Share

Menghadapi Kenyataan

Penulis: M ria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-20 11:40:46

Saat Sarah terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lengket. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan mencoba memahami situasi di sekitarnya. Namun, dia tidak melihat pria yang telah memaksa dirinya melakukan hubungan tersebut. Yang dia lihat adalah selembar cek dan kertas kecil yang tertulis di atas meja.

Sarah meraih cek dan kertas kecil tersebut dengan gemetar, hatinya berdegup kencang karena rasa penasaran dan ketakutan. Dia membaca pesan di kertas kecil itu dengan mata yang terpaku.

"Kau bisa menuliskan sejumlah uang yang kamu minta,lupakan apa yang terjadi semalam, maaf."

Sarah merasa seperti dunianya berputar saat dia menyadari kenyataan yang menyakitkan. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia memahami betapa beratnya peristiwa yang telah dialaminya.

"Aaaah! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini hah, kau telah menghancurkan ku. Uang ini ngga bisa membeli maafku, aku akan mencari mu dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mu." Ucap Sarah dengan air mata terus mengalir.

Sarah melihat kebawah, ia seperti melihat sesuatu yang berkilau. Sarah mengambil barang tersebut dan terkejut ternyata barang yang ia temukan adalah jam tangan yang terlihat sangat mahal.

"Apakah pria semalam dari kalangan orang kaya." Ucap Sarah.

Dalam keheningan yang menyayat hati, dia merasa terjebak dalam kebuntuan emosional yang tak terlukiskan. Yang dia inginkan hanyalah bisa melarikan diri dari semua ini, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan dan mencari keadilan atas apa yang telah dilakukannya.

Dengan langkah gemetar, Sarah berlari menuju kamar mandi, hatinya terasa hancur dan tubuhnya gemetar oleh tangisan yang tak terbendung. Begitu dia mencapai pancuran air, dia berdiri di bawah aliran air hangat, biarkan air mengalir di atas tubuhnya.

Air pancuran menyelimuti dirinya seperti sebuah pelukan, tetapi tidak mampu membersihkan rasa kotor dan hancur dalam dirinya. Sarah menangis sejadi-jadinya di bawah aliran air, membiarkan kesedihan dan keputusasaan menghancurkan dirinya.

"Aku merasa kotor... aku tidak suci lagi..." Ucap Sarah dalam kesedihan.

Rasa malu dan kehancuran menyelimuti dirinya, memenuhi pikirannya dengan pertanyaan yang tidak terjawab. Bagaimana dia bisa menghadapi dunia setelah pengkhianatan yang dialaminya? Bagaimana dia bisa menghapus rasa sakit dan keputusasaan yang menghantuinya?

Sarah terus menangis di bawah air pancuran, berharap bahwa air bisa membersihkan dirinya dari semua luka dan rasa sakit yang dia rasakan di dalam hatinya. Namun, dia tahu bahwa proses penyembuhan tidak akan mudah, dan dia harus memperjuangkannya dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tak tergoyahkan.

Sarah, masih berdiri di bawah aliran air pancuran, merasa terhempas dalam kehampaan yang melanda dirinya. Dalam kebingungannya, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terjawab.

"Bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku setelah keperawananku direnggut begitu saja? Aku telah menjaga diriku selama 22 tahun, tanpa berpacaran, hanya untuk diakhiri seperti ini?". Ucap Sarah dalam keputusan asaan.

Air pancuran terus mengalir, tetapi rasa hampa dan kehancuran dalam dirinya tidak bisa dilunakkan oleh aliran air yang hangat. Dia merasa terjebak dalam jurang yang gelap, tidak tahu bagaimana caranya melangkah maju dari titik ini.

Sarah merasa seperti identitasnya telah dicabut darinya, meninggalkan dirinya terapung di lautan ketidakpastian. Dia tidak tahu siapa dirinya lagi tanpa keperawanannya, tanpa integritas yang telah menjadi bagian dari dirinya selama begitu lama.

"Aku merasa seperti tidak ada yang tersisa dari diriku. Bagaimana aku bisa meneruskan hidupku setelah ini?" Ucap Sarah.

