Mata Elea terbelalak saat sudah berada di halaman super besar, mobil mewah berjejer dengan rapi, bukan hanya itu, beberapa orang berpakaian hitam juga berada di setiap sudut halaman.
Ini sudah malam, tetapi halaman rumah. Ah, tidak bisa dikatakan rumah karena ini sangat besar dan megah terlihat terang benderang dengan lampu yang Elea tidak tahu berapa harga listriknya."Jack, minta pengawal membawa barang Elea masuk, aku akan membawa Elea masuk," ucapnya berjalan lebih dulu dan diikuti Elea yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Sesampainya di dalam mansion, Elea semakin takjub dibuatnya. 'Apakah aku bermimpi? Ini seperti di film yang pernah ku lihat,' batinnya masih memperhatikan setiap detail isi di dalam mansion utama keluarga Alvaro.Tidak lama, suara heel terdengar mendekat ke arah mereka, Elea melirik ke arah Aldrich yang tetap saja memasang wajah datar seperti biasanya."Sayang, akhirnya kamu kembali," ucap wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan sehat.Nyonya Vianka melerai pelukannya lalu melirik pada Elea yang masih mematung di antara mereka. "Dia siapa, Rich?" tanyanya pada sang anak. "Dia Eleanora, dia akan tinggal bersama Rich di mansion utara," kata Rich membawa Elea ke kamar yang sudah disediakan oleh pelayan.Nyonya Vianka menahan anaknya. Jelas ini hal yang harus diketahui lebih lanjut, "Eleanora? Kamu membawa wanita tinggal bersama? Kamu yakin?" "Ma, aku akan menikah dengan Elea, sesegera mungkin!" seru Aldrich tanpa basa-basi di hadapan sang ibu."Menikah? Kakak akan menikah dengannya? Kakak tidak salah memilih?" Rea tiba-tiba datang dan berdiri di sebelah Elea memperhatikan wanita yang bisa Rea perkirakan kalau mereka seusia.Rea melanjutkan. "Mama memang memintamu menikah, tetapi kenapa tidak berpikir lebih baik, Kak, dia--,""Rea, kau tidak ada hak mendikte siapapun, aku sudah memutuskan akan menikahi Elea, dan mama seharusnya bahagia dengan keputusan ini."Eleanora sampai menelan ludah kasar karena merasa tidak enak dengan perdebatan mereka. Ia melirik Aldrich yang masih saja terlihat tegang.'Oh, aku harus bagaimana sekarang?' batin Elea lagi.Ia mendengarkan semua yang wanita di sebelahnya ucapkan, kata-kata meremehkan masih bisa ia terima karena memang sudah sangat sering ia dengar."Jack, bawa kembali pakaian Elea ke mobil, kita ke mansion utara, sekarang!" Nyonya Vianka terkejut karena Rich yang langsung ingin kembali sebelum makan, langsung mencegah kedua anaknya bertengkar. "Rea, kembali ke kamarmu!" perintah sang ibu."Ma ...."Menghela napas pelan wanita yang masih terlihat cantik itu menahan lengan anaknya. "Rich, ini sudah malam, kamu sebaiknya menginap saja dulu, mama sudah menyiapkan makan malam untukmu dan bawa juga dia bersamamu," katanya tidak begitu mengingat nama Elea."Setelah makan malam, aku akan tetap kembali, Ma," katanya yang terpaksa harus ibunya angguki lagi.Nyonya Vianka meminta Rich dan juga Elea membersihkan diri dulu sebelum makan malam, sementara dia dan Rea yang tidak langsung ke kamarnya menyiapkan kembali makan malam yang sempat dimasukkan dalam lemari pendingin tadinya."Mama, jangan katakan kalau mama menyetujui keinginan Aldrich, wanita itu akan menggagalkan rencana kita, Ma," kata Rea duduk di kursi dan memperhatikan ibunya yang dengan cekatan menghangatkan kembali makan malam untuk kakaknya."Tenanglah, mama sedang berpikir," ujarnya meletakkan dua piring kosong juga dua gelas berisi air mineral untuk keduanya."Mama, Olivia adalah kekasihnya, bagaimana bisa Aldrich akan menikah dengan wanita lain, dan mama lihat wanita itu sepertinya dari kalangan bawah.""Heum, diamlah, nanti Aldrich dengar kamu bisa mendapat masalah," saran ibunya, Rea sudah sangat sering mendapatkan amarah kakaknya dan gadis berusia 20 tahun ini tetap saja tidak jera.Tidak