita sekarang adalah pewaris tunggal Larasa Company?“ tanya Gelar dengan suara yang nyaris menghilang karena takjub.“Benar. Dia memiliki kecerdasan alami dan ketulusan hati yang jarang saya temukan pada orang-orang di dunia bisnis. Saya tidak hanya memberinya nama belakang untuknya, tetapi juga sedang membentuknya menjadi seorang pemimpin yang tangguh,” jawab Pak Herman dengan nada bangga yang sangat kentara.G
Gelar kembali menatap Pak Herman dengan penuh permohonan. “Saya tahu itu terdengar menyedihkan, Pak. Tapi bagi saya, Bita adalah segalanya selama satu bulan itu. Dia memberikan kedamaian yang tidak pernah saya rasakan selama bertahun-tahun menikah dengan Rima. Sekarang, tolong perjelas kepada saya, Pak. Bagaimana status pekerjaan Bita di sini? Mengapa dia bisa berubah menjadi sangat berkelas seperti yang saya lihat tadi?“Pak Herman meletakkan pulpennya. Ia memutuskan untuk memberikan satu potongan informasi penting yang akan membuat Gelar semakin terkejut.“Orang yang menyelamatkan Bita kala itu dari para penculik di rumah tua itu adalah saya sendiri, Pak Gelar. Saya yang menghajar empat penculik seorang diri dan membawa Bita pergi dari tempat terkutuk itu,” ujar Pak Herman dengan nada datar, seolah-olah mengalahkan segerombolan penculik adalah tugas harian yang biasa baginya.Gelar terhenyak di kursinya. Matanya membelalak tidak percaya. Jantungnya berde
Malam itu, kegelapan menyelimuti jalur tol yang menghubungkan Jakarta dan Bogor. Gelar Aditama memacu mobil mewahnya dengan kecepatan di atas rata-rata, seolah-olah mesin kendaraan itu bisa merasakan urgensi yang sedang bergejolak di dalam dadanya. Pikirannya tidak bisa lepas dari bayangan wanita yang ia lihat di basement kemarin. Wajah itu, sorot mata itu, dan aroma parfum yang masih ia kenali, semuanya adalah milik Sabita. Namun, kehadirannya di lingkungan Larasa Company telah memicu ribuan pertanyaan yang menuntut jawaban segera.Gelar merasa tidak bisa menunggu hingga esok pagi. Ia segera menghubungi nomor pribadi Pak Herman dan meminta pertemuan mendadak. Meskipun hari sudah larut, Pak Herman memberikan izin, sebuah tanda bahwa pria paruh baya itu memang sudah memperkirakan kedatangan Gelar.Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, mobil Gelar memasuki gerbang Larasa Company di Bogor. Gedung itu tampak kokoh di bawah cahaya lampu temaram. Gelar melangkah
Suasana di dalam ruang kerja probadi Gelar Aditama di dalam eumahnya mendadak terasa begitu berat. Cahaya lampu ruangan yang temaram seolah mempertegas gurat-gurat kelelahan dan kegelisahan yang terpahat di wajah sang pengusaha muda tersebut. Sandy, yang sejak tadi mengamati kegelisahan sahabatnya, akhirnya melontarkan sebuah usul yang memecah keheningan."Gelar, jika kau memang merasa sangat nyaman bersamanya, dan dia mampu memberikan ketenangan yang tidak bisa kau dapatkan di rumah ini, mengapa tidak kau nikahi saja dia?" Sandy bertanya dengan nada yang sangat serius, membuat Gelar tersentak dari lamunannya.Gelar menarik napas panjang, lalu menggelengkan kepala perlahan dengan raut wajah penuh keraguan. "Kalian berdua sepertinya lupa akan satu fakta mendasar. Ibuku dan Ayah Rima adalah pihak yang menjodohkan kami sejak awal. Pernikahan ini bukan sekadar urusan pribadiku, melainkan sebuah ikatan antara dua keluarga besar. Jika aku memutuskan untuk menceraikan Rima saat ini, aku sang