Sarah berjalan menuju cermin di kamar mandi, matanya menatap gambaran yang membingungkan di balik permukaan kaca. Dia melihat sosok yang hancur, wajahnya dipenuhi oleh jejak-jejak air mata dan ekspresi yang dipenuhi dengan rasa malu dan ketidakpercayaan.

"Bagaimana ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku tidak bisa melindungi diriku sendiri? Mengapa aku harus tidur dengan pria asing yang telah merenggut keperawanan dan menghilang tanpa jejak?" Ucap Sarah dalam kepiluan.

Dia merasa dirinya hancur di dalam, menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terjawab dan penyesalan yang menyayat hati.

"Jam tangan, iya jam tangan tersebut bisa membawa ku untuk mencari tahu siapa pemiliknya." Ucap Sarah penuh percaya diri.

Sarah yang baru saja mengingat jam tangan yang ia temukan, Sarah bisa melacak dimana jam tangan tersebut dibeli dan siapa pemiliknya setelah mengetahui semuanya Sarah bisa mengambil langkah selanjutnya tentang hidupnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Akhir dari Dendam

    Kebahagiaan yang sempat Adrian rasakan saat kelahiran putrinya berubah menjadi kekhawatiran yang dalam. Ia tak bisa benar-benar tenang, mengingat betapa berbahayanya situasi antara Daniel dan Alexander. Adrian tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan siklus dendam ini adalah dengan menghadapi Daniel dan menemukan solusi yang benar-benar damai.Alexander juga menyadari ancaman yang belum sepenuhnya berlalu. Meski sempat tersentuh oleh kebahagiaan Adrian, pikirannya tak bisa lepas dari bayang-bayang pertemuan terakhirnya dengan Daniel. Dalam pertemuan itu, Daniel menunjukkan kemarahan dan kebencian yang mendalam, terutama setelah merasa dikhianati oleh Adrian. Alexander memahami bahwa dendam yang tersimpan dalam hati Daniel tak akan hilang begitu saja.Adrian akhirnya memutuskan bahwa ia harus berbicara langsung dengan Daniel. Ia mengatur pertemuan rahasia di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota, berharap bisa melunakkan hati sepupunya itu. Sebelum pergi, ia menatap Amelia dan

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Kehadiran yang Ditunggu

    Amelia duduk di kursi malas di rumah sakit, perutnya yang besar jelas menunjukkan bahwa ia sudah sangat dekat dengan waktu persalinan. Adrian duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat-erat. Meski bibirnya tersenyum lembut, ada ketegangan yang jelas di wajahnya. Hari itu, hari yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan, malah diwarnai kekhawatiran karena ancaman Daniel yang masih menggantung di udara."Semua akan baik-baik saja," bisik Adrian, berusaha menenangkan istrinya. "Kita fokus pada kelahiran bayi kita dulu. Jangan pikirkan hal-hal yang lain."Amelia mengangguk, meskipun ia tahu Adrian juga sedang memikirkan hal yang sama. Ia tahu suaminya tertekan dengan situasi yang melibatkan Daniel. Namun, saat ini, yang terpenting baginya adalah menyambut buah hati mereka.Tiba-tiba, Amelia merasakan rasa sakit yang tajam di perutnya, seperti ada kontraksi yang datang lebih kuat dari sebelumnya. Ia mengerang pelan, membuat Adrian segera panik.“Amelia, kamu baik-baik saja?” Adrian langsung

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Dendam yang Tak Terelakkan

    Malam itu, suasana rumah Alexander dipenuhi ketenangan setelah kelahiran anak keduanya. Namun, di luar sana, badai besar sedang mendekat. Daniel, yang masih dikuasai amarah dan dendam, tidak bisa menerima kenyataan bahwa Adrian, adik sepupunya, memilih untuk melawan dan menghentikan niatnya.Sementara itu, di rumah sakit, Sarah telah dipindahkan ke kamar pemulihan bersama bayi perempuannya yang sehat. Alexander tak lepas dari sisi istrinya. Meski ia merasa lega karena anak keduanya lahir dengan selamat, pikirannya tetap terpecah dengan ancaman yang menggantung di atas kepala mereka—Daniel.“Alex,” bisik Sarah dengan suara lembut, menggenggam tangan suaminya. “Kamu kelihatan sangat khawatir. Ada apa? Apakah sesuatu terjadi dengan Daniel?”Alexander mengangguk pelan. Ia tak ingin menyembunyikan apapun dari Sarah, meskipun ia tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan masalah besar. Namun, Sarah mengenalnya terlalu baik untuk dibiarkan dalam kegelapan.“Daniel... dia... mara