lama, Rich dan Elea datang bersamaan, Rea berdiri dari duduknya kemudian mendekat ke arah dimana ibunya berdiri."Selamat malam, nyonya," sapa Elea tadi ia tidak sempat menyapa karena masih belum berani menyela."Heum, selamat malam, duduklah dan nikmati makan malamnya," kata nyonya Vianka.Elea tertegun saat Aldrich menarik kursi untuknya, begitupun dengan Rea yang menyadari kakaknya sudah berubah haluan."Nikmati makan malam kalian, mama dan Rea akan menunggu di ruang keluarga," tidak membutuhkan persetujuan, nyonya Vianka dan Rea meninggalkan keduanya, karena keduanya memang sudah selesai dengan makan malam mereka."Tuan, maafkan aku karena aku-,"Elea menelan lidah kasar karena melihat sorot mata Aldrich yang mengisyaratkan jangan berbicara. Elea hanya menghela napas pelan, ia menyendok sedikit nasi dan beberapa potong sayur tanpa kuah.Melihat itu Aldrich langsung mengambil alih sendok yang Elea pegang lalu menambahkan potongan daging ke ataa piring Elea."Eh jangan udang, aku alergi itu," kata Elea langsung menjauhkan piringnya saat Aldrich akan menambahkan udang di piringnya."Makan dengan baik, setelah ini kamu akan menjalani hidup lebih berat lagi," kata Aldrich mulai menyendokkan sup ke dalam mulutnya.Elea mencebik, selama ini hidupnya sudah sangat susah, apakah ada yang lebih susah lagi?Keduanya makan dalam diam juga dengan pikiran mereka masing-masing.Sementara itu di tempat berbeda seorang lelaki bertubuh tinggi sedang berdiri di depan kontrakan kekasihnya. Ia menelepon sejak beberapa menit yang lalu tetapi panggilannya tidak juga terjawab."Kemana dia?" katanya mengusap wajahnya kasar. Sementara wanita di sebelahnya hanya menghela napas dan merasa lelah sendiri."Sudah ku katakan Elea tidak di kontrakannya, dia diusir," Fera sangat kesal karena ucapannya diabaikan."Kau tidak tanya dia kemana? Kau temannya, Hana harusnya kau tahu kemana Elea!" Julian masih terus mencoba menghubungi Elea yang tetap tidak menjawab panggilannya."Kenapa menyalahkanku? Kau kekasihnya kan?" Julian mendengus, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantong kemudian berjalan ke arah mobil mereka. Fera yang di belakangnya hanya bersikap acuh sejak tadi."Sayang, sudahlah kita cari dia besok di tempat kerjanya, mungkin saja Hana tahu," bujuk Fera, dia lelah jika harus mengikuti kemana Julian akan pergi."Kita ke apartemenku, bagaimana?" ajak Julian yang langsung Fera angguki.Sepanjang jalan mereka ke apartemen Julian. Fera terus berdoa agar Elea tidak mereka temukan besok hari, dia ingin hidup beberapa hari tanpa Eleanora dan itu adalah impiannya.Sesampainya di apartemen Julian, Fera langsung saja menyiapkan diri seperti biasanya. Memanjakan Julian juga memberikan servis yang luar tidak akan Elea berikan padanya."Kau terlihat semakin cantik saja, Baby." Julian mendekat dan menerkam bibir ranum Fera, tidak membiarkan wanita yang selama ini bersamanya terlepas.Fera tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena Julian begitu ganas menyerangnya. Hingga suara dering telepon membubarkan aksi keduanya.Napas Fera terengah, ia tengah sampai di puncak namun Julian melepaskannya dan berlalu dengan ponsel di telinga."Halo," Julian meminta Fera untuk tidak bersuara sementara dia akan berbicara."