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Kelahiran dan Ketegangan

    Suara napas Sarah semakin cepat, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang semakin tak tertahankan. Pecahnya ketuban membuat semua orang di rumah panik, terutama Amelia yang tidak pernah melihat kakaknya dalam keadaan selemah ini. Amelia segera memegang tangan Sarah dengan erat, mencoba menenangkan kakaknya meski hatinya sendiri dipenuhi kekhawatiran. Sementara itu, Adrian sedang dalam perjalanan, berusaha secepat mungkin untuk menemukan Alexander."Adrian, tolong cepat kembali! Kak Sarah tidak sanggup lagi!" suara Amelia terdengar putus asa melalui telepon.Adrian mempercepat langkahnya, berpacu dengan waktu. Di tengah perjalanan, ia tak henti-hentinya mencoba menghubungi Alexander, tetapi ponselnya tetap mati. Rasa takut dan kekhawatiran merayap dalam dirinya. Ia tahu bahwa Daniel mungkin sudah melancarkan rencananya, dan jika Alexander tidak segera ditemukan, semuanya bisa berakhir buruk. Namun, saat ini, Adrian tidak hanya memikirkan Alexander, tapi juga Sarah dan bayinya yang aka

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Di Tengah Kegentingan

    Di ruang gawat darurat rumah sakit, situasi semakin tegang. Sarah yang berbaring di ranjang rumah sakit sudah tampak pucat pasi. Pecah ketubannya datang lebih cepat dari perkiraan, dan rasa sakit yang menyiksanya semakin hebat. Amelia menggenggam erat tangan kakaknya, mencoba menenangkan Sarah, namun ketegangan tetap terasa jelas di wajahnya."Amelia... aku tidak bisa... ini terlalu sakit," bisik Sarah dengan suara yang nyaris putus asa."Sabar, Sarah. Kamu kuat. Aku di sini bersamamu, dan Adrian sedang berusaha menghubungi Alexander," ucap Amelia dengan nada lembut, meski dalam hatinya ia sendiri mulai panik. Adrian, yang berdiri tak jauh dari pintu, terlihat mondar-mandir sambil terus menempelkan ponselnya di telinga, mencoba menghubungi Alexander berkali-kali."Kenapa teleponnya selalu mati?" gumam Adrian, frustrasi. Ia menghela napas panjang, matanya terarah ke arah Sarah yang sedang berjuang. Rasa tanggung jawab mulai menekan hatinya. Apalagi dengan firasat buruk yang terus mengg

  • Terjebak Ikatan Pernikahan   Persimpangan Takdir

    Malam itu, Sarah terbangun dengan rasa mulas yang menusuk di perutnya. Ia mengerang pelan, tangannya memegangi perut yang semakin membesar. Detik itu juga ia tahu bahwa ini adalah tanda bahwa waktu kelahiran anak keduanya telah tiba. Namun, Alexander belum juga kembali. Ia mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam, tapi kontraksi semakin kuat.Dengan tangan gemetar, Sarah meraih ponselnya dan segera menghubungi adiknya, Amelia. Sambil menunggu Amelia mengangkat panggilan, Sarah menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang semakin tak tertahankan."Amelia... aku butuh bantuanmu," suara Sarah terdengar panik saat Amelia akhirnya mengangkat telepon.Amelia yang mendengar suara panik kakaknya langsung terbangun dari tidurnya. "Sarah? Ada apa? Kau baik-baik saja?""Ini... aku rasa aku akan melahirkan, Amelia. Alexander belum juga pulang. Bisa kau datang ke sini dengan Adrian? Aku tidak kuat..."Mendengar suara lemah Sarah, Amelia langsung bergegas membangunkan Adrian yang masih te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status