[Julian, kau kemana saja? Aku sudah seperti orang gila menghubungimu, tapi kau--,]"Tut ....Julian menatap ponselnya yang tiba-tiba saja gelap. "Kenapa dia mematikannya?"Elea membola saat Aldrich mengambil ponselnya dan langsung mematikannya di hadapan sang pemilik asli. "Tuan ponselku!" minta Elea karena dia senang akhirnya Julian bisa di hubungi kembali."Ini sudah malam, kamu harus segera istirahat, Nona Eleanora!" seru Aldrich."Tuan keka--," Elea menghembuskan napas pelan kemudian memberanikan diri untuk menatap Aldrich, ia melanjutkan, "Kekasihku, dia sudah bisa di hubungi, tolong beri aku waktu untuk bicara padanya," pintanya masih menatap nanar pada ponselnya yang di genggaman Aldrich.Mereka saat ini sudah berada di kediaman Aldrich, setelah makan malam Aldrich langsung membawa Elea kembali, tidak memedulikan permintaan ibunya."Hanya 10 menit, setelah itu tidurlah!"Mengangguk semangat Elea meraih kembali ponselnya dan menghubungi Julian setelah kepergian Aldrich.Dua menit berlalu dan ponsel Julian tidak bisa lagi dihubungi. "Kemana dia? Apakah dia marah? Ya ampun ini semua karena si tuan datar itu," kesal sekali Elea karena kembali kehilan
Karyawan butik berdecak, ingin mengatakan sesuatu tetapi sebuah mobil mewah telah terparkir di halaman butiknya..Elea menoleh karena melihat wajah terpaku si wanita. Gadis berusia 22 tahu itu menghela napas dan berjalan mendekat. "Tuan Jack, Anda di sini?" tanya Elea masih menampilkan senyumnya. "Tuan meminta saya membawa Anda kembali ke rumah," kata Jack masih memasang wajah ramah, asisten Aldrich itu melirik pada wanita yang masih terpaku dengan wajah terkejutnya."Nona, Sashi Matsuda." Si karyawan wanita menunduk hormat."Maafkan saya Tuan," katanya merasa ada yang salah dengan tatapan Jack padanya."Lain kali perlakukan pelanggan Anda dengan baik. Ingat, Anda bekerja disini karena siapa!" Shasi yang di ingatkan itu jelas saja merasa kesal namun tidak akan bisa melakukan apapun."Maafkan saya Tuan."Eleanora memperhatikan wajah karyawan butik tadi yang ia tahu bernama Sashi itu dari tag name di baju, merasa iba karena Jack ini tidak bisa menjaga ucapannya."Tuan, tidak mengapa, te
Beberapa saat hening, Elea masih menunggu jawaban dari Julian dari balik telepon. Ia hanya ingin tahu kenapa ia di panggil ke klub tetapi Julian tidak kesana malam itu."Julian?""[Heum, El, aku mencarimu, apakah kau ke klub?"Kening Elea mengkerut, jika Julian ke klub mencarinya, artinya ada yang menjebaknya. "Ya, bukankah kau yang memesankan minuman padaku, Julian?"Sekali lagi hening, suara derap langkah di belakang Elea membuat sang gadis berbalik dan sedikit menjauh agar Aldrich tidak mendengarkan percakapan mereka."[Minuman apa? Aku memang memintamu ke klub tapi belum memesankan minuman.]Jantung Elea berdegup kencang, artinya malam itu memang ada yang mengerjainya. Ada yang menyimpan sesuatu ke minumannya. Dan ia berakhir satu rumah dengan pria asing."Julian, kau tidak berbohong kan?" Elea bertanya dengan nada sedikit ragu. Tatapannya masih lurus pada Aldrich yang membelakanginya masih mematut diri di depan cermin."[Tentu saja sayang, ada apa sebenarnya? Minuman apa yang kau
Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Aldrich dan Jack sudah akan berangkat ke kantor saat perancang gaun dan dan pemilik perhiasan datang ke mansionnya."Jack, kau berangkat lebih awal aku akan menyusul," Jack mengangguk. Ia membungkuk sedikit dan melangkah pergi.Sementara itu, Aldrich masuk kembali ke dalam mansion, mendapati Elea yang masih tertegun dengan banyaknya gaun mewah berdiri di hadapannya."Kamu pilih yang menurutmu baik, hari ini kamu harus menyelesaikan semuanya!" Aldrich duduk di sofa, menyimpan ponsel di meja dan bersedekap menatap tajam pada Elea.Elea mengerucutkan bibir. Melihat semua gaun mewah yang sebenarnya tidak bisa dipilih karena semuanya sangat mewah.Elea memperhatikan semuanya dengan perasaan kagum, ia memegang kain yang begitu halus dan lembut."Semuanya sangat cantik dan mewah. Aku tidak bisa memilih," katanya dengan wajah terkagum."Nona Sashi, coba ambilkan yang disebelah Anda, biarkan Elea mencobanya," Elea menoleh pada gaun merah muda pastel, ter
Ke esokan harinya, Elea dan Jack sudah akan bersiap untuk ke kota sebelah-kota dimana Aldrich bertemu dengan Eleanora pertama kali.Aldrich sementara membenarkan dasinya di depan kaca dan lagi-lagi Elea berjalan ke arah depan sang pemuda."Tuan, biar aku membantumu," ucapnya menepis tangan Aldrich dengan sedikit kuat. Aldrich hanya menghela napas pelan saking pelannya bahkan Elea yang di hadapannya tidak merasakannya."Ingat, jangan berpikir kabur, keamanan keluargamu bersamaku.""Jangan terus mengancam Tuan. Aku mengerti, aku kesana hanya untuk menjelaskan pada Julian saja," katanya dengan nada sedikit ragu."Nah, sekarang Tuan sudah terlihat semakin baik," ucapnya yakin.Aldrich menatap hasil dari jemari lentik milik calon istrinya. 'Dia merusak tatanannya," batin Aldrich tetapi ia mengangguk menunjukkan bahwa kerja keras Elea memang memuaskan.Menghela napas pelan. "Jack minta beberapa orang menjaga Elea sesampainya di sana!" Aldrich berjalan ke arah Jack, di ikuti oleh Elea di bel
"Hai Hana!" Elea berlari kecil ke arah resto dimana dulu iq bekerja. Tidak, sebenarnya Eleanora masih menjadi salah satu pekerja di sana, karena ia pergi sebelum mengundurkan diri."Elea, kau disini. Kemana saja kau dalam beberapa hari ini?" Hana menatap penampilan temannya, perubahan Elea tidak terlalu mencolok, tetapi Hana tahu bahwa ada yang berbeda dari temannya."Kau terlihat berubah, apa ya?" ucap Hana masih memperhatikan apa yang berubah. "Ah, sudah nanti saja aku memikirkannya, kau dicari oleh bos, aku khawatir kalau kau dipecat!" ungkap Hana mengenai bosnya selama beberapa hari ini."Aku datang memang ingin mengatakan sesuatu pada bos," ucap Elea duduk masih menampilkan senyum hangat seperti biasa."Apa?""Kau akan tahu nanti."Beberapa saat kemudian, pria berbadan tinggi besar dengan setelan memukau datang ke resto dimana Elea bekerja. Pria yang mengetahui kehadiran Elea itu langsung meminta karyawan terbaiknya untuk mengikutinya ke ruang kerja."Tunggu aku, ya!" katanya pad
"Sayang, aku sangat merindukanmu." Elea mematung di depan pintu yang tidak tertutup rapat. Bahkan ia bisa melihat dengan jelas apa yang wanita itu lakukan pada Julian--kekasihnya."Aku juga merindukanmu." Julian melepas pelukan wanita yang sedari tadi memeluknya dari belakang. Membawanya ke hadapannya dan menangkup wajah mulus di hadapannya, mengusap pelan dengan jempol dan mencium kelopak mata sang wanita.Elea yang menyaksikan itu mengepalkan tangan kuat. Sementara keduanya yang tidak menyadari itu masih terus melanjutkan percakapan mereka."Kamu tidak menemui Elea?""Jangan membahasanya. Aku juga tidak tahu dia dimana sekarang," jawab Julian acuh."Bagaimana kalau dia tahu hubungan kita?"Julian melerai pelukan mereka. "Aku tidak peduli. Dia tidak bisa memberikan keinginanku. Apakah aku masih bisa bertahan dengannya?"Elea yang tidak tahan langsung mendorong pintu dengan sedikit kasar."Julian ...."Seketika keduanya terkejut dan berbalik. Tidak hanya Julian, bahkan si wanita--Fera
Elea menoleh dan mendapati Jack yang sudah berdiri di ambang pintu dengan gaya kaku seperti biasanya."Tuan Jack, masuklah!" Elea memang sudah mengetahui Jack akan menemuinya, dan meminta asisten Aldrich itu untuk masuk saja seperti biasa.Jack masuk membawa paper bag di tangannya. Meletakkan itu diatas meja dekat di mana Elea duduk. "Ini dari Tuan. Nona diminta memakainya," ucapnya masih berdiri.Elea melirik sekilas dan kembali menghapus file-file tersisa di dalam ponselnya. "Heum terima kasih Tuan Jack," ujarnya masih memalingkan wajah tidak ingin Jack melihat mata bengkaknya."Nona, setengah jam lagi kita akan berangkat, tuan meminta Nona untuk segera bersiap!"Elea menahan jarinya. Ia menoleh pada Jack tidak peduli pria berkacamata itu melihat perubahan matanya. "Aku akan kembali dua hari lagi, Tuan," ucapnya dengan wajah sendu."Tapi Nona, Tuan--,""Aku akan katakan padanya, nanti. Aku ... aku hanya ingin sendiri dalam beberapa hari."Jack menghela napas. "Apakah karena pria